SISTEM RESPIRASI
Oxygen diperlukan untuk proses metabolisme pada hewan berderajat tinggi,system respiratorius berguna untuk pengambilan oxygen dan pembuangan Co2 yang
dibawah ke dan dari jaringan dengan melalui system sirkulasi.
Systema respirasi dapat dibagi menjadi 2 bagian pokok yaitu : bagian konduksi
dan bagian respirasi. Bagian konduksi merupakan tabung yang menghubungkan dunia
luar dan paru-paru. Terdiri atas hidung, pharynx, larynx, trachea dan bronchi serta
bronchioli. Bagian ini ada yang terletak dalam paru-paru ada yang diluar. Bagian
respirasi merupakan tempat dimana benar-benar terjadi pertukaran gas antara darah
dan udara. Bagian konduksi juga untuk pencuci, memanasi atau mendinginkan dan
membuat udara lebih lembab. Pada larynk juga terdapat alat-alat suara.
1. Cavum Nasi
Terbagi menjadi 3 bagian yakni : regio vertibularis, regio respiratorius dan
regio olfaktorius.
a. Regio vestibularis
Mukosa mengandung pigmen, dilapisi epithelium swuomus komplek
dengan corpus papillare, banyak mengandung rambut yang berguna untuk
menyaring udara. Dibawah epithelium terdapat lamina propria dengan
glandula serosa, dibawahnya terdapat sub mucosa yang kaya akan vasa dan
nervi. Pada Nares anteriores berubah menjadi kulit luar. Pada kuda banyak
mengandung rambut, glandula sebacea dan glandula tubuler.
b. Regio respiratorius
Pada regio ini epithel squomus komplek berubah menjadi ep. Kollumner
komplek dan kemudian menjadi epithel pseudokomplek bersilia dengan sel-sel
piala. Membrana basalis banyak mengandung serabut retikuler, pada lamina
propria banyak serabut elastis, terdapat banyak leukosit dan nodus
lymphaticus. Pada lamina propria banyak terdapat glandula tubulo alveolar
yang kebanyakan bersifat serosa, tetapi ada juga yang bersifat mukosa dan
campuran. Pada karnivora glandulanya kecil dan jarang-jarang. Sekresinya
membuat udara respirasi menjadi lebih lembab.
13
Sub mucosanya terdiri dari jaringan kolagen yang banyak mengandung
plexus venosus dan bersifat erektil. Banyaknya plexus venosus membantu
memanasi udara inspirasi. Sub mukosa berbatasan langsung dengan
periosteum atau perikhondrium dari septum nasi.
c. Regio Olfaktorius
Warna dari bagian ini berbeda dengan 2 bagian yang lain karena banyak
mengandung pigmen. Pada kuda dan sapi berwarna kuning muda, biri-biri
kuning, kambing gelap, babi coklat dan carnivora berwarna kelabu pada
bagian ini banyak ditemukan glandula tubuler.
Epithelium olfactorius terdiri dari 3 macam epithelium yakni : Sel
sustentaculum, sel basal dan sel olfactorius. Sel sustentaculum berbentuk
tinggi, langsing, dengan EM terlihat sel ini mempunyai juction complexes
yang berhubungan dengan sel-sel olfaktorius atau sel sustentaculum
tetangganya . Permukaan bebasnya banyak mengandung mikrovili. Pada
bagian apex terdapat Golgi komplek dan granula pigmen. Pada beberapa
spesies sel sustentaculum bersifat sekretorik dan mengnadung banyak granula
musigen. Diantara bagian basal sel sustentaculum terdapat sel yang menyusun
diri dalam satu lapisan sel-sel. Sel ini mempunyai nukleus gelap dan
mempunyai processus bercabang.
Sel-sel olfaktorius bersifat kapiler dan tersebar diantara sel
sustentaculum. Nukleusnya berbentuk bulat dan terlihat dalam suatu barisan
antara sel sustentaculum dengan jaringan pengikat. Bagian apex dari sel
merupakan modifikasi dair dendrit berupa processus yang berbentuk silindris
dari nukleus kepermukaan epithelium.
