Histologi Sistem Genetalia
Sistem genitalia atau alat kelamin merupakan alat reproduksi yang memegang
peranan penting dalam usaha mempertahankan eksistensi jenis hewan dengan cara
berkembang biak. Dibedakan atas : sistema genitalia maskulin dan sistema
genitalia feminin.
A. Sistem Genitalia Maskulina
Terdiri atas
testis, alat penyalur, kelenjar asesorius, genitalia eksterna, Testis setelah
mencapai umur dewasa dan dibawah pengaruh hormon gonadotropin hipophisa
menghasilkan spermatozoa. Setelah kastrasi hewan menjadi impotent dan terjadi
perubahan yang disebabkan hilangnya hormon testosteron dari testis.
1. TESTIS
Testis berupa glandula tubuler
komplek yang dibungkus oleh kapsula fibrosa yang cukup tebal disebut : Tunika
albuginea dan sebuah lapisan peritoneum Tunika vaginalis viseralis. Tunika
vaginalis dibentuk oleh jaringan ikat kolagen yang miskin akan vasa darah dan
elemen elastis, permukaan bebasnya tertutup mesothelium, sedangkan permukaan
yang lain melekat pada tunika albuginea. Tunika albuginera sebaliknya kaya akan
vaskularisasi, pada bagian tertentu yang disebut stratum vaskulare sangat kaya
vaskularisasi.
Pada tempat
melekatnya epididimis pada testis, tunika albuginea berhubungan dengan
mediastinum testis, yaitu suatu tali jaringan ikat yang memanjang sepanjang
axis memanjang dari testis. Pada karnivora dan babi melepas helaian jaringan
ikat dan pada ruminansia tali jaringan ikat secara radier ke tunika albuginea,
jaringan ikat tersebut disebut Septula testis, yang membagi testis
menjadi lobuli testis yang berbentuk piramidal atau konus. Mediastinum testis
mengandung labirinth, ruang yang lebarnya tak menentu berhubungan satu dengan
yang lain disebut rete testis.
Pada jaringan interstitial
disekitar tubulus seminiferus tidak ditemukan otot dan sperma di testis
bersifat non motil. Gerakan mereka pada tubulus disebabkan oleh tekanan
sekretorik dan tekanan internal dari testis, gerakan ini juga dibantu oleh
cairan yang mungkin dihasilkan oleh sel sertoli.
Pada kuda
tunika albuginea kaya akan serabut otot polos yang berasal dari m kremaster
internus dan melanjutkan diri ke septula testis. Suatu mediastinum dari rete
testis yang padat tidak ada tetapi seluruh testis dilintasi oleh septa tebal
yang berhubungan satu dengan yang lain. Pada tali jaringan ikat yang tebal
disamping vasa darah ditemukan pula duktus pengganti rete testis. Pada folus
kranialis testis mereka berdekatan satu dengan yang lain dan melanjutkan diri
ke duktuli efferentes.
Parenkim testis
terdiri atas tubulus seminiferus, yang dibungkus jaringan ikat halus. Jaringan
ikat interstitial kadang menunjukkan struktur/lamelar yang banyak mengandung
vasa dan nervi. Sel interstitial yang diduga menghasilkan hormon testosteron
ditemukan tunggal atau bergerombol. Sel ini ditemukan dalam jumlah yang besar
pada babi dan kuda (sel interstitial).
Tubulus
Seminiferus
Dinding tubulus seminiferus
dibatasi oleh sel epithelium komplek yang terdiri atas 2 macam sel yaitu : Sel
penyokong dan sel spermatogenik. Sel penyokong atau sel sustentakulum disebut
juga sel sentroli, sedangkan sel spermatogenik ada beberapa tipe yang berbeda
morfologinya antara lain : spermatogenia, spermatosit primer, spermatosit
sekunder, spermatid dan spermatozoa. Tiap sel sentroli melekat pada lamina
basalis, sedangkan sel sprematogenik tersusun secara tradisional. Sel yang muda
terletak dekat membrana basalis, semakin mendekati lumen, umur sel makin tua.
Sel Sertoli
Bentuk tinggi
langsing seperti segitiga dengan basisnya melekat pada membrana basalis, ujungnya
mencolok keluar, inti sel terletak pada basal. Struktur histologi menunjukkan
adanya gambaran mitokhondria yang memanjang sejajar dengan axis panjang sel,
fibril tetes lemak dan kadang ditemukan granula lipofasia. Dengan EM dapat
ditemukan bangunan berupa kristal terbentuk kumparan yang disebut: Kristaloid
Charcot Bottcher (sel sertoli manusia). Susunan kimia dan kegunaan
fisiologi nya belum diketahui. Filament yang halus dan mikrotubulus yang
tersusun sejajar dengan axis panjang sel sering dapat ditemukan, RER jarang
tetapi SER ditemukan lebih banyak.
Sel sertoli
melindungi sel sprematogenik yang sedang berkembang dan mungkin berperan
penting dalam memberi nutrisi sel spermatogenik dan proses pelepasan
spermatozoa yang sudah dewasa. Sel sertoli yang kelihatan mengalami mitosis,
tetapi mereka lebih tahan terhadap panas, radiasi dan beberapa agen toksik yang
mudah merusak sel spermatogenik.
Spermatogonia
Panjangnya
bervariasi antara 50-75 m, terdiri atas caput dan kauda. Kauda sendiri terdiri atas neck
(leher), middle piece (bagian tengah), principal (bagian pokok)
dan end piece (bagian ujung). Pembagian nya didasarkan atas perbedaan
diameter. Dengan mikroskop cahaya perbedaan struktur internanya tidak jelas,
tetapi dengan EM terdapat perbedaan struktur interna nya jelas, tetapi dengan
EM terdapat perbedaan yang cukup mencolok. Midle piece berbentuk silindris
panjangnya lima sampai tujuh m, tebalnya mencapai 1 m. Bagian ini timbul dari polus pasterior dari caput yaitu pada bagian yang
mempunyai struktur mirip dengan cincin Annulus. Principal piece
panjangnya kira-kira 45 m dengan tebal 0,5 m, makin keujung makin mengecil membentuk end piece.
Spermatogonia terdapat diatas
satu sampai dua lapis membran basal. Sel induk ini bersifat mitosis aktif, jadi
sering terlihat bentuk pembelahan sel. Menurut penelitian dibedakan adanya
spermatogonia tipe A dan B. Tipe A terdapat langsung pada membran basal dan
tipe B diatas tipe A. Tipe A membelah secara mitosis menjadi tipe A dan tipe B,
tipe B inilah yang menumbuhkan spermatosit primer.
Sel pada lapis
berikutnya lebih besar diameternya, intinya lebih besar serta lebih banyak
mengandung khromatin disebut : sprematosit primer. Selanjutnya sel ini
mengalami meiosis dan pada pembelahan pertama menghasilkan sel yang lebih kecil
disebut : spermatosit sekunder.
Umur sel tersebut pendek karena
segera mengalami pembelahan kedua (mitosis) menjadi spermatid, dari satu sel
spermatozoa menjadi empat spermatid yang secara morfologis identik, tetapi gen
yang dikandung dapat berbeda. ukuran sel kecil inti miskin kromatin dan
sentriole masih tampak. Dalam tahap spermatositogenesis, spermatid selanjutnya
mengalami tahap transformasi, berubah dari bentuk sel menjadi spermatozoa yang
memiliki kepala, leher, badan dan ekor. Spermatozoa yang berkembang ini tampak
membenamkan kepalanya kedalam kutub bebas sel sertoli.
