Haemonchiasis merupakan penyakit parasit yang disebabkan oleh cacing
Haemonchus contortus. Cacing ini
merupakan cacing berkati dan menghisap darah, yang sering disebut cacing rambut
dan berparasit pada lambung kambing dan ruminansia lainnya.
Cara penularannya :
Ternak kambing, sapi dan ruminansia lainnya terinfeksi karena
memakan rumput yang tercemar larva terinfeksi dari cacing Haemonchus contortus.
Siklus hidup
Telur cacing yang dikeluarkan oleh penderita melalui faeses saat
defikasi, maka setelah 24 jam telur akan menetas menjadi L1 dan selanjutnya
berkembang menjadi L2 dan L3. Stadium L3 yang bersifat infeksius akan merayap keatas
daun atau rumput-rumputan serta dapat hidup beberapa minggu- bulan jika kondisi
tetap mendukung. Hospes definif terinfeksi jika memakan rumput yang tercemar
larva infektif dan selanjutnya larva akan menyilih menjadi L std 4 dan menempel
atau masuk pada sub mukosa abomasum untuk menghisap darah. L4 menyilih menjadi
L5 (dewasa) dalam abomasum dan menghisap darah.
Petogenesa
Ternak kambing,
sapi dan domba yang memakan larva infektif Haemonchus
contortus,di dalam abomasumnya larva cacing akan melepaskan selubung
tubuhnya, kemudian akan membuat lubang pada abomasum dan menetap disana.
Kemudian larva tersebut akan mengalami perkembangan menjadi stadium ke empat
yang mulai mengisap darah sehingga terjadi bercak-bercak darah ditempat larva
menempel. Infeksi cacing ini pada induk semang menyebabkan banyak kehilangan
darah dengan rata-rata darah yang hilang adalah sekitar 0,05 ml per parasit per
hari. Adanya cacing dewasa yang hidup bebas pada abomasum dan melekat pada
mukosanya, menyebabkan terjadinya luka-luka pada dinding abomasum akibat dari
tusukan bucal lancetnya yang menembus mukosa abomasum untuk menghisap darah.
Cacing ini mengeluarkan zat anti pembekuan darah ke dalam luka gigitan sehingga
darah akan terus mengucur dari bekas gigitan cacing. Selain itu adanya cacing
dewasa pada abomasum akan menyebabkan iritasi pada abomasum sehingga daya cerna
dan daya serap abomasum terhadap protein, kalsium dan pospor menjadi berkurang.
Gejala klinis
Gejala klinis yang
dapat ditimbulkan oleh penyakit ini tergantung dari tingkat infeksi. Bila
infeksinya tinggi gejala klinisnya yang terlihat berupa gangguan pertumbuhan,
kekurusan, anemi, nafsu makan menurun dan kadang-kadang timbul diarhe. Pada kasus kronis terjadi anemi,
hypoproteinnemia dan oedema diantara tulangrahang bawah (botle jaw).
Perubahan anatomis
Perubahan anatomis yang tampak adanya lesi pada
abomasum, mukosa abomasum bengkak dan haemorrhagis. bila bersifat khronis akan
terlihat karkas kurus, nukosa abomasum menebal terjadi inplamasi dan ulserasi.
Mukosa abomasum mengalami iritasi hebat maka akan terjadi atropi, degenarasi
dan anemi dan dapat ditemukan gumpalan darah pada mukosa abomasum.
Diagnosa
Diagnosadapat ditegakkan dengan melihat tanda
klinis penyakit, yang kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan tinja untuk
menemukan telur cacing.
Pengobatan
-
Mebendazole 15 mg/kgbb,
levamizole, ivermectine dan Albendazole.
No comments:
Post a Comment