Ujung proksimalnya meruncing membentuk filament halus tebal 1
mikron, dan ini merupakan azon serabut saraf dari nervus olfaktorius. Berjalan
menembus jaringan ikat dan bersama-sama dengan axon yang lain
membentuk berkas sebanyak 20 buah yang dikenal dengan nama Fila
olfaktorius yang bersifat makroskopik. Sitoplasma sel olfaktorius banyak
mengandung neurofibril terutama didekat nukleus. Pada tempat ditemukannya
juctional complexes sel sedikit mengalami konstriksi.
Sebelah distal dari bagian ini sel menggembung dan dari sini keluar
lendir, bagian ini kadang-kadang disebut Vesicula olfaktoria, dari sini
keluarlah 6-8 buah cilia olfaktoria. Cilia ini bersifat nonmotil dan sangat
14
panjang, cilia ini merupakan komponen dari organa sensorik yang dapat
distimulasi dengan substansi berbau.
Serabut saraf tak bermielin dari nervus olfaktorius diikat bersama dengan
jaringan ikat yang halus hanya dengan makrofag. Dengan melalui foramen
cribiformis dari osethnoidale masuk dalam bulbus olfaktorius otak. Membrana
mukosa olfaktoria juga diinervasi saraf bermielin berasal dari n trigeminus.
Ujung saraf ini berakhir pada permukaan bebas pada sel-sel sustentaculum dan
merupakan reseprto stimuli yang tak bersifat bau.
Lamina propria bersatu dengan periosteum, didalamnya terdapat sel-sel
pigmen dan sel lymphoid. Dibawah epithelium lamina propria hanya plexus
kapiler. Lebih ke profundal terdapat plexus, vena-vena besar dan jala-jala
padat, kapiler-kapiler lymphe. Kapiler lymphe ini kemudian menuju ke
saluran lymphe besar dibagian samping kepala. Lamina propria dan regio
olfaktorius banyak mengandung glandula olfaktoria dari Bowman yang
berbentuk tubulo alveolar bercabang. Pars sekretoriknya biasanya sejajar
dnegan permukaan sednag duktus ekretoris tegak lurus dan bermuara
dipermukaan.
Sinus paranasalis dilapisi dengan membrana mukosa yang sedikit
berbeda dengan kavum nasi, glandulanya lebih sedikit dan bersifat serosa.
Glandula nasi lateralis bersifat serosa, glandula ini tidak ditemukan pada
manusia dan sapi.
Mukosa dari duktus incisivus sebagian diliputi dengan kartilago hyalin
yang padat. Banyak ditemukan glandula tubuler yang bersifat serosa dan
campuran, leukosit dan nodulus lymphaticus.
Cavum Nasi Burung
Mukosa olfaktoriusnya mirip dengan mamalia. Cavum nasi berhubungan
dengan cavum oris melalui choana, mukosanya dilapisi oleh epithel
pseudocomplek bersilia dengan sel piala, lamina propria tidak banyak terdapat
lymphosit. Epithelium dari regio respiratorius segera berubah menjadi ep squomus
komlex dari cavum oris pada tepi choana. Glandula nasi lateralis terdapat pada os
frontale dekat chantus medialis mata. Produknya dikeluarkan didalam cavum nasi
dan menjaga supaya lubang hidung tidak kering pada waktu terbang.
15
Histophysiologi
Stimulus bau mungkin bersifat kimia, sekresi glandula Bowman
menghasilkan pelarut yang cukup dan menjaga permukaan epithelium olfacorius
tetap basah. Substansi-substansi yang bukan kebanyakan lebih mudah larut dalam
lipida dari pada dalam air. Sel-sel olfaktorius dan cilianya banyak mengandung
lipida, sehingga substansi yang berbau, meski dalam jumlah yang sedikit dapat
menjadi cukup kental dalam regio olfaktorius.
Sinus Paranasalis
Merupakan sinus tambahan dari cavum nasi terdiri atas sinus frontalis,
ethnoidalis,spehnoidalis dan maxillaris. Epithelium yang melapisi sama dengan
cavum nasi tetapi lebih sedikit mengandung glandula. Cilia bergerak mengusir
benda-benda asing ataupun mukus kering ke kavum nasi. Mukosanya melekat erat
ke peri osteum.