Tahap
transformasi (spermiogenesisi) dikenal adanya 4 tahap yakni : Tahap golgi (golgi
phase), tahap tudung (cop phase), tahap akrosom (acrosomal phase)
dan tahap pemerahan (maturation phase).
Sel Interstitial
Parenkim testis
yang terdiri atas tubuli seminiferi dibalut oleh jaringan ikat halus yang
dikenal sebagai jaringan ikat interstitial. Didalamnya ditemukan pembuluh darah
saraf, sel interstitial (sel leidig). Sel ini umumnya mengelompok dan mengitari
pembuluh darah, terlihat jelas pada kuda dan babi. Bentuknya tidak teratur,
berdiameter 10-15 m, inti besar, kromatin bulat dan nukleus jelas.
Dalam
sitoplasma sering terdapat apparatus golgi, smooth E.R mitokhondria, butir-butir
lipoid, kristal protein (kuda dan kucing) dan pigment. Pada manusia kristal
tersebut cukup besar dan semakin tua semakin banyak jumlahnya.
Fungsi sel leidig menghasilkan
hormon testosteron yang berfungsi :
Ø mengatur aktivitas kelenjar
assesorius, terutama kelenjar prostat.
Ø Memelihara tanda khas jantan (secondary
sex characteristics)
Ø Bersama dengan hormon FSH dan
Hiphofisa mengatur aktivitas spermatogenesis.
Hormon LH atau ICSH mengatur
aktivitas sel leidig pengaruh ini semakin jelas bila sekaligus ditambah dengan
FSH. Di dalam tubuh hewan memang terjadi inter-relasi antara kelenjar endokrin
tertentu dalam mengatur aktivitas alat reproduksi, misalnya kelenjar hipophisa,
adrenal dan testis sendiri.
Pada kasus
kastrasi (pengebirian) yang berarti menghentikan aktivitas testis, menyebabkan
kelenjar asesorius mundur aktivitasnya, sifat khas jantan berangsur hilang dan
kegiatan spermatogenesis berhenti. Hormon gonadotropin akan mengepul pada pars
distalis hipofisa akibatnya sel basofil mengalami perubahan identitasnya
selanjutnya dikenal dengan castration cells. Kastrasi yang dilakukan
sebelum dewasa kelamin, tanda khas jantan tidak akan timbul. Bila kastrasi
dilakukan setelah dewasa kelamin, maka perubahan kehilangan tanda khas jantan
akan berlangsung secara lambat. Mungkin ini disebabkan karena korteks adrenalis
dapat sedikit menghasilkan hormon testosteron. Tumor pada kelenjar prostat pada
hewan tua, lazimnya diberikan terapi dengan melalui kastrasi.
Air mani sering disebut sperma
atau semen, terdiri dari campuran spermatozoa dan sekresi kelenjar asesorius
dan epididimis. Sekreta kelenjar selain sebagai pengangkut (vesicle),
juga bekerja sebagai pembawa makanan serta mengaktifkan gerakan spermatozoa.
Kandungan hialuronidase dalam air mani yang cukup tinggi diduga terdapat pada
kepala dari spermatozoa, enzim mana yang diperlukan pada proses pembuahan,
khususnya untuk merusak selaput sekunder dari ovum.
2. ALAT PENYALUR.
Alat penyalur spermatozoa dimulai
dari : Tubuli rekti, Rete testis (terdapat dalam testis), Duktuli Efferentes
Testis,Duktus epididimis (terdapat dalam epididimis), Duktus deferens, Urethra
(pars pelvina dan pars penis).
a. Tubuli (seminiferi) rekti
Berupa saluran
pendek yang terdapat pada lobuli testis, epithelnya kubis sebaris dan berdiri
pada membran basal. Pada daerah peralihan antara tubuli rekti terdapat daerah
dengan banyak modifikasi dari sel sertoli. Di daerah ini tidak lagi terdapat
proses spermatogenesis.
b. Rete Testis
Berupa saluran
atau rongga saling berhubungan dalam mediastinum testis. Saluran tersebut
dibalut oleh epithel pipih selapis atau kubis rendah, sedangkan mediastinum
testis merupakan kondensasi dari stroma testis yang mengandung pembuluh darah
dan saraf. Otot polos belum terdapat pada mediastinum testis.
c. Duktuli Efferentes Testis
Pada kutub
kranial mediastinum testis terdapat sekitar 6-12 saluran disebut : Duktuli
efferentes testis. Saluran tersebut awalnya lurus tetapi setelah memasuki
epididimis menjadi berkelok membentuk spiral. Daerah pemasukan dikenal dengan vascular
cone yang menghadap testis dan merupakan caput epididimis (kuda) atau
sebagian dari padanya pada hewan lain.
Duktuli
efferentes memiliki epithel silindris sebaris dengan dua macam sel, yakni : sel
basilia (kinocilia) dan sel tanpa silia dengan banyak butir sekreta di
dalamnya, sel ini menunjukkan aktivitas bersekresi. Epithel berdiri pada
membran basal, bagian yang telah ada dalam caput epididimis, mulai terdapat
otot polos diluar membran basal. Sekreta dari sel tersebut diatas diduga
berperanan dalam proses pendewasaan dari spermatozoa dalam epididimis.
d. Duktus Epididimis
Duktuli
efferentes dalam epididimis secara perlahan memiliki epithel silindris banyak
lapis bersilia (stereocilia), lumen semakin besar dan dinding semakin
tebal dengan bertambahnya lapisan otot polos. Dalam epididimis saluran tersebut
selanjutnya disebut : Duktus epididimis. Sel basal dari epithel banyak lapis
mengandung butiran lemak (babi dan ruminansia), sedangkan sel atas silindris
tinggi dengan stereosilia. Semakin menuju kauda epididimis, ukuran epithel
semakin rendah, lumen semakin berkelok-kelok dan otot polos semakin tebal.
e. Epididimis
Sering disebut
anak buah pelir, letaknya sangat berdekatan dengan testis. Secara anatomis
terdiri atas caput, korpus dan kauda epididimis. Epididimis terdiri atas
jaringan ikat mirip tunika albuginea sebagai stroma dengan mengandung otot
polos (jelas pada kuda) didalamnya terdapat saluran yang merupakan parenkhim,
yakni duktulis efferentes dan duktus epididimis.
Fungsi
epididimis : Menyimpan sementara spermatozoa, khususnya didaerah kauda
epididimis dan diduga disini terjadi proses pendewasaan. Gerakan spermatozoa
mulai tampak, tapi dalam tubuli seminiferi jelas belum ada gerakan. Spermatozoa
yang telah melalui epididimis memiliki potensi untuk membuahi ovum. Spermatozoa
yang tidak melewatinya daya pembuahannya sangat kecil.
f. Duktus Deferens
Berupa saluran
tunggal yang keluar dari kauda epididimis. Pada hewan besar saluran ini cukup
panjang keluar dari epididimis membentuk Funikulus spermatikus (Spermatic
cord) di daerah leher skrotum, selanjutnya masuk rongga perut menuju uretra
dalam rongga pelvis.
