PERKAWINAN
Perkawinan
merupakan bagian dari rentetan kegiatan dalam proses reproduksi. Perkawinan pada ternak kita adalah suatu usaha untuk memasukkan sperma (semen = mani)
ke dalam alat kelamin ternak betina. Usaha memasukkan
sperma (semen) tersebut dapat dilakukan oleh ternak jantan sendiri dengan jalan
melakukan persetubuhan (coitus) yang disebut perkawinan
alam, maupun dengan perantaran alat-alat yang dilakukan oleh manusia yang
secara populer dikenal dengan istilah kawin suntuik atau A.I. (Artificial
Insemination).
Setiap perkawinan
yang dilakukan baik secara alam maupun A.I. bertujuan menimbulkan kebuntingan.
Untuk terjadi kebuntingan maka perkawinan itu harus diikuti kejadian yang
disebut pertunasan atau pembuahan, yakni bersenyawanya sel mani
(Sprematozoide) dengan sel telur (Ovum), yang biasanya terjadi di dalam ductus
ovii / tuba fallopii / saluran telur, terutama di ujungnya yang
berbentuk corong.
Supaya di dalam perkawinan itu terjadi
pertunasan maka saat melakukan perkawinan pada ternak betina yang sedang bronst
sangat penting artinya. Ovulasi terjadi pada saat-saat tertentu dari lamanya
birahi. Supaya terjadi pertunasan dengan normal maka
sampainya Spermatozoa ke dalam corong ductus ovii harus bersamaan dengan
sampainya ovum ke dalam ductus tersebut.
Disamping itu perlu diingat bahwa setelah sampai ke ductus ovii,
spermatozoa tersebut, harus masih mempunyai daya hidup yang cukup sehingga
masih sanggup mengadakan pertunasan.
Setelah sperma disemprotkan pada saat
perkawinan, maka spermatozoa bergerak maju secara aktif, dengan bantuan
ekornya, berenang di dalam cairan sperma dan cairan/lendir yang dikeluarkan
oleh alat kelamin yang dalam keadaan bronst, di samping adanya gerak mengkerut
dari dinding alat kelamin yang mendorong spermatozoa bergerak maju. Pergerakan maju spermatozoa itu setiap 1 jam kira-kira mencapai 15
cm. Daya tahan hidup spermatozoa di dalam alat kelamin ternak betina berkisar
dari beberapa jam hingga beberapa hari tergantung dari pada jenis ternaknya. Ovum sendiri setelah diovulasikan, secara
normal jatuh ke corong saluran telur (kadang-kadang jatuh langsung ke dalam
rongga perut dan tidak dapat bergerak sendiri). Ovum begerak ke bawah/ke
belakang karena terdorong oleh gerakan bulu-bulu getar yang ada pada dinding
dalam dari corong saluran telur. Daya hidup ovum
setelah diovulasikan dan tidak ditunasi umumnya lebih pendek dari pada daya
hidup spermatozoa yang telah berada dalam alat kelamin ternak betina. Karena
itu dalam melakukan perkawinan harus dapat memperhitungkan agar sampainya
spermatozoa ke bagian ujung tuba fallopii/saluran telur dekat corong bersamaan
dengan jatuhnya / masuknya ovum ke dalam corong saluran tersebut. Untuk itu
sebaiknya perkawinan dilakukan pada saat memuncaknya tanda-tanda berahi.
Dalam perkawinan itu
disemprotkan mani/sperma ke dalam alat kelamin ternak betina yang berisi
beratus-ratus bahkan berjuta-juta spermatozoa. Dari sekian banyak spermatozoa
tersebut hanya satu spermatozoide yang membuahi tiap ovum, yang tidak membuahi akan mati. Pembuahan
dimulai dengan timbulnya daya tarik-menarik antara spermatozoide dengan ovum
melalui suatu daerah yang menggembung yang disebut bukit pertunasan. Inti
(nucleus) spermatozoide dan ovum bersenyawa, maka dimulailah timbulnya makhluk
baru yang mempunyai chromosoma berpasangan kembali yang disebut zygote.
Untuk mengawinkan ternak besar sebaiknya dilakukan di tempat khusus untuk
mengawinkan (kandang kawin).