Histophysiologi
Stimulus bau mungkin bersifat kimia, sekresi glandula Bowman
menghasilkan pelarut yang cukup dan menjaga permukaan epithelium olfatorius
tetap basah. Substansi-substansi yang bukan kebanyakan lebih mudah larut dalam
lipida dari pada dalam air. Sel-sel olfaktorius dan cilianya banyak mengandung
lipida, sehingga substansi yang berbau, meski dalam jumlah yang sedikit dapat
menjadi cukup kental dalam regio olaktorius.
Sinus Paranasalis
Merupakan sinus tambahan dari cavum nasi terdiri atas sinus frontalis,
ethnoidalis, sphenoidalis dan maxillaris. Epithelium yang melapisi sama sengan
cavum nasi tetapi lebih sedikit mengandung glandula. Cilia bergerak mengusir
benda-benda asing ataupun mukus kering ke kavum nasi. Mukosanya melekat erat
ke peri osteum.
2. Pharynx
Terdiri atas pars respiratoria (nasopharynx) dan pars digestoria
(oropharynk). Kecuali pada palatum molle dan dinding dorsalnya yang hanya
terdiri atas mukosa dan tulang maka dinding pharynk dibentuk oleh mukosa,
16
fascia pharyngea interna, otot seran lintang fascia pharyngea eksterna dan tunica
adventitia yang bersifat longgar.
Nasopharynk dilapisi dengan epithelium pseudocomplex bersilia,
oropharynx ep squomus komplek. Lamina propria oropharynx terdiri atas jaringan
fibroelastis dan banyak mengandung glandula mukosa serta mempunyai banyak
jaringan lymphatik. Pada nasopharynx pada umumnya bersifat mukoserosa fascaia
paryngea interna terdiri dari serabut longitudinal dan sirculer, yang sirkuler tebal.
Fascia pharyngea externa terdiri atas membran fibrosa padat dengan jala-jala
serabut elastis. Tunica adventitia berupa jaringan ikat longgar.
Dinding pharynx banyak mengandung pembuluh darah dan lymphe.
Pembuluh-pembuluh lymphe ini berhubungan dengan pembuluh limphe c nasi.
Serabut saraf membentuk plexus-plexus superficial dan profundal.
3. Larynx
Larynx tersusun dari kartilago hyalin dan elastis yang membentuk tabung
panjang yang kurang teratur, dilapisi dengan jaringan ikat, otot seran lintang dan
membrana mukosa dengan glandulanya. Larynx merupakan penghubung pharynx
dan trachea.
Rangka larynx tersusun atas beberapa kartilago thyroidea, cricoidea dan
epiglotis bersifat tunggal, sednagkan cartilago arytenoidea, cornikulata dan
cuneiformis sepasnag. Otot-otot external larynx berhubungan dnegan otot-otot
dan ligamentum di sekitarnya dan membantu mekanisme menelan . Otot internal
menghubungkan kartilago satu dengan yang lain , dan kontraksinya menyebabkan
bentuk kavum larynx berubah-ubah dan memberikan type produksi suara
Mukosa vestibulum sampai margo cranialis dari plica vokalis dilapisi oleh
epithelium squomus komplek sednag bagian yang lain dilapisi oleh ep
pseudocomplek bersilia, sehingga permukaan epiglotis, arytenoidea dan plica
aryepiglotica dilapisi oleh ep squomus komplek.
Lamina propria dibentuk oleh jaringan ikat dengan banyak serabut elastis.
Disana banyak ditemukan jaringan lymphoid dengan nodulus lymphaticus dan
glandula yang bersifat serosa, mukosa dan campuran. Nodulus lymphaticus
banyak ditemukan pada sapi dan kemudian menjarang jumlahnya pada kuda, babi
dan karnivora.
17
Submukosanya tipis, otot larynx bersifat seran lintang. Pada ruminansia
tidak ditemukan saculus laryngis. Pada kuda bagian ini dilapisi ep pseudocomplek
bersilia, pada babi dan carnivora oleh ep squomus komplek.