Duktus deferens
dibagi menjadi dua bagian, yakni : bagian yang tidak berkelenjar disebut :
Duktus deferens dan bagian yang berkelenjar disebut : Ampulla. Selaput lendri
membuat lipatan longitudinal, dengan epithel silindri sebaris atau dua baris,
berdiri pada membran basal. Tunika propria terdiri dari jaringan ikat dengan
banyak sel dan serabut elastis, bagian ini langsung bersatu dengan sub-mukosa
dan keduanya disebut propria mukosa. Tunika muskularis cukup tebal, dengan
bagian yang memanjang, melintang dan miring. Pada babi dan domba lapis sirkuler
tebal terletak disebelah dalam sedangkan lapis memanjang tipis, tetapi pada
sapi, kuda dan karnivora lapisan otot polos saling membuat anyaman, sehingga
tidak membentuk strata yang jelas. Tunika adventitia atau serosa terdapat
paling luar, pembuluh darah, saraf, jaringan limfoid dan otot polos sering
tampak di bagian ini. Ampulla akan dibahas nanti pada kelenjar asesorius.
g. Funikulus Spermatikus
Bagian ini
berbentuk buluh, dibalut oleh peritonium. Didalamnya terdapat duktus deferens,
pembuluh darah, saraf dan berkas otot polos. Pada kasus pengebirian secara
tertutup yang dirusak selain duktus deferens juga arteri (a. Spermatika).
Pengebirian ini lazim dilakukan pada hewan besar (sapi atau kerbau) sebelum
menginjak dewasa kelamin, sebagai ternak daging.
h. Uretra
Uretra hewan
jantan cukup panjang, dibagi menurut letaknya, yakni : Uretra pars prostatika,
uretra pars pelvina dan uretra pars penis. Jadi delaslah bahwa bangun uretra
tergantung pada letaknya dalam tubuh, meskipun demikian terdapat bangun umum
tetap.
Selaput lendir
membuat lipatan memanjang, disusun atas epitelnya banyak lapis dan peralihan.
Pada permukaan, epithel tidak teratur sering membentuk prosesus disebut Lakuna
dari Morgagni. Pada tunika propria banyak terdapat pembuluh darah,
khususnya pembuluh darah venosus yang membentuk korpus uretralis (kelenjar
littre). Lapis paling luar adalah lapisan otot polos, diikuti otot kerangka
dalam membentuk muskulus retralis.
Kolikulus
seminalis adalah kelanjutan dari kresta uretralis yang terjadi dari vesika
urinaria. Bagian ini merupakan tempat permuaraan duktus defferent dan vesika
seminalis. Mukosa mirip dengan uretra, pada kucing dan babi sering terjadi
gangglia di daerah ini. Uretra prostatikus atau uterus maskulina terdapat di
daerah kolikus prostatikus atau uterus maskulinus terdapat di daerah kollikulus
seminialis, sering tampak pada hewan piara, khususnya jelas pada hewan besar.
Uritrikulus prostatikus merupakan ujung saluran Muller yang homolog dengan
uterus dan vagina pada hewan besar.
Uretra pars
penis berbeda dengan uretra pars pelvina, yakni lebih sedikit mengandung
kelenjar tetapi banyak mengandung serabut erektil. Di luar lapisan otot
terdapat tunika albuginea yang merupakan suatu jaringan ikat fibrus banyak
mengandung serabut elastis, khususnya pada penis tipe kaverneus.
3. Kelenjar Asesorius (Glandula genitales asesorius)
Kelenjar asesorius pada hewan
jantan memiliki ciri umum :
Ø Kelenjar bermuara pada uretra
Ø Pada stroma (kapsula jaringan
ikat interstitial, trabekula, septa) sering terdapat otot polos, kontraksi otot
tersebut dapat mendorong skreta, khususnya pada proses ejakulasi.
Ø Kelenjar berbentuk tubulus
bercabang dengan lobulasi cukup jelas. Ada bagian ujung kelenjar yang meluas
membentuk sinus koligentes sebagai penampang sekreta.
Ini sekedar ciri umum, sudah
tentu terdapat beberapa perbedaan untuk setiap jenis hewan. Keempat kelenjar
assesorius tidak semuanya terdapat pada setiap hewan jantan, kalaupun ada
pertumbuhannya tidak selalu subur.
Keempat kelenjar asesorius
tersebut adalah :
a. Ampula
(ampula duktus defrentis)
b. Kelenjar
vesibulares (glandula vesikulares)
c. Kelenjar
prostat (glandula prostat)
d. Kelenjar
bulbo-uretralis (glandula bulbo-uretralis)
Hormon testosteron sangat
berpengaruh terhadap kesuburan kelenjar asesorius dan ciri khas kelamin jantan
(secondary sex characteristic). Kastratsi sebelum datangnya dewasa
kelamin menyebabkan perkembangannya kelenjar tersebut berhenti, sedangkan
kastrasi pada umur dewasa menyebabkan kemunduran secara bertahap kelenjar
asesorius. Secara histologi telah dibuktikan bahwa sel kelenjar mengecil dan
aktivitas bersekresi mundur. Selanjutnya parenkim kelenjar mengalami involusi
dan digantikan dengan jaringan ikat.
a. Ampula.
Kelenjar ampula
anjing menjulur sampai permulaan dari uretra, kucing tidak memiliki ampula.
Diantara hewan besar seperti babi memiliki ampula paling kecil, kelenjarnya
sedikit dan terbesar pada dindingnya. Sapi, kerbau, domba dan kuda pertumbuhan
ampula cukup subur.
Struktur
histologi ampula ditandai dengan menebalnya selaput lendir (mukosa) disebabkan
adanya kelenjar. Kedua ampula melewati bagian ventral dari korpus prostat dan
bersama dengan glandula vesikulares bermuara kedalam uretra pada kolikulus
seminalis.
Kelenjar
bersifat tubulus bercabang, mirip dengan glandula vesikulares dengan ujung
kelenjar yang meluas mirip suatu kantong. Epithelnya berbentuk silindris
sebaris, tinggi rendahnya epithel tergantung dari aktivitas kelenjar tersebut.
Dalam lumen kelenjar sering tampak spermatozoa (slides), bahkan sering
dilaporkan adanya konkremen yang dapat berkapur (kuda dan ruminansia).
Kelenjarnya tidak memiliki saluran yang jelas sehingga ujung kelenjar tampak
langsung berhubungan dengan lumen dari ampula.
Tunika
muskularis tersusun secara sirkuler dan longitudinal, dimana pada ruminansia
saling beranastomose, lapis paling luar adalah tunia adventitia atau serosa.
b.Glandula vesikulares
Glandula ini
jumlahnya sepasang, pada sapi cukup subur dan membentuk lobulasi yang jelas.
Pada kuda dan manusia berbentuk memanjang dan mengantong. Babi, domba dan
kambing pertumbuhan glandulanya cukup baik. Tetapi anjing dan kucing tidak
memiliki glandula vesikulares. Pada sapi saluran glandula tersebut bersatu
dengan saluran ampula membentuk kedua Ostea ejakulatoria yang bermuara kedalam
uretra. Bentuk uretra ini bisa berbeda antara jenis hewan satu dengan yang lainnya.
Struktur
histologi glandula, terbagi dalam lobulus, dipisahkan satu dengan yang lain
dengan trabekula atau septa yang mengandung otot polos, pada ruminansia septa
cukup tebal. Dalam tiap lobulus terdapat ujung glandula yang paling luas
lumennya, sebagai penampung sekreta disebut Sinus Colligentes. Epithel dari
ujung kelenjar berbentuk silindris sebaris, tetapi bagi saluran yang cukup
besar dan terdapat diluar lobulus, epithelnya banyak lapis. Pada lumen ujung
glandula, khususnya sinus koligentes sering terlihat spermatozoa maupun
kristal.
c. Glandula prostat.
