Google Translate

Apa yang dilakukan jika blog kita dialihkan ke blog lain?

Setelah hampir seminggu lamanya mencari-cari cara untuk memperbaiki blog yang selalu di alihkan. Akhirnya membuahkan hasil juga. Kata pepatah arab "Siapa yang bersungguh-sungguh akan dapat jua".

Pada postingan kali ini penulis hanya ingin berbagi tips "cara mengatasi blog yang dialihkan". Awalnya penulis merasa bahwa blognya lg di hack ama seseorang, walaupun tidak tau siapa orangnya. Setelah mencari semua kemungkinan yang ada. Akhirnya penulis menmukan keganjalan dalam blog ini.
Sebelumnya saya mohon maaf kepada sahabat-sahabat jika dalam beberapa hari ini blognya selalu dialihkan ke "ww2.mfrapps.com" itu adalah akibat dari pernak-pernik yang ada pada blog ini. Walaupun blognya kekurangan penak-pernik, tapi jangan khawatir ana akan membuatnya lebih nyaman kembali.
Kita kembali ke pembahasan yang tadi. ada beberapa cara yang saya temukan dalam memperbaiki blog yang dialihkan salah satunya adalah yang akan kita bahas. Walaupun begitu banyak caranya, bukan berarti hanya yang saya posting ini yang manjur. Cuman kebetulan hanya ini cara untuk mengetahui dimana letaknya scrip yang bermasalah itu. Catatan khusus pengguna google chrome, untuk mozilla dan opera mini ana tidak terlalu tau apakah berguna atau tidak.
Sekarang kita langsung saja ke TKP;
1.     Buka dulu blog anda (dengan menggunakan google chrome)
2.     setelah terbuka sebelum dialihkan stop loadingnya dulu dengan cara mengklik tanda (X) pada samping 
        kiri alamat URLnya.
3.     Setelah itu klik Customise and control
4.     Kemudian cari tools
5.     Disitu ada beberapa pilihan. Pilih view source
6.     Nah akan muncul beberapa crips yang menjalankan blog
7.     Tekan CTRL+F. Lalu ketik alamat blog yang dialihkan tadi (dalam blog ane tulis ww2. mfrapps.com).           Setelah ketemu, login ke blog kemudian hapus alamat yang telah ditemukan tadi. Biasanya berada 
        pada gagdet yang kita pasang.
8.     Kemudian save

KEMAJIRAN PADA TERNAK BETINA





Pendahuluan
            Produktivitas suatu peternakan sangat tergantung pada manajemen/pengelolaan termasuk pengelolaan dalam bidang reproduksi. Pengelolaan reproduksi yang baik akan meningkatkan efisiensi reproduksi, tinggi rendahnya efisiensi reproduksi ditentukan oleh 5 faktor yaitu :
·         Angka perkawinan per kebuntingan (service per conception)
·         Angka kebuntingan (conception rate)
·         Angka kelahiran (calving rate)
·         Tenggang waktu antar melahirkan (calving interval)
·         Tenggang waktu antara melahirkan sampai bunting kembali (service period)
Gangguan proses reproduksi (kemajiran) akan menyebabkan rendahnya efisiensi reproduksi sehingga produktivitas peternakan rendah
            Kemajiran adalah suatu keadaan yang ditandai dengan terjadinya gangguan proses reproduksi yang disebabkan oleh satu atau banyak faktor yang dapat terjadi baik pada ternak jantan maupun betina. Derajat kemajiran tergantung dari faktor penyebab dan tingkat kesembuhan setelah penanganan. Infertilitas adalah kemajiran derajat ringan yang sifatnya sementara dan masih dapat disembuhkan setelah dilakukan penanganan. Sterilitas adalah kemajiran yang bersifat permanen atau tidak dapat disembuhkan sehingga proses reproduksi terhenti secara menyeluruh.
            Beberapa hal yang dapat dijadikan ukuran adanya gangguan reproduksi pada suatu peternakan khususnya peternakan sapi adalah :
·         Service per conception lebih dari 2
·         Conception rate kurang dari 50 %
·         Calving interval melebihi 400 hari
·         Service period melebihi 120 hari
·         Jumlah induk yang membutuhkan lebih dari 3 kali IB untuk terjadinya kebuntingan lebih dari 30 %
Apabila parameter diatas terjadi pada suatu peternakan dapat menyebabkan rendahnya angka kelahiran (calving rate).
            Faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kemajiran pada ternak betina adalah :
1.      Gangguan keseimbangan hormon reproduksi
2.      Infeksi
3.      Kelainan congenital atau herediter
4.      Patologi alat reproduksi
5.      Pakan