Pembuluh-pembuluh darah membentuk plexus perichondral atau sub
mukosa, jala-jala priglanduler dan jala-jala padat sub epithelial. Pembuluh limphe
membentuk jala-jala padat superficialis dan provundal. Saraf-saraf sensorik
berasal di n laryngis inferior.
4. Trachea
Susunan trachea terdiri atas mukosa ep. pseudokomplek bersilia dengan
membrana basalis, lamina propria, lapisan serabut elastis longitudinal, sub mukosa
dengan glandula, membrana fibroelastis dengan cincin kartilago, otot (hanya
terdapat di bagian dorsal) dan tunika adventitia.
Epithelium banyak mempunyai sel piala dan diantara epithelium banyak
terdapat leukosit. Gerak cilia kearah hidung dan berguna untuk mengusir partikel
debu. Banyak hewan hanya mempunyai membrana basalis yang dudimenter.
Lamina propria terdiri dari serbaut halus dengan banyah lumphosit.
Dibatasi dari sub mukosa oleh membrana fibroelastis yang mengambil
tempat seperti membrana muskularis mukosae, sub mukosa kaya akan serabut
elastit dan lemak dan melekat pada perikhondium cincin kartilago. Bagian
provundal dari lamina propria dan submukosa mengandung banyak glandula
18
tubuler campuran terutama banyak ditemukan dibagian ventral dan lateral.
Terutama pada biri-biri, nodulus lymphaticus ditemukan pada mukosa.
Cincin-cincin kartilago dibungkus oleh membran fibrosa, cincin ini menjaga
agar trachea jangan kolaps, terutama saat oesofagus dilalui bolus makanan.
Dibentuk oleh kartilago hyalin yang pada hewan tua sering mengalami klasifikasi
atau ossifikasi, cincin ini tidak sempurna menutup pada bagian dorsal.
Tunika muskularisnya adalah m transversus trachea berupa otot polos
dengan arah melintang pada bagian dorsal. Pada kuda ruminansia dan babi terletak
sebelah medial ujung-ujung cincin . Tunika adventitia terdiri atas serabut elastis
dan kolagen yang longgar dengan banyak jaringan lemak, vasa dan nervi. Vasa
darah membentuk plexus submukosa, periglanduler dan sub epithelial, sedan vasa
limphe membentuk jala-jala provundal dan superficial, saraf yang menginervasi
terdiri dari saraf bermyelin dan tak bermyellin.
Trachea Burung
Kartilago berupa cincin yang sempurna dan pada burung-burung air banyak
mengalami ossifikasi. Epitheliumnya adalah ep pseudo komplek bersilia yang
banyak membantu crypte seperti mukosa cavum nasi. Lamina propria banyak
diinfiltrasi dengan lymphosit.
19
5. Pulmo
Struktur pulmo mirip dengan glandula alveolar komplek. Terletak dalam
cavum toracis dan bentuknya berubah-ubah sesuai dengan irama respirasi. Pulmo
terdiri rangka penyokong berupa kapsula dan jaringan ikat interstitiak, bagian
konduksi dalam pulmo dan bagian respirasi. Capsula pulmo berupa membrana
serosa yang disebut pleura visceralis. Pada sapi tertebal dan pada karnivora paling
tipis. Paling superfisial dilapisi oleh mesothelium, capsula memiliki banyak
serabut otot polos.
Dibawah epithelium terdapat jala-jala serabut elastis pada yang memisahkan
serosa dengan sub serosa. Sub serosa terdiri atas serabut kolagen, jaringan kolagen
melanjutkan diri ke lobulus pulmo, dalam sub serosa juga ditemukan nodulus
lymphaticus.
Pulmo terbagi atas lobus, sedang lobus terbagi menjadi lobulus oleh jaringan
ikat tipis yang disebut septa. Lobulus berbentuk pyramida. Pyramid-pyramid
tersebut tersusun sedemikian rupa sehingga bagian apex mengarah kehilus pulmo,
sedang bagian basisnya mengarah ke permukaan pulmo. Tiap lobulus menerima
cabang dari bronchus primarius (merupakan cabang dari trachea) sednag lobulus
menerima bronchiolus kecil.