Glandula ini
jumlahnya sebuah, terletak pada pangkal uretra di daerah leher vesika urinaria.
Pada berbagai hewan piara bentuknya tidak sama, secara umum terdapat bagian
yang disebut : Corpus prostate dan Pars dissiminata prostate atau pars
dissiminata. Istilah korpus prostata hanya tepat untuk babi dan sapi bukan
domba dan kambing. Korpus ini kecil posisinya dorsal dari uretra dekat vesikula
urinaria.
Pars disiminata
prostata praktis terdapat pada semua hewan piara kecuali kuda, terdiri atas
lobus dekstra dan sinistra dan istmus. Pada ruminansia terdiri atas pars
disminata, glandulanya tersebar hampir sepanjang pars uretra dan pars pelvina.
Pada kuda dan karnivora korpus prostata besar dengan glandula yang subur,
sebaliknya pars disminata sedikit dan tersebar sebagai kelenjar littre. Pada
anjing glandula prostat mengelilingi permulaan uretra. Hewan yang memiliki pars
disminata yang subur, kelenjarnya dibalut oleh muskulus uretralis yang terdiri
atas otot kerangka kecuali daerah ujung kranial dari korpus prostata.
Struktur
histologi parenkhim glandula berbentuk tubulus majemuk. Stroma yang terdiri
dari kapsula, trabekula dan jaringan interstitial mengandung otot polos.
Epithel berbentuk silindris rendah tergantung pada aktivitas kelenjarnya dan
didalamnya banyak terdapat butir sekreta. Intersellulaer skretorikanalikuli
sering tampak pada sapi dan kuda. Sekresi kelenjar bersifat apokrin adakalanya
epithel terlepas bersama bercampur dengan sekreta, yang diduga menyebabkan
terjadinya konrement dalam lumen sinus koligentus disebut Korpura amilasea (sympexionen),
pada babi yang sudah tua sering ditemukan.
Pada rodensia
sekreta kelenjar protat dan kelenjar cowper dapat merupakan penyumbat servik,
khususnya bila fertilisasi telah terjadi. Mukus tersebut dapat menetralkan asam
susu yang terdapat dalam vagina. Pada hewan piara sekreta yang bersifat encer
dari glandula prostat dapat menaikkan motilitas dari spermatozoa.
d. Kelenjar Cowper (glandula
bubo-uretralis)
Kelenjar cowper
ini jumlahnya sepasang, terdapat pada semua hewan piara kecuali anjing. Kapsula
bersifat fibrous murni pada sapi tetapi pada hewan lain mengandung otot polos.
Jaringan ikat interlobuler yang membagi kelenjar menjadi beberapa lobulus
mengandung otot polos. Hanya pada kuda disusun atas otot kerangka, di luar
kapsula jelas terdapat otot kerangka.
Epithel
kelenjar berbentuk silindris rendah, lumen ujung glandulanya besar, aspeknya
mukeus dengan ujung kelenjar ada yang serous, perimbangannya tergantung jenis
hewannya. Pada setiap lobulus terdapat sinus kelenjar sebagai penampung
sekreta. Babi lumen ujung glandulanya meluas dengan sekreta kental, penting
untuk memperkental air mani setelah ejakulasi. Sekreta kelenjar cowper bermuara
kedalam uretra dan dianggap sebagai pembersih (lubrikan) uretra sebelum air
mani lewat. pH sekitar 7,5-8,2 pada ejakulasi tak sempurna air mani sapi tak
mengandung spermatozoa, cairan mana berasal dari kelenjar cowper dan mungkin
sebagian dari prostat.
4. GENITALIA EKSTERNA
4.1 Penis
Penis dapat
dibagi atas korpus dan glans. Korpus penis terdiri atas : Jaringan erektil
korpus kavernosum penis, uretra yang dikelilingi oleh korpus kavernosum
uretrae, muskuli bulbo-kavernosus dan retraktor penis. Ujung penis disebut gland
penis, dimana pada beberapa spesies tidak begitu jelas.
Corpus Penis
Uretra dengan
korpus karvenosum sudah dijelaskan diatas, korpus kavernosum yang membentuk
korpus terdiri atas : Kapsula yang disebut tunika albuginea, berupa membran
tebal terdiri atas jaringan ikat kolagen padat dan serabut elastis. Dari tunika
albuginea dilepaskan trabekula yang berhubungan satu sama lain. Trabekula
membentuk septum mediastinum yang hanya ditemukan pada radiks penis dari
ruminansia dan babi, tetapi pada anjing ditemukan seluruh korpus. Pada kuda dan
anjing septum tersebut tidak kontinyu, diantara trabekula terdapat jaringan
erektil yang sebenarnya. Ini terdiri atas jala, lamela dan pita yang melanjut
ke trabekula dan tunika albuginea dan ruang yang berukuran bervariasi dan
berhubungan satu dengan yang lain disebut : Kaverna. Ruang ini terutama
berjalan secara longitudinal (kecuali pada anjing) dan terbesar serta terbanyak
pada kurra, di luar endothelium, dinding kaverna hanya dibentuk jala
inter-kavernosa yang memuat vasa dan nervi. Pada ruminansia dan babi terdiri
atas jaringan fibro-elastis, otot polos (anjing dan kuda). dan korpusadiposum
yang tersebar. Pada bagian distal dan insertio m. Iskhiokavernosus, korpus
kavernosum sapi mempunyai jaringan fibrosa dan berfungsi untuk membuat penis
lebih kaku.
Vasa Darah
Pada manusia
dan kuda terdapat jala kapiler pleksus korteks superfisial langsung dibawah
tunika albuginea. Ini berhubungan dengan pleksus vena korteks profundal yang
berhubungan dengan ruang kaverna dan jaringan erektil. Aliran darah arterial
terutama berasal dari arteria provunda-penis yang masuk krura. Cabang dari
arteria dorsalis menembus tunika albuginea. Arteri ini berjalan sepanjang
trabekula melintasi sepanjang jaringan erektil. Berupa cabang memberikan kapiler
ke albuginea dan trabekula sedang yang lain membentuk kapiler pada superfisial,
cabang arteri yang lain berakhir pada pleksus profundal atau kelubang kaverna
secara langsung.
Arteri helisina
membentuk cabang dan berkelompok dua sampai sepuluh, selanjutnya dibungkus
dalam berkas oleh jaringan ikat, berjalan berkelok, dindingnya mengandung
berkas otot polos longitudinal hingga arteri mempunyai penebalan seperti
bantal. Ruang kaverna dan pleksus venosus yang provundal di aliri darah dari
vena profunda penis dan vena dorsalis penis dan vena bulbo-uretralis.
Mekanisme Ereksi
Adanya perasaan
erotik maka saraf parasimpatis terpacu dan menyebabkan relaksasi otot polos
pada arteri dan korpus kavernosum, akibatnya darah mengalir ke arteri dan
teregang, ruang kaverna terisi darah arterial dan ruangan membesar. Pembesaran
ruangan ini menyebabkan vena besar yang berdinding tipis tergencet hingga darah
sulit meninggalkan melalui vena. Darah yang mengumpul di korpus kavernosum
dengan tekanan yang makin meninggi dan menyebabkan organ mengeras. Pada saat
ini a.helisina yang jalannya bekelok-kelok, secara pasif teregang dan menjadi
lurus.
Setelah
ejakulasi pengaruh saraf simpatis lebih dominan dan otot polos kembali pada
tonusnya, aliran darah normal kembali, darah yang tertinggal dalam korpus
kavernosum tertekan masuk kedalam vena karena kontraksi otot polos trabekula
dan kerutan kembali jaringan elastis. Penis kembali kebentuk yang normal.
