Ancylostomiasis merupakan
penyakit parasit yang disebabakan oleh cacing Ancylostoma sp. yang dapat
menyerang anjing dan kucing. Cacing Ancylostoma canium predeleksinya pada usus
halus.
Cara Penularan
Cara
penularan Ancylostomiasis pada anjing dapat dilakukan dengan beberapa cara :
1. Infeksi per. Oral. Larva infektif (Larva stadium 3) dimakan bersama makanan dan minuman.
2. Infeksi dengan menembus kulit. Larva yang
aktif menembus kulit ataupun menembus membrana mukosa mulut dan mencapai
pembuluh-pembuluh balik yang kecil kemudian bersama aliran darah menuju jantung
dan mengalami migrasi peredaran darah kemudian menuju paru-paru dan disana
mengalami pergantian kulit (L4) dan melalui trakea tertelan sampai di usus
menjadi dewasa. Cacing dewasa mengkaitkan diri pada mukosa usus halus dan
menghisap darah.
3. Infeksi prenatal. Pada hewan bunting,
infeksi prenatal bisa terjadi bila larva memasuki aliran darah hewan bunting
dan mencapai foetus. Larva akan tetap tinggal didalam tubuh foetus sampai
dilahirkan, kemudian akan berkembang menjadi cacing muda didalam usus halus
anjing.
4. Infeksi laktogenik. Larva stadium 3
ancylostoma yang bersifat dormant didalam otot akan menjadi ineksius pada saat
laktasi.
Pathogenesis
Cacing
dewasa di dalam usus halus penderita akan mengkaitkan dirinya pada mukosa usus
halus induk semang, dan menghisap darah. Cacing tidak tinggal di satu tempat
untuk bebarapa lama, tetapi cenderung berpindah-pindah mengkaitkan dirinya pada
mukosa usus disebelahnya. Dalam satu hari seekor cacing
dewasa menghisap darah sekitar 0,001-0,2 ml. Cacing juga mengeluarkan zat anti
koagulan yang menyebabkan darah tetap mengalir beberapa lama dari tempat cacing
mengkaitkan dirinya.
Akibat dari cacing tersebut akan dapat menyebabkan anemia pada induk
semang dan nekrosa pada tempat-tempat cacing mengkaitkan dirinya. Anemia yang
ditimbulkan bersifat mikrositik
hipokromik dan terjadi defesiensi zat besi dan protein, selanjutnya bila
infeksi berat terjadi hypopriteinemia yang dapat menyebabkan terjadinya oedema
pulmonum.
Bekas luka karena kaitan cacing pada membrana mukosa usus sering
diikuti dengan terjadinya sekunder oleh bakteri, sehingga menimbulkan enteritis
yang ditandai dengan diare berdarah dan berlendir.
Pada infeksi melalui kulit dapat terjadi
reaksi lokal pada tempat masuknya larva berupa adanya kemerahan dan tampak
vesikel kecil. Migrasi larva pada paru-paru mengakibatkan perdarahan
bintik-bintik atau perdarahan yang lebih luas. Radang paru-paru disertai
perdarahan ditimbulkan sebagai akibat dari larva infektif, ketika larva
meninggalkan sirkulasi darah ke alveoli. Bila alveoli ditutupi oleh perdarahan
yang banyak maka berakibat fatal bagi induk semang.
Pada
infeksi akut terutama pada infeksi prenatal pada anjing baru lahir, kematian
bisa terjadi tanpa didahului dengan gejala klinis.
Cutaneus larva migran : larva cacing Ancylostoma caninum
infektif menembus kulit manusia, tetapi tidak memasuki aliran limfe dan darah.
Larva tinggal dalam kulit, memasuki lorong-lorong intrakutan yang
berkelak-kelok selama 2-8 minggu. Kondisi tersebut
disebut Creeping eruption. Tempat
jendolan berisi larva terasa gatal. Larva tidak menjadi dewasa dan diabsorpsi oleh jaringan kulit.
Gejala Klinis
Bentuk gejala klinis ancylostomiasis dibedakan
menjadi :
a.
perakut
: terjadi pada anak anjing baru lahir dimana infeksinya melalui colostrum. pada
keadaan ini anjing dengan gejala mukosa pucat, diarhe berdarah dan terjadi
kematian secara mendadak. Telur cacing belum bisa
ditemuka pada feses.
b.
Akut : terjadi infeksi larva infektif secara tiba-tiba
dalam jumlah besar. Beberapa telur ditemukan pada feses tetapi gejala klinis
muncul sebelum telur cacing nampak dalam feses.
c.
Khronik
: tanpa gejala klinis yang khas. Diagnosis berdasarkan telur yang ditemukan dalam feses. Terjadi
penurunan jumlah erythrocyte, Hb dan PCV.
Gejala klinis tidak
selalu menyertai setiap infeksi dari ancylostoma sp. dan biasanya erat
hubungannya aktivitas dan habitat dari parasit yang bersangkutan. Diarhe
berdarah yang disertai cairan lendir sebagai akibat adanya cacing pada usus
halus disertai infeksi sekender dari bakteri. Dermatitis akibat penetrasi larva
pada kulit disertai infeksi sekender. Bila larva berdiam dalam saluran
pernafasan dan paru-paru maka timbul gejala sesak nafas sebagai akibat radang
saluran pernafasan dan paru-paru. Bila penyakti berlangsung kronis maka induk
semang mengalami dehidrasi, lemah, kurus, dan konjungtiva pucat karena anemi.
Diagnosis
-
melalui
pemeriksaan faeses dengan menemukan telur cacing.
-
Melihat tanda klinis
Resistensi Host terhadap Ancylostomiasis :
a.
kemampuan untuk membatasi
jumlah cacing dewasa didalam usus halus yang dipengaruhi oleh umur, premunition
dan kekebalan yang diperoleh.
b. Kemampuan tubuh mengkompensasi darah yang hilang akibat cacing
menghisap darah dalam usus halus. Keadaan ini dipengaruhi oleh kapasitas hematopoitic dan keadaan nutrisi
individu dan faktor stress.
Pengobatan
-
Pyrantel pamoat, diberikan
secara oral : 15 mg/kg bb
-
Mebendazole, secara oral : 22
mg/kg bb per hari selama 5 hari
-
Albendazole secara oral : 5
mg/kg bb
-
Ivermectine secara sub kutan
200 ug/kg
No comments:
Post a Comment