Susunan Bronchus
Trachea bercabang menjadi dua disebut bronchus primarius. Tiap bronchus
primarius bercabang-cabang sesuai dengan jumlah lobi. Bronchus masuk ke
dalam pulmo melalui hilus, cabang-cabang bronchus primarius yang masuk
kedalam lobulus disebut bronchiolus. Dibandingkan dengan bronchus maka
bronciolus lebih kecil (diameter kurang dari 1 mm ) epitheliumnya sudah tidak
pseudokomplek melainkan collumner bersilia, sudah tidak mempunyai cartilago.
Bronchiolus akan bercabang-cabang terus membentuk cabang lebih kecil. Cabang
lebih kecil. Cabang terkecil yang masih termasuk dalam bagian konduksi disebut
bronchiolus terminalis. Didalam tiap lobulus ditemukan 50 –80 bronchiolus
terminalis (manusia), bronchiolus terminalis melanjutkan diri sebagai 1-2 atau
lebih bronchiolus respiratorius, ini bercabang lagi menjadi 2-11 duktus alveolaris
yang dindingnya dibatasi oleh bangunan berupa rumah labah yaitu mulut lebar,
saccus alveolaris yang merupakan bagian terujung.
Sebelum bronchi masuk kedalam pulmo strukturnya mirip dengan trachea,
tapi setelah masuk kedalam pulmo maka cincin kartilago diganti dengan lempeng
20
kartilago yang bentuknya tidak teratur yang secara sempurna membatasi bronchi.
Disamping itu ditemukan juga lapisan otot polos yang sempurna, lempenglempeng
kartilago menghilang setelah diameternya mencapai 1 mm.
Bronchus ditutup oleh ep pseudokomplek basilia, lamina proprianya
dibentuk oleh banyak serabut elastis dengan sedikit serabut kolagen dan retikuler.
Pada pemotongan melintang bronchus permukaannya kelihatan bergelombang
karena kontraksi otot polos yang terdapat pda dinding. Gambaran ini akan hilang
apabila pulmo teregang .
Dibawah mukosa terdapat otot polos yang tidak pernah membenuk cincin
yang sempurna seperti halnya pada intestanum atau vasa darah, tetapi membentuk
berkas yang terputus-putus dan makin kecil maka ruang antara makin lebar.
Diantara serabut-serabut otot polos banyak terdapat serbaut-serabut elastis . Jalajala
vasa yang padat banyak menembus jaringan fibroelastis tersebut.
Lapisan yang terluar berupa jaringan ikat padat yang banyak serbaut elastis.
Bagian ini menyelubungi lempeng-lempeng kartilago dan melanjutkan diri ke
jaringan ikat sekitarnya dan jaringan ikat vasa yang berjalan bersamanya. Sampai
ditempat dimana ditemukan lempeng kartilago ditemukan dibawah lapisan
muskulus. Terutama pada tempat-tempat percabangan bronchi terdapat jaringan
lymphatik yang bersifat diffusa kadang-kadang dengan nodulus lymphaticus
terdapat secara tak teratur pada mukosa dan jaringan fibrosa disekitar kartilago.
21
Makin kecil ukuran bronchi atau bronchioli maka lapisan dinding makin
tipis, tetapi lapisan otot polosnya masih tetap ditemukan sebagai komponen yang
menjolok, bahkan masih tetap ditemukan pada dinding yang membatasi ductus
alveolaris.
Bagian Respirasi dari Pulmo
Lobulus primarius merupakan unit fungsional dari pada pulmo, dan ini
tersusun dari bronciolus respiratorius termasuk ductus alveolaris, sacurs
alveolaris, alveoli, vasa, saluran lymphe, nervi dan jaringan ikat.
Pada pemotongan pulmo bagian respirasi tampak sebagai bangunan yang
berupa ruang-ruang dan dipisahkan oleh sapta dengan dinding tipis. Disana-sini
ditemukan bronchi dengan dinding tebal serta arteri dan vena dengan ukuran yang
bermacam-macam.