Glans Penis
Kaya akan
vaskularisasi dan beberapa spesies mempunyai bangunan erektil yang sebenarnya
dan membentuk bangunan yang melebar disebut : Glans penis, bangunan ini hanya
jelas pada manusia, kuda dan anjing. Pada anjing glans penis merupakan bangunan
erektil yang pokok. Glans tertutup oleh preposium, preposium terbungkus oleh kulit,
kaya akan nervi dan ujung saraf.
Jaringan
erektil glans terpisah dari korpus kavernosum penis, kecuali pada babi.
Jaringan ererktil ini berhubungan dengan korvus kavernosum-uretrae. Bulbus
glandis anjing adalah suatu korvus kavernosum yang tebal, kaya jaringan elastis
dan serabut otot. Pada karnivora glans membungkus os. penis, membentuk sebagai
jaringan tulang pada ujung korvus kavernosum penis. Pada kuda, kambing dan
biri-biri uretra muncul dari ujung penis membentuk prosessus uretralis dan
terbungkus jaringan kaverna yang tipis. Pada kuda bagian ini kaya jaringan
limfatik. Pada kucing sarung kulit glans mempunyai spina kecil dan mengalami
kornifikasi pada ujungnya. Kuda dan anjing juga ada tetapi lebih kecil.
4.2 Prepusium
Prepusium
terdiri atas dua bagian yakni : Bagian exsternal yang merupakan kelanjutan dari
kulit abdomen disebut : Pars parietalis dan pars viseralis, keduanya bertemu
pada orifisium preputi. Pars parietalis terlipat kedalam dan ke muka pada
forniks dan menutup ujung penis sebagai pars viseralis.
Pars eksterna
mempunyai struktur sama dengan kulit, banyaknya rambut bervariasi tergantung
spesies hewannya. Pars parietalis dihubungkan dengan lapisan luar dengan
jaringan ikat yang banyak mengandung pembuluh darah dan otot polos yang berasal
dari tunika dartos skroti dan berkas otot serat lintang (kecuali kuda dan
anjing). Rambut dan kelenjar kulit hanya terdapat sedikit pada orifisium
preputi. Glandula sebasea lebih banyak bermuara pada permukaan tidak pada
polikel rambut.
Pada fornik
terdapat evaginasi kulit, nodulus limfatikus terdapat lapisan parietal dari
babi dan biri-biri, fornik sapi, anjing babi dan lapisan yang menutup glans
penis sapi. Ujung saraf berupa bulbus terminalis dan korpus-ulum genitale
terdapat lapisan viseral preputium semua hewan. Pada kucing terdapat juga
korpus-kulum pasini.
4.3 Skrotum.
Terdiri atas integumentum
kommunis dan tunika dartos. Kulit skrotum lebih tipis, rambut lebih sedikit dan
kaya akan glandula. Terdapat glandula sebasea dan glandula kulit tubuler. Babi
hanya berlandula kecil dan sedikit, dibagian dalam kulit skrotum melekat ke
tunika dartos dengan perantara jaringan ikat longgar. Tunika dartos terdiri
atas berkas otot polos yang arahnya tidak teratur serta serabut kolagen dan
elasti. Pada babi ditemukan jaringan lemak, septum skroti dibentuk oleh berkas
serabut otot.
B. Organa Genitalia Feminina
Alat reproduksi hewan betina
terdiri dari :
1. Ovarium (alat kelamin primer)
2. Alat penyalur terdiri atas : Tuba fallopii dan fimbrie, Uterus, Serviks
dan Vagina
3. Alat kelamin luar (genitalia eksterna) : Vestibulum, Labia-vulva dan
Klitoris
1. OVARIUM
Jumlahnya
sepasang, berada dalam rongga tubuh yang ditunjang oleh alat penggantung
(mesovarium). Ukuran serta bentuk ovaria pada hewan muda dengan yang dewasa
menunjukkan perbedaan yang sangat jelas. Ovaria dapat dianggap sebagai kelenjar
ganda, yakni : Kelenjar eksokrin karena menghasilkan ova, dan kelenjar endokrin
karena pada periode tertentu menghasilkan hormon estrogen (folikel the graaf)
progesteron (korpus luteum) dan relaksin (korpus luteum).
Struktur histologi bangun ovaria
dewasa berubah-ubah tergantung pada siklus kelamin, tetapi bangun umum pada
mamalia secara garis besarnya hampir sama, sedangkan pada kuda dan ayam agak
menyimpang. Begitu pula bangun ovaria muda dan dewasa juga berbeda.
Strukutur histologi nya sebagai
berikut :
Kapsula :
Ø Epithel kecambah (germinal
epithelium). Pada hewan muda bangun epithel kubis atau silindris rendah tapi
pada yang dewasa kubis rendah. Hampir seluruh permukaan ovaria dibalut oleh
epithel kecambah, kecuali daerah hilus ovari yang dibalut oleh peritoneum. Pada
kuda sebagian besar ovarium dibalut oleh peritoneum, hanya sebagian kecil
disebut ovulation fossa dibalut oleh epithel kecambah.
Ø Tunika albuginea, disusun atas
jaringan ikat kolagen tanpa serabut elastis dan retikuler, sedikit mengandung
sel, letaknya langsung dibawah epithel kecambah.
Korteks :
Ø Disebut juga Korteks ovarii atau
Zona parenchymatosa, letaknya dibagian perifer ovarium langsung dibawah tunika
albuginea, kecuali pada kuda yang terletak di sebelah bagian dalamnya. Pada
korteks terdapat stroma kortikalis dan parenkhim yang terdiri dari folikel pada
berbagai stadia.
Ø Stroma kortikalis terdiri atas
jaringan ikat yang banyak mengandung sel bebas serabut elastis. Serabut kolagen
dan retikuler terdapat didalamnya. Sel stroma yang tersebar dan saling
mengelompok, diduga bukan fibroblast melainkan sel khusus disebut sel
interstitial. Sel tersebut mudah berdiferensiasi, prolifrasi dan menyimpan
bahan lemak serta zat warna. Dalam keadaan darurat mampu berubah menjadi
makrofag, ataupun menjadi sel glandula, misal pada teka interna dan korpus
luteum.
Ø Pada hewan betina sel
interstitial terlebih dahulu berdifrensiasi dan baru bersekresi. Stroma ovarii
pada kuda sering mengandung sel berpigmen, tetapi semakin tua hewan semakin
sedikit selnya. Pada stroma kortikalis tersebar follikel yang pada hewan dewasa
terdapat pada berbagai stadia. Pada hewan multipara (anjing, kucing dan babi)
follikel sering mengelompok, tetapi pada unipara (kuda, sapi dan kerbau)
tersebar secara merata.
Penelitian yang
dilakukan pada anjing menunjukkan bahwa pembentukan follikel berlangsung hampir
sepanjang hidupnya, melalui invaginasi epithel kecambah menembus tunika
albuginea.
Folikel primordial
Pada hewan yang
baru lahir folikel seluruhnya adalah folikel premordial. Folikel yang belum
memasuki siklus pada hewan dewasa sering disebut folikel premordial juga, untuk
membedakan dengan folikel primer yang telah memasuki siklus. Folikel ini
terdiri dari sel telur (oogonium) membran basal yang cukup tipis dan sel
folikel (sel granulosa) berbentuk pipih selapis. Membran basal merupakan batas
antara folikel dengan stroma kortikalis. Diameter oogonium 30-50 m, inti besar, aparatus golgi,
mitokhondria dan endoplasmik retikulum yang jelas.
