Google Translate

Inseminasi Buatan Pada Babi


Pemilihan Inseminasi Buatan atau Kawin Alami
Keuntungan yang dapat diperoleh jika peternak menggunakan atau beralih ke inseminasi buatan (IB) adalah:
1.       Kualitas genetik ternak babi dapat dipertahankan atau bahkan dipertahankan secara mudah dengan biaya yang murah.
2.       Semen dari pejantan unggul dapat lebih mudah dan cepat disebarluaskan untuk menginseminasi beberapa indukan.
3.       Kualitas semen yang dihasilkan  dapat lebih dikontrol.
4.       Meminimalisir penularan atau masuknya penyakit.
5.       Dapat megatasi kendala akibat perbedaan yang signifikan antara bobot tubuh ternak jantan dan betina.
6.       Mengatasi kekurangan pejantan, misalnya jika dalam suatu peternakan terjadi estrus yang bersamaan.
7.       Mengurangi adanya kemahiran musiman.
8.       Biaya operasional peternakan dapat ditekan.
9.       Mengurangi resiko peternak tergigit karena pejantan yang beringas.
Keuntungan perkawinan alami dibandingkan inseminasi buatan yaitu:
1.       Estrus pada induk akan terjadi lebih cepat jika sering dipertemukan dengan pejantan.
2.       Jumlah spermatozoa yang terpakai dalam satu kali perkawinan lebih banyak.
3.       Diperlukan sedikit pengetahuan dan keterampilan peternak dalam mengawinkan babinya.

Tahapan Pelaksanaan Program Inseminasi Buatan
a.       Melatih Pejantan untuk Ditampung Semennya
Perlu adanya kesabaran dan waktu yang cukup untuk melatih pejantan agar mau menunggangi betina tiruan. Perangsangan kepada pejantan yang belum pernah mengawini betina dapat dilakukan dengan cara:
-          Menuangkan semen dari pejantan lain ke atas betina tiruan.
-          Dikontakan terlebih dahulu dengan pejantan atau betina sebelum dimasukan ke kandang penampungan semen.
-          Meletakan betina birahi di dekat kandang penampungan semen.
-          Pejantan yang sedang dilatih diberikan kesempatan untuk melihat pejantan lain yang sedang menunggangi betina tiruan.
b.      Prosedur Penampungan Semen
1.       Kandang Penampungan Semen
Aspek penting dari kandang penampungan semen yaitu: ruangan yang cukup terang, terdapat adanya kemungkinan bagi peternak untuk menghindar dari serangan pejantan, lantai kandang tidak licin dan mudah dibersihkan, tersedianya betina tiruan yang tingginya dapat diatur.
2.       Peralatan Penampungan Semen
Peralatan yang perlu dipersiapkan dalam penampungan semen yaitu: wadah yang berinsulasi, kantong plastik tempat penampungan semen, serta kain kasa dan karet gelang untuk menyaring semen.
3.       Teknik Penampungan Semen
Teknik penampungan semen dapat dilakukan dengan teknik hand method, massage, dan vagina buatan.
Prosesing Semen
a.       Laboraturium pengolahan semen
Laboraturium pengolahan semen seyogyanya dibagi menjadi 5 bagian untuk mengurangi adanya kontaminasi yaitu:
-          Bagian penerimaan semen untuk menentukan volume semen dan konsentrasi spermatozoa.
-          Bagian evaluasi semen dilakukan evaluasi morfologi spermatozoa.
-          Bagian pengenceran semen
-          Bagian  pencatatan dan pelabelan semen
-          Bagian penyimpanan semen
b.      Kegiatan pengolahan semen
Dosis akhir semen untuk menginseminasi betina mengandung 3x10 pangkat 9 spermatozoa dalam 80 ml semen encer. Kriteria penilaian terhadap morfologi spermatozoa yaitu mortalitasnya >60%, spermatozoa dengan morfologi kepala dan ekor normal >70% dan spermatozoanya mengelompok <30%.
c.       Penyimpanan semen
Semen diencerkan dengan bahan pengencer yang dapat mempertahankan kelangsungan hidup spermatozoa sampai 3 hari. Semen encer hendaknya secaraberngsur angsur di dinginkan sampai suhunya mencapai 17-18ÂșC
Inseminasi semen
Ha-hal yang perlu diperhatikan dan dilakukan agar pemasukan semen kedalam saluran reproduksi betina dapat berlangsung dengan baik yaitu :
a.       Pastikan betina yang akan di inseminasi benar-benar dalamkeadaan birahi.
b.      Beri kesempatan betina untuk kontak kepala dengan kepala pejantan dewasa, sebelum  dan selama inseminasi.
c.       Bersihkan vulva dengan air atau kertas pembersih.
d.      Vulva dibersihkan dengan alkohol konsentrasi rendah, dilanjutkan dengan mencuci vulva dengan sodium kloridi 0,9%.
e.      Beri pelicin pada ujung kateter inseminasi (biasanya melrose cateter) dengan mengoleskan pelicin nonspermisidal (misalnya vaselin)
f.        Masukan kateter kedalam vagina dengan arah sedikit miring ke atas untuk mencegah kateter masuk kedalam uretra.
g.       Bila kateter yang dipakai ujungnya spiral, masukan dengan memutarnya berlawanan dengan arah jarum jam.
h.      Setelah ujung kateter terjepit dalam leher uterus (cervix), tempelkan botol semen pada kateter dan angkat sampai berada sedikit lebih tinggi dari betinanya.
i.         Biarkan semen mengalir keluar botol semen dan masuk ke dalam saluran reproduksi betina.
j.        Biarkan semen mengalir dengan sendirinya sampai botol semen menjadi kosong.
k.       Selama inseminasi berlangsung betina tersebut terus dirangsang dengan meraba-raba bagian samping dan daerah putingnya.
l.         Setelah botol semen kosong, biarkan kateter berada dalam saluran reproduksi betina tersebut selama2-5 menit hingga semen dalam kateter semuanya tumpah,perangsangan tetap dilakukan.
m.    Setelah kateter dikeluarkan biarkan betina tersebut tetap berada di dalam kandang inseminasi, yang bertujuan agar spermatozoa mampu bergerak ke tempat berlangsungnnya fertilisasi.

No comments:

Baca Juga Artikel Yang Lainnya:

·