Beberapa alveoli muncul dari dinding bronciuolus respiratorius. Suatu
processus cytoplasmatic dari epithelium bronchiolus respiratorius / bentuk bersih
melanjutkan diri kedinding alveolus.
Duktus alveolaris merupakan cabang-cabang dari bronchiolus respiratorius.
Pada potongan yang agak tebal terlihat sebagai suatu tabung berdinding tipis yang
dibatasi oleh mulut-mulut lebar dari saccus alveolaris. Saccus alveolaris
berbentuk polihedral dan hanya terbuka pada sisi yang menghadap ke duktus
alveolaris. Mulut-mulut saccus alveolaris disokong dengan serabut elastis, kolagen
dan otot polos, mereka kelihatan sebagai ujung jarum pentul.
Dari ductus alveolaris timbullah satu alveolus dan saccus alveolaris dengan
2-4 alveoli, alveoli berbentuk kantong polyhedral yangstau sisinya hilang,
sehingga udara dapat berdifusi secara bebas melalui ductus alveolaris. Sacus
alveolaris masuk kedalam alveoli. Komponen yang paling menjolok dari dinding
alveolus adalah jala-jala kapiler yang padat yang beranastomosa secara bebas
sehingga kerap kali ruang yang ada diantara kapiler lebih sempit dari lumen
kapilernya. Dinding alveolus banyak mengandung serabut retikuler. Juga terdapat
serabut elastis dalam jumlah lebih sedikit. Kedua macam serabut ini merupakan
rangka dinding yang cukup kuat dari kanting hawa yang dikelilingi kapiler.
Kapiler-kapiler tersusun sedemikian rupa sehingga menggembung kearah alveoli
dan sebagian terbesar dari permukaannya menghadap ke alveoli. Serabut-serabut
retikuler dan elastis yang lebih besar terdapat pada sentral dari septa alveolus.
22
Porus alveolaris merupakan lubang kecil yang terdapat pada dinding tipis
alveoli. Porus tersebut mempunyai diameter 7 – 9 mikron. Pada penderita
Pneumonia fibrinosa dapat dilihat bahwa fibrin dapat melintas dari alveolus satu
ke yang lain.
Susunan dinding alveoli mudah dilihat dengan menggunakan EM. Bagian
pokok yang menyusun dinding alveolus berupa sitoplasma dan sel alveolus kecil
yang mempunyai bentuk mirip dengan endothelium. Berbatas dengan sel-sel ini
terdapat sel-sel endothelium kapiler, sel septa / sel alveolus besar.
Sel alveolus kecil merupakan sel squomusa yang sangat tipis dan
membentuk dinding kontinyu, hanya kadang-kadang diselingi oleh sel-sel septa
yang menjorok ke arah lumen. Pada manusia tebal sitoplasmanya kira-kira 0,2
mikron, kecuali pada tempat dimana ditemukan inti. Dibawahnya terdapat
membran basali yang berbatasan dengan membrana basalis endothelium kapiler.
Sel alveolus besar / sel septa / sel skretorik berbentuk kuboid atau bulat,
dapat dilihat dengan mikroskop cahaya. Dapat ditemukan pada septa tapi kadangkadang
menjulur ke lumen alveolus. Dapat ditemukan sendiri atau bergerombol 2
atau 3 sel. Mempunyaimikrovili pada permukaan bebasnya dan membentuk
junctional complexes dengan sel alveoli kecil didekatnya. Golgi komplek cukup
mencolok, juga ditemukan RES dan pula ditemukan banyak ribosoma bebas
sehingga diduga sel ini mempunyai kegiatan sekretorik ditemukannya benda
osmeofilik padat berukuran 0,2 – 1 mikron diameter yang tersusun sebagai
lamelae-lamelae paralel atau konsentris. Benda tersebut cytosoma / benda
multilamelar, dibatasi dengan membran yang banyak mengandung fosfolipida.
Benda ini banyak kelihatan dipermukaan sedang dilepas oleh selnya. Produk dari
sel ini diduga akan menyebar kepermukaan alveolus, mengecilkan tensi
permukaan dan menstabilisasikan diameter alveolus.