Folikel primer
Folikel ini telah memasuki siklus, dan dibawah pengaruh hormon FSH dari
hiphofisa terjadi proses pertumbuhan. Pembesaran diameter dari seluruh komponen
folikel disebabkan oleh perubahan pada : Sel telur yang membesar karena intinya
sedikit membesar akibat kromatin bertambah, sitoplasma khususnya kuning telur
(para plasma) bertambah secara bertahap sel telur yang sedang berkembang ini
disebut oosit primer.
Ø Sel-sel follikel turut berkembang
yang tadinya berbentuk pipih selapis, berubah menjadi kubis sebaris.
Ø Membran basal masih tetap tipis.
Folikel
Sekunder
Periode ini
disebut Growing follicle dibedakan tiga stadium, yakni :
1.Stadium permulaan
Oosit primer
terus berkembang, sel folikel mulai berkembang biak sehingga tampak dua lapis.
Di luar selaput vitelin mulai terjadi zona pelusida yang dihasilkan oleh sel
folikel. Di sebelah dalam selaput vitelin kuning telur bertambah banyak,
membran basal sedikit menebal. Penambahan diameter keseluruhan follikel,
demikian juga oosit primer.
2.Stadium pertengahan
Perkembangan
oosit primer terus berjalan, dengan bertambahnya kuning telur posisi inti yang
sentris mulai bergeser agak ke tepi. Zona pelusida agak menebal dan sel folikel
berlapis mencapai tiga sampai enam lapis. Membran basal agak menebal.
3.Stadium akhir
Perkembangan
oosit primer berakhir, zona pelusida tebal. Sel follkel yang ada ditengah mulai
tampak tanda degenerasi yang berakhir dengan hancur (lisis) sehingga terbentuk
rongga sebagai permulaan dari antrum folikuli.
Folikel Tertier
Seperti halnya dengan follikel
sekunder, stadium ini dibagi dalam 3 sub stadium :
1.Stadium permulaan
Perkembangan
oosit primer telah berhenti, zona pellusia sudah cukup tebal. Sel-sel follikel
yang mengitari zona pellusida mulai teratr letaknya. Pada waktu yang bersamaan
sel follikel yang terdapat ditengah berdegenerasi, handur dan membentuk antrum
follikuli yang baru. Antrum follikuli yang telah terbentuk mulai meluas dan
berisi cairan Liquor follikuli. Membran basal tetap ada, sel-sel stroma diluar
membran basal berdiferensiasi menjadi sel-sel theca folliculi.
2.Stadium pertengahan
Pada stadium
ini diduga oosit primer telah memasuki stadium pemasukan pertama dan
mengeluarkan benda kutub (polosit) pertama. Dengan demikian sel telur disebut
oosit sekunder. Sel folikel yang langsung mengelilingi zona pelusida telah
teratur letaknya disebut : Corona radiata. Diluar corona radiata, sel folikel
selanjutnya disebut sel granulosa, membentuk dinding antrum folikuli. Dengan
bergabungnya antrum folikuli dan bertambahnya liquor folikuli maka posisi sel
telur terhadap folikel jadi semakin eksentris. Pertautan sel telur dengan
dinding folikel berlangsung melalui susunan sel granulosa berbentuk tangkai
disebut : Kumulus ooforus. Pada mamalia lazimnya hanya sebuah tetapi pada
kelinci terdapat beberapa buah disebut : Retinakulum. Membran basal yang
memisahkan sel granulosa dan sel teka folikuli, selanjutnya disebut: Membran
skhalavianski. Teka foliculi terdiri atas : Teka interna dan teka eksterna.
Teka interna terdiri disusun oleh jaringan ikat dengan sel epitheloid
mengandung butiran didalamnya, diduga menjadi sumber hormon estrogen. Pembuluh
darah banyak terdapat didalamnya berbentuk kapiler. Sebagian dari hormon
estrogen memasuki pembuluh darah dan sebagian lain menembus sel jaringan ikat
dengan sel memanjang mengelilingi folikel. Perubahan teka eksterna dengan
stroma kortikalispun tidak jelas.
3.Stadium terakhir
Stadium ini
sering dikenal sebagai : Folikel renier de graaf suatu folikel yang sudah siap
mengalami ovulasi. Keadaannya hampir sama dengan substadium sebelumnya, hanya
pada yang terakhir ini terdapat adanya stigma, berupa dinding folikel yang
paling tipis yang nantinya akan pecah dan merupakan jalan keluar bagi oosit
sekunder.
Follikel
atretis (Korpora atretika)
Selama folikel primordial
berkembang menjadi folikel de graaf banyak mengalami kematian. Kematian
folikel pada berbagai stadia dimulai dengan degenerasi pada oosit yang disusul
dengan sel granulosa. Sebaliknya sel teka ber frolifrasi menyerap sisa folikel
dan selanjutnya mengisinya. Proses atresia berbeda untuk tiap jenis hewan.
Secara mikroskopis tampak adanya masa sel yang mengandung lemak diantara
folikel pada stroma ovari. Kasus atresia pada stadium muda lebih mudah lenyap
dari pada stadium lanjut yang biasa memakan waktu agak lama. Ovulasi adalah:
Peristiwa pecahnya folikel de graaf dan terlemparnya ovum dari ovarium. Oosit
sekunder yang terlempar keluar selanjutnya ditangkap oleh fimbriae dari tuba
falopii, kemudian menuju uterus.
Korpus Luteum
Korpus luteum (Yellow body)
mulai terbentuk setelah folikel mengalami ovulasi, pembentukan ini berlangsung
terus sampai sempurna, apabila terjadi kebuntingan (korpus luteum
gravidiatatum), tetapi apabila tidak terjadi pembuahan pembentukan korpus
luteum terhenti, sehingga terjadi korpus albikans atau korpus fibrosum, Korpus
luteum periodikum albikans adalah bentuk degenerasi dari korpus luteum yang
fungsional. Letaknya lebih dalam dan ukurannya besar, sehingga hilangnya
lambat. Sel luteum masih tampak meskipun sedikit dengan butir sekreta
didalamnya. Warna kuning disebabkan oleh adanya pigmen lutein yang terkandung
dalam sel pembentuk parenkhim. Lutein terdapat pada korpus luteum kuda, sapi,
karnivora dan manusia. Pada domba, kambing dan babi pigmen lutein tidak ada
sehingga warna korpus luteum jadi putih kelabu. Korpus luteum tergolong
kelenjar endokrin dan menghasilkan hormon progesteron yang berfungsi memelihara
kelangsungan kebuntingan.
Medula ovari
Sering disebut : Zona vaskulosa,
karena banyak mengandung pembuluh darah. Stroma ovari di daerah medula berubah
menjadi jaringan ikat fibro-elastis yang banyak mengandung pembuluh darah,
pembuluh limfe dan saraf, terdapat pula otot polos yang berhubungan dengan
muskulator dari ligamentum suspensorium. Adanya sel interstitial pada kucing
dan rodensia diduga menghasilkan hormon ovarium. Didaerah pertautan mesobarium
dilaporkan adanya sel yang mirip dengan sel interstitial hewan jantang yang
disebut : Sel hilus yang menghasilkan androgen. Pada karnivora dan ruminansia
dekat mesovarium sering terlihat sisa dari rete ovari, sisa mesonefros yakni
efooforon dan parooforon. Sisa mesonefros tersebut berbentuk saluran
berliku-liku dengan ujung yang buntu. Epithelnya pipih selapis, pada epooforon
silindris bersilia keduanya kadang membentuk kista.