KEMAJIRAN KARENA FAKTOR HORMONAL

            Hormon reproduksi adalah hormon yang mempunyai target akhir pada alat reproduksi yang terjadi pada setiap periode dari siklus reproduksi yang dimulai setelah hewan betina mengalami dewasa kelamin. Siklus reproduksi terdiri dari fase birahi, ovulasi, fertilisasi, kebuntingan dan diakhiri dengan kelahiran, selanjutnya akan kembali terjadi birahi apabila tidak terjadi gangguan reproduksi.
            Kelenjar endokrin dalam tubuh yang dapat menghasilkan hormon reproduksi adalah :
1.  a. Hipofisa anterior menghasilkan FSH, LH dan LTH
     b. Hipofisa posterior menghasilkan Oksitosin dan Vasopressin
2.  Ovarium menghasilkan Estrogen, Progesteron dan Relaksin
3. Endometrium menghasilkan Prostaglandin F. Pada kuda yang sedang bunting, endometrium menghasilkan PMSG, pada golongan primata yang bunting termasuk manusia endometrium menghasilkan HCG
4. Pada hewan jantan testes menghasilkan Testosteron

            FSH, LH, LTH, PMSG dan HCG adalah hormon yang mempunyai target organ pada gonad (ovarium dan testes) sehingga disebut dengan hormon gonadotropin
            Kemajiran akibat gangguan keseimbangan hormonal dapat terjadi pada setiap fase dari siklus reproduksi. Pada fase birahi ditandai dengan terjadinya anestrus, nimfomania, birahi tenang (silent heat) atau sub estrus (birahi pendek), pada fase kebuntingan ditandai dengan terjadinya abortus sedangkan pada fase kelahiran ditandai dengan terjadinya dystocia.
Kemajiran akibat gangguan keseimbangan hormonal dapat berupa hipofungsi ovarium, atropi ovarium, kista ovarium dan korpus luteum persisten.

Hipofungsi Ovarium
            Hipofungsi ovarium terjadi karena adanya gangguan fungsi kelenjar hipofisa anterior sehingga produksi FSH atau LH terganggu. Rendahnya kadar FSH menyebabkan tidak terjadi pertumbuhan folikel pada ovarium, rendahnya kadar LH tanpa diikuti dengan rendahnya kadar FSH menyebabkan terjadi pertumbuhan folikel yang tidak diikuti dengan terjadinya ovulasi, rendahnya kadar FSH dan LH menyebabkan terjadinya hipofungsi ovarium yang ditandai dengan tidak terbentuknya folikel atau korpus luteum pada ovarium sehingga permukaan ovarium licin namun ukurannya normal.
            Penyebab terjadinya hipofungsi ovarium adalah kesalahan pengelolaan terutama pakan tetapi dapat pula disebabkan oleh hal lainnya seperti sanitasi kandang, kandang yang sempit dengan ventilasi udara yang kurang baik dan ternak yang terus dikandangkan. Gejala klinis terjadinya hipofungsi ovarium adalah anestrus dalam jangka waktu yang cukup lama. Penanganan pada kasus hipofungsi ovarium terutama ditujukan pada perbaikan pengelolaan.