Sel fagosit / sel debu adalah sel makrofag bebas. Sel ini juga ditemukan
dalam alveoli. Apabila didalamnya terdapat debu yang terhisap waktu inspirasi,
maka disebut sel debu. Hemosiderin, sisa-sisa dari pigmen tersebut juga kerapkali
ditemukan pada sel-sel ini, karena fagositosa sel-sel darah merah, misalnya pada
kongesti pulmonum. Mengenai asal dari sel ini masih diragukan. Ada yang
mengira berasal dari sel septa, tapi ada pula yang mengatakan berasal dari
lymphosit atau monosit. Sel alveoli kecil tidak bersifat fagositik.
23
Vasa Darah
Pulmo menerima darah terutama dari arteri pulmonalis. Berjalan dan
bercabang-cabang mengikuti bronchus, dari sini bercabang-cabang lagi dan
mengikuti ductus alveoli yang berasal dari ductus tersebut diatas. Venula berasal
dari kapiler-kapiler dan dari kapiler septa alveolus dan bagian ductus alveolaris,
kemudian berjalan melalui jaringan ikat intersegmental, tak sejalan dengan arteri
dan bergabung membentuk vena pulmonalis.
Pulmo masih mendapat vaskularisasi dari arteri lain yaitu : a bronchialis,
yang jauh lebih kecil dari a pulmonalis. Vasa terutama memberi darah pada
bronchi, glandulae pada bronchi dan jaringan ikat interloler, dibawah pleura.
Sebagian besar darah yang dibawa oleh a. Bronchialis. Pada alveoli yang timbul
dari bronchiolus respiratorius terdapat anastomosa antara ujung a pulmonalis dan
a bronchialis.
Vasa Lymphe
Vasa lymphe terdapat pada bagian-bagian yang mengandung jaringan ikat
padat yang menghalangi tersebarnya udara. Jelasnya vasa lymphe ditemukan pada
pleura visceralis, septa interlobularis, jaringan ikat padat yang menyelubungi
bronciolus, bronchi arteria dan vena. Mereka tidak ditemukan pada septum
interalveolare.
Vasa lymphe pada pulmo dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu : bagian
superficial dan bagian provundal. Bagian superficial terdapat pada pleura
visceralis. Yang besar berjalan melalui termpat perhubungan antara septa
interlobularis dan pleura.
Lymphe-lymphe pleura bergantung satu dengan yang lain dan berakhir pada
nodus lymphaticus pada ilus pulmo. Bagian provundal terdiri atas 3 bagian :
1. Terdapat pada dinding luar dari bronchiolus dan bronchi
2. Bergabung bersama-sama dengan cabang dari a pulmonalis berjalan
pada septa interlobularis.
3. berakhir pada nodus lymphaticus yang terdapat pada batas pulmo.
Nervi
Pexus saraf pada pangkal paru-paru dibentuk oleh cabang dari nervus vagus
dan ganglion thoracicus symphatis. Serabut saraf bronchoconstrictor berasal dari
24
nervus vagus, sedangkan broncholidatator bersifat symphatis. Vasa-vasa pulmo
diinervasi oleh saraf symphatis maupun saraf parasymphatis. Saraf symphatis
bersifat konstriktor terhadap a bronchialis.
6. Pleura
Pleura adalah membrana serosa pembungkus pulmo. Terdiri atas dua bagian
yang menempel pada pulmo disebut pleura viscerali, yang menempel pada cavum
thoracis disebut pleura parietalis. Pleura terdiri atas lapisan tipis, jaringan kolagen
yang kaya fibroblast dan makrofag. Disamping itu ditemukan pula berkas-berkas
serabut elastis yang berjalan simpang siur kearah permukaan. Seperti peritoneum
permukaannya tertutup oleh mesothelium. Gambaran yang mencolok pada pleura
ialah ditemukannya kapiler darah dan vasa lymphe yang banyak. Nervi pada
pleura parietalis berhubungan dengan nervus phrenicus dan nervus interkostalis
yang terdapat pada pleura visceralis merupakan cabang-cabang dari nervus vagus
dan nervus symphaticus yang menginervasi bronchi.
No comments:
Post a Comment