2. ALAT PENYALUR
2.1 Tuba Uterina (Salping, tuba falopii, oviduktus)
Pada mammalia terdapat sepasang
yang berfungsi sebagai : Menangkap oosit sekunder yang diovulasikan (oleh
fimbriae), memberi lingkungan yang baik untuk pembuahan dan menyalurkan oosit
sekunder atau embrio menuju uterus.
Secara
morfologis dibagi menjadi : Infundibulum dan fimbriae, ampulla dan istmus.
Bangun umum ketiga daerahnya hampir sama hanya berbeda dalam struktur selaput
lendirnya serta ketebalan lapisan otot.
Mukosa daerah
ampula membentuk lipatan komplek dengan adanya lipatan primer, sekunder dan
tertier. Semakin menuju uterus bentuk lipatan semakin sederhana dan rendah.
Lamina epitelialis terdiri atas epitel silindris sebaris, kecuali pada ruminansia
dan babi yang memiliki daerah epitel silindris banyak baris.
Pada epitel
terdapat dua macam sel yang berbeda, yakni : Sel yang memiliki silia yang aktif
bergetar menjelang oosit lewat. Tipe sel ini menjamin kelancaran transport
oosit embrio menuju uterus. Sel tanpa silia banyak mengandung butir sekreta
didalamnya, diduga menghasilkan sekreta yang bersifat nutritif bagi embrio.
Aktivitas epithel ini ternyata sejalan dengan aktivitas seluruh saluran kelamin
meskipun tidak sehebat uterus. Lamina propria terdiri atas jaringan ikat
longgar dengan banyak sel dan serabut retikuler. Serabut otot polos sering
tampak didalamnya. Sub mukosa terdiri atas jaringan ikat longgar berbatasan
langsung dengan mukosa sebab muskularis mukosa tidak ada.
Tunika
muskularis pada lapis dalamnya tersusun melingkar dan lapis luarnya longitudinal.
Diantaranya terdapat jaringan ikat yang mengandung pembuluh darah yang dikenal
sebagai stratum vaskulare. Pada bibir infundibulum atau fibriae otot polos
hampir tidak tampak atau hanya soliter. Semakin menuju uterus lapis otot polos
semakin jelas bahkan membentuk dua lapis yang berbeda susunannya.
Tunika
muskularis dengan gerakan peristaltiknya bertugas mendorong oosit atau embrio
menuju uterus. Serosa terdiri dari mesothelium dan subserosa. Serosa ini
merupakan kelanjutan dari serosa yang membalut alat penggantung tuba uterina
(mesosalpinx).
2.2 Uterus (= Rahim)
Bentuk uterus pada berbagai hewan
piara tidak sama, hal ini berhubungan dengan perkembangan embriologi.
Perbedaannya terletak pada derajat penyatuan bagian kaudal buluh Muller. Secara
umum uterus dibagi dalam 4 bagian yaitu :
Ø Uterus simplex : uterus hanya
satu, ditemukan pada primata (bangsa kera) termasuk manusia.
Ø Uterus dupleks (uterus bipartius)
: tipe ini memiliki dua uterus yang terpisah, sehingga memiliki dua serviks
yang masing-masing bermuara kedalam uterus. Tipe ini terdapat pada rodentia
seperti : kelinci dan marmut.
Ø Uterus Bipartius : mempunyai dua
buah kornu yang panjang, yang bersatu di daerah istmus dekat servik, kemudian
bermuara pada vagina tunggal. Tipe ini terdapat pada : karnivora dan babi.
Ø Uterus Bikornis : Kornua uteri
yang tidak begitu panjang, karena penyatuan korpus uteri berlangsung agak jauh
dari servik. Servik hanya sebuah dan bermuara kedalam vagina. Tipe ini terdapat
pada : kuda dan ruminansia.
Struktur histologi :
a. Endometrium
Istilah yang
diberikan untuk mukosa dan submukosa, karena muskularis mukosa memang tidak
ada. Lamina epithelialis terdiri atas epitel silindris sebaris, pada babi dan
ruminansia sering tampak adanya bentuk epithel silindris banyak baris.
Lamina propria terdiri atas
jaringan ikat yang hanya mengandung sel disebut Stratum selulare, dibawahnya
terdapat lapis jaringan ikat longgar dengan sedikit sel disebut : Zona
spongiosa. Pada waktu birahi (estrus) zona spongiosa mengandung banyak cairan sehingga
menggembung (edematus), sebaliknya setelah estrus pada ruminansia besar dan
anjing sering terjadi perdarahan kecil dan berakhir pada diestrus.
b. Karunkula (carunculae)
Merupakan penonjolan endometrium,
bersifat bebas kelenjar dan banyak mengandung sel jaringan ikat dan pembuluh
darah. Dengan pewarnaan HE daerah ini kuat mengambil zat warna sehingga tampak
jelas. Pada uterus yang tidak bunting karunkula ini kecil, tapi pada yang
bunting sangat membesar, bahkan pada sapi dapat sebesar ketan, jumlahnya tidak
tentu, berkisar antara 60-120 buah. Pada uterus bunting khorion melekat bahkan
membenamkan vili kedalamnya.
Submukosa terdiri atas jaringan
ikat longgar dengan sedikit sel jadi jelas dapat dibedakan dengan tunika
propria. Sebagian besar kelenjar dari uterus (glandula uterina) terdapat dalam
submukosa khsusnya ujung kelenjar, sebagian alat penyalurnya terdapat pada
tunika propria. Bangun kelenjarnya adalah tubulus sederhana dengan ujung
kelenjar menggulung, keadaan kelenjar sangat dipengaruhi oleh siklus kelamin.
c. Myometrium
Sebagai pengganti istilah tunika
muskularis mukosa, terdiri atas otot polos yang tersusun secara melingkar
sebelah dalam dan memanjang sebelah luar. Diantaranya terdapat stratum
vaskulare. Pada uterus yang pernah bunting stratum vaskulare ini memiliki
pembuluh darah yang besar, lebih jelas dari uterus dara.
Perimetrium (serosa), lapis luar
merupakan kelanjutan dari peritoneum (serosa) hanya saja sub serosa relatip
tebal dan mengandung otot polos membentuk alat penggantung uterus (ligamentum
lata uteri).
2.3 Servik.
Merupakan pintu
gerbang antara uterus dan vagina. Bangun umum hampir mirip dengan uterus,
selaput lendirnya (sesuai dengan peranannya) membentuk lipatan primer, sekunder
dan tersier. Epithelnya silindris sebaris, tetapi bersifat sekretoris
menghasilkan lendir. Beberapa sel tampak memiliki silia.
Tunika propria
terdiri atas jaringan ikat longgar, dan pada waktu estrus bersifat odematus,
pada submukosa terdapat kelenjar (anjing dan kambing), bersifat tubulus dan
mukus. Tunika muskularis yang sirkuler tebal, bahkan berlapis-lapis dibatasi
oleh jaringan ikat, lapis lungitudinal bersatu dengan vagina. Serosa merupakan
kelanjutan dari uterus mengandung lebih sedikit sel otot polos tapi lebih
banyak mengandung ujung saraf perifer.
Fungsi : servik
uteri tertutup rapat pada waktu hewan bunting, disertai dengan lendir berwarna
kuning yang mengental (mucusplug). Servik terbuka pada waktu partus atau sedang
birahi.