Atropi Ovarium
            Apabila hipofungsi ovarium akibat kekurangan pakan dan kondisi lingkungan yang buruk berjalan dalam jangka waktu yang lama maka terjadi atropi ovarium. Atropi ovarium adalah ovarium dengan ukuran yang lebih kecil dari normal dengan permukaan yang licin karena tidak terjadi pertumbuhan folikel sehingga proses reproduksi sama sekali tidak berjalan.
Kondisi fisik ternak penderita sangat buruk dan terjadi anestrus berkepanjangan. Kondisi fisik penderita atropi ovarium berbeda dengan kondisi fisik penderita hipoplasia ovarium akibat faktor genetik. Pada penderita hipoplasia ovarium akibat akibat faktor penderita memiliki kondisi fisik yang baik (gemuk) walaupun ukuran ovariumnya lebih kecil dengan permukaan yang licin.
Penanganan pada penderita atropi ovarium dilakukan dengan perbaikan manajemen termasuk pakan, selanjutnya bila kondisi fisik telah cukup baik dilakukan penanganan dengan pemberian preparat hormon seperti FSH, LH, PMSG dan HCG.

Kista Ovarium
            Kista ovarium adalah struktur pada ovarium yang berisi cairan. Kista ovarium terjadi karena gangguan pada hipofisa anterior dimana pelepasan FSH terjadi dengan kadar normal tetapi pelepasan LH tidak dengan kadar normal.

Kista ovarium terbagi menjadi :
1.      Kista Folikel
2.      Kista Luteal
3.      Kista Korpus Luteum
Kista folikel dan kista luteal adalah kista anovulatorik karena tidak terjadi ovulasi sedangkan kista korpus luteum adalah kista ovulatorik karena terbentuknya kista didahului oleh terjadinya ovulasi. Kista folikel dan kista luteal bersifat patologik sedangkan kista korpus luteum tidak bersifat patologik

1. Kista Folikel
            Kista folikel adalah sekelompok folikel di permukaan ovarium yang tumbuh tetapi tidak mengalami ovulasi. Hal ini terjadi karena kadar FSH yang dilepaskan oleh hipofisa anterior cukup untuk mendorong pertumbuhan folikel tetapi kadar LH yang dilepaskan tidak cukup untuk menyebabkan ovulasi pada folikel yang telah tumbuh.
            Pada pemeriksaan per rektal akan teraba pada permukaan ovarium terdapat benjolan yang berdiameter 2,5 – 5 cm (pada sapi perah) dengan permukaan yang halus, lunak dan berisi cairan dengan jumlah satu atau lebih yang ditemukan pada salah satu atau kedua ovarium. Kista folikel berdinding tipis sehingga mudah pecah bila ditekan dan apabila pecah pada permukaan ovarium bekas kista folikel akan terjadi legokan. Perabaan pada uterus terasa tonus uterus yang kendor, pada serviks, vagina dan vulva terasa lebih besar dan kendor karena terjadi oedema. Kista folikel umumnya terjadi pada kedua ovarium.
            Gejala klinis kista folikel dapat berupa nimfomani (75 %) atau anestrus (25 %). Nimfomania adalah suatu keadaan dimana hewan betina menunjukkan gejala estrus lebih dari satu kali dalam satu siklus estrus tanpa disertai terjadinya ovulasi sedangkan anestrus adalah keadaan dimana hewan betina tidak menunjukkan gejala estrus lebih dari satu siklus estrus. Setiap folikel pada kista folikel mampu menghasilkan estrogen walaupun dalam jumlah kecil sehingga apabila kista folikel terdiri dari banyak folikel maka akan terjadi akumulasi estrogen, akibatnya akan muncul tanda estrus dan dapat terjadi lebih dari satu kali dalam satu siklus estrus. Gejala anestrus nampak pada penderita kista folikel yang terdiri dari sedikit folikel sehingga estrogen yang dihasilkan tidak mampu menyebabkan munculnya tanda estrus.
            Penanganan kasus kista folikel dilakukan dengan pemberian preparat LH atau HCG untuk merangsang ovulasi atau dilakukan pemecahan kista secara manual melalui palpasi rektal tetapi cara ini dapat menyebabkan terjadinya radang pada ovarium.