2.4 Vagina
Vagina
berbentuk buluh terbuka, dibagian kranial berbatasan dengan servik uteri dan
dibagian kaudal adalah vestibulum vulva. Sebagian kecil (kranial) vagina
terdapat dalam rongga perut yang dibalut oleh serosa, dan sisi selebihnya
terdapat dalam ruang pelvis dibalut oleh adentitia.
Sebagaimana
pada saluran kelamin yang lain, vagina pun mengikuti perubahan sesuai dengan
siklus kelamin. Perubahan mana tampak jelas pada epithel vagina yang penting
untuk identifikasi siklus kelamin khusunya pada rodensia dan karnivora. Fungsi
vagina adalah : pada waktu kopulasi menerima penis serta pancaran air mani
setelah ejakulasi berlangsung.
Struktur histologi:
Ø Mempunyai epithel pipih banyak
lapis, pada pengenalan siklus kelamin epitel ini mendapat sorotan khusus. Pada
ruminansia besar epithel vagina kranial sering tampak adanya sel mangkok, yang
jelas dan besar pada waktu esterus, sel ini penghasil lendir, dikeluarkan pada
waktu metestrus.
Ø Pertandukan (keratinization) pada
permukaan epithel pada ruminansia besar tidak jelas, hanya sel permukaan
jumlahnya meningkat. Pada karnivora anjing pertandukan tampak jelas pada waktu
estrus, banyak sel permukaan lepas dan tercampur dengan eritrosit berasal dari
endometrium.
Ø Lamina propria terdiri atas
jaringan ikat yang langsung berbatasan dengan sub mukosa, semakin menuju
vestibulum jumlah folikel getah bening semakin meningkat, pembuluh darah banyak
terdapat didalamnya. Sub mukosa terdiri atas jaringan ikat longgar yang lebih
sedikit mengandung sel jaringan ikat
Ø Tunika muskularis terdiri atas
lapis melingkar dan memanjang. Pada anjing tampak adanya tiga lapis yakni lapis
longitudinal luar dan dalam dan lapis melingkar disebelah dalam, pada hewan
piara yang lain lapis longitudinal dalam jarang tampak.
Ø Tunika adventitia terdiri atas
jaringan ikat longgar yang mengandung sel lemak, pembuluh darah pembuluh limfe
dan folikel getah bening serta kelenjar di daerah vestibulum. Serosa hanya
tampak dibagian kranial.
3 Alat Kelamin Luar (Genitalia externa)
3.1 Vestibulum
Vestibulum
merupakan daerah perbatasan antara vagina dan vulva. Daerah yang berbatasan
dengan vagina ditandai dengan adanya selaput dara (himen), selaput dara jelas
berkembang pada manusia tapi pada hewan piara kurang jelas, hanya berupa
sedikit kenaikan mukosa. Daerah permuaraan urethra betina dianggap daerah
perbatasan antara vagina dan vestibulum. Glandula vestibulares mayor dan minor
bermuara di daerah vestibulum, bahkan didaerah ini sering tampak sisa (vestige)
saluran limfe, dari masa kehidupan embrional.
Struktur histologi :
o Lamina epithelialis terdiri atas epithel pipih banyak lapis yang juga
mengikuti perubahan siklus kelamin, sebagaimana terjadi pada vagina. Infiltrasi
leukosit sering tampak pada epithel. Pada kuda dan sapi sering membentuk
lipatan berbentuk buluh mirip lakuna dari morgagni pada urethra.
o Lamina propria terdiri atas jaringan ikat longgar membentuk papil
mikrsokopik dan mengandung banyak serabut elastis, limponodulus banyak terdapat
didalamnya, bahkan pada ruminansia besar sangat mencolok. Lebih dalam lagi
terdapat pleksus venosus dan kelenjar vestibularis mayor jelas pada ruminansia
besar, kucing dan kadang-kadang domba. Pada manusia cukup subur disebut
kelenjar Bartholini.
o Glandula vestibularis minor tampak pada anjing, kucing, domba, babi dan
kuda terletak lebih superfisial dan tersebar. Pada kucing dan domba banyak
terdapat sekitar klitoris, kedua kelenjar tersebut bersifat tubulo-asinus
majemuk dengan sel ujung kelenjar bersifat mukous. Kelenjar ini bermuara
dibagian lateral dari vestibulum. Khususnya pada anjing dan kuda dikenal
istilah Bulbus vestibuli berupa kavernous yang berkembang mirip korpus
kavernosum urethrae terdapat pada dinding lateral vestibulum. Bulbus vestibuli
sering memiliki kapsula yang cukup jelas, pada waktu kopulasi khususnya anjing
mungkin bulbus vestibuli ini ikut berperan dalam menahan bulbus glandis penis.
Pada hewan lain kaverneus tidak begitu subur pertumbuhannya.
o Sub mukosa sifat jaringan ikatnya lebih longgar dari tunika propria.
Lobulus kelenjar terdapat dalam lapis ini, bahkan kadang-kadang lebih dalam
lagi diantara muskulus konstriktor vestibuli, karenanya dianggap homolog dengan
kelenjar cowper.
o Tunika muskularis terdiri atas : lapis dalam dan lapis luar, lapis paling
luar adalah otot kerangka yakni muskularis konstriktor vestibuli dan muskularis
konstriktor vulvae. Pada anjing muskularis konstriktor vestibuli berperan dalam
menahan glans penis waktu kopulasi berlangsung.
o Tunika adventitia berupa jaringan ikat longgar yang mempertautkan
vestibulum dengan alat tubuh sekitarnya.
3.2 Labia
Berupa bibir dari vestibulum
dengan komisura dorsalis dan ventralis. Kalau pada manusia jelas dapat
dibedakan antar labio majora dan minora, maka pada hewan piara lain keadaanya.
Yang berkembang justru hanya sepasang dan ada kaitannya dengan labio minora
pada manusia, selebihnya tertutup oleh kulit yang mengalami pigmentasi lebih
kuat dari kulit sekitarnya, pada hewan daerah ini lebih dikenal sebagai daerah
vulva.
Pada anjing labio majora agak
berkembang berupa elevasi kulit lateral dari labio minora. Korium bersifat
fibroelastis dan subkutis banyak mengandung jaringan lemak. Muskulus
konstriktor vulvae (otot kerangka) relatif subur pada anjing dan babi.
3.3 Klitoris
Secara anatomis klitoris terdiri
atas : badan (Corpus klitoridis) dan kepala (Glans klitoridis) dan selubung (Preptium
klitoridis). Pada kedua bagian ini banyak mengandung ujung saraf sensoris,
Korpus klitoridis memiliki korpus kavernosum seperti pada penis karenanya
dipandang homolog dengan penis, meskipun dalam format kecil, bedanya pada
klitoris tidak dilalui urethra.
Pada kuda didalamnya terdapat otot polos. Pada anjing, kucing dan babi
dibagian tengah terdapat jaringan lemak. Ujung bebas daerah korpus kavernosum
bersifat fibrous mirip pada penis ruminansia. Glans klitoris pada najing dan
kuda korpus kavernosum glandis mirip glans penis ukuran kecil, tetapi sapi,
domba, kambing dan babi kurang berkembang, hanya berbentuk jaringan ikat dengan
pembuluh darah didalamnya. Preptium dibalut oleh epithel pipih banyak lapis
tanpa rambut dan kelenjar kulit, didalamnya banyak terdapat ujung saraf
simpatis.
No comments:
Post a Comment