2. Kista Luteal
            Kista luteal adalah kista yang terjadi karena pada saat terbentuk kista folikel dimana kadar LH rendah tetapi pada saat yang bersamaan terjadi pelepasan LTH yang cukup banyak menyebabkan pada permukaan folikel akan terjadi proses luteinisasi sehingga terbentuk sel luteal pada permukaan folikel. Kista luteal sering terjadi pada sapi perah dengan produksi susu tinggi pasca melahirkan.
            Pada pemeriksaan per rektal akan sulit dibedakan antara kista folikel dengan kista luteal walaupun kista luteal mempunyai dinding yang lebih tebal karena dinding kista luteal terdiri dari sel yang telah mengalami lutenisasi. Karena dinding kista luteal terdiri dari sel luteal maka kista luteal mampu menghasilkan progesteron dalam jumlah yang cukup tinggi sehingga gejala klinis pada kasus kista luteal adalah terjadinya anestrus pada penderita. Kista luteal dapat ditemukan secara bersamaan dengan adanya korpus luteum yang normal baik pada ovarium yang sama atau pada ovarium yang berbeda.
            Penangan pada kasus kista luteal dapat dilakukan dengan cara pemijatan kista secara manual melalui palpasi rektal atau pemberian preparat PGF untuk melisiskan sel luteal diikuti dengan pemberian LH atau HCG untuk merangsang ovulasi. Pemberian preparat GnRH dapat dilakukan pada kasus kista folikel atau kista luteal.

3. Kista Korpus Luteum
            Kista korpus luteum terbentuk dari folikel yang telah mengalami ovulasi dan terbentuk korpus luteum yang normal, namun dalam perkembangannya pada bagian tengah korpus luteum terbentuk rongga yang berisi cairan. Kista korpus luteum selalu bersifat tunggal dan pada palpasi rektal mudah dibedakan dengan kista yang lain karena ukurannya yang lebih besar menyerupai ukuran korpus luteum normal tetapi memiliki konsistensi yang lebih lunak dan lebih fluktuatif.
            Penderita kista korpus luteum memiliki siklus estrus normal, mengalami ovulasi dan bila terjadi kebuntingan dapat menghasilkan progesteron dengan kadar yang cukup untuk memelihara kebuntingan.

4. Korpus Luteum Persisten (CLP)
            Korpus luteum persisten adalah korpus luteum yang tidak mengalami regresi (lisis) pada akhir siklus estrus atau setelah melahirkan sehingga tetap berfungsi menghasilkan progesteron. Tingginya kadar progesteron menyebabkan terjadi hambatan pada mekanisme umpan balik terhadap FSH dan LH dengan demikian tidak terjadi pertumbuhan folikel baru pada ovarium sehingga tidak terjadi produksi estrogen dan tidak timbul tanda estrus.
Gejala klinis terjadinya korpus luteum persisten adalah terjadi anestrus berkepanjangan. Korpus luteum persisten dapat terjadi pada induk setelah melahirkan, karena adanya patologi uterus dan adanya kematian embrio dini.
Korpus luteum persisten setelah melahirkan terjadi akibat tingginya kadar LTH pada induk dengan produksi susu yang tinggi sehingga menghambat sekresi FSH dan LH. Korpus luteum persisten akibat adanya patologi uterus terjadi akibat ketidak mampuan endometrium memproduksi PGF karena terjadi pyometra, maserasi fetus, mummifikasi fetus atau emfisema fetus. Korpus luteum persisten akibat kematian embrio dini bukan merupakan korpus luteum persisten yang murni tetapi lebih tepat bila dikatakan sebagai korpus luteum graviditatum yang berakhir karena kematian embrio dini tanpa disertai dengan gejala abortus yang jelas.
Penanganan terhadap korpus luteum persisten dilakukan dengan memperhatikan penyebabnya. Penggunaan preparat PGF dilakukan untuk melisiskan korpus luteum, bila terjadi akibat patologi pada uterus maka harusditangani terlebih dahulu penyebabnya
kemudian baru dilakukan dengan pemberian PGF2α.


KEMAJIRAN KARENA FAKTOR INFEKSI

1. Infeksi Bakteri
            Kemajiran akibat infeksi bakteri dapat disebabkan oleh bakteri yang bersifat non spesifik dan spesifik. Kemajiran akibat infeksi dapat disebabkan oleh penyakit sistemik (tuberculosis) yang kadang dapat menyerang organ reproduksi dan penyakit venereal yang memang menyerang organ reproduksi.

A. Infeksi oleh bakteri non spesifik
            Beberapa kelompok bakteri non spesifik yang ditemukan dalam cairan uterus yang dapat menyebabkan terjadinya kemajiran pada ternak betina adalah :
Ø  Kelompok koliform (E.coli, proteus, enterobacter)
Ø  Kelompok bakteri insidental (streptococcus, staphylococcus, pasteurela hemolitica, bacillus, dipteroid)
Ø  Kelompok bakteri coryne (corynebacterium pyogenes)
Ø  Kelompok bakteri gram negatif yang anaerob (bakteroid, fuso bacterium, veillonella)
Ø  Kelompok bakteri gram positif yang anaerob (clostridium)
Cara penularan :
            Penularan terjadi karena kontaminasi uterus saat melahirkan terutama bila kelahiran terjadi pada kandang dengan sanitasi yang buruk.
Gejala klinis :
            Infeksi oleh bakteri non spesifik dapat menyebabkan terjadinya metritis. Pada kasus yang ringan biasanya tanpa disertai gejala klinis yang jelas sedangkan pada kasus metritis yang berat maka nampak terjadi keluar leleran (mukus, serous atau nanah) dari vagina.

Cara Mengatasi Blog yang Dialihkan Ke LINK LAIN

Awalnya link tersebut adalah salah satu media advertiser online dan biasa dikenal dikalangan blogger sebagai PPC. Kalau belum tahu PPC bisa cari di mbah Google ya. Yang HP letakkan di blog dengan menambahkan widget baru. Lalu entah sebab apa, tiba-tiba web ini sudah tidak aktif dan membuat blog HP direct ke link tersebut.
Para blogger tidak usah khawatir. Karena sesungguhnya link ini bukan bentuk dari virus atau ulah orang iseng yang melakukan hacking terhadap blog kita. Tapi karena akibat dari link tersebut berada dalam widget kita. Solusinya mudah.
Jika hal tersebut terjadi pada kawan blogger semua, cara yang dilakukan adalah memeriksa widget kita dan menghapusnya.

  1. Masuk ke dashboard Blogger.com > Pilih Blog yang bermasalah
  2. Pilih Tata Letak (Dala Bahasa Indonesia) yang ada di left sidebar
  3. Lalu cek satu-satu semua widget kalian yang mengandung unsur link yang membuat blog direct ke sana, sebagai contoh negeriads/ negeriads.com.
  4. Jika ketemu, hapus widget tersebut atau minimal hapus kode yang berkaitan dengan negeriads.com.
  5. Selesai.
Jika ternyata di blog kalian terdapat banyak widget, solusi lainnya adalah dengan cara lihat blog anda. Berikut langkahnya menggunakan blog HP:
  1. Buka blog kamu yang beralamat seperti ini - www.hereposting.blogspot.com.
  2. Perhatikan load yang sedang jalan. Jika halaman blog sudah terbuka/ muncul, segera tekan tombol ESC pada keyboard untuk memberhentikan load pada blog sebelum direct ke link yang tidak dikenal.
  3. Jika sudah, klik kanan pada mouse > pilih View Page Source
  4. Setelah itu akan muncul jendela yang berisi source blog kamu. Gunakan CTRL+F lalu cari link yang dimaksud, ex negeriads.com.
  5. Jika benar ada, maka link tersebut ketemu. Lalu hapus link/ kode yang bersangkutan.
  6. Selesai.
Jika cara-cara di atas sudah kalian lakukan semua, coba buka kebali blog kalian dan periksa apakah blog kalian masih redirect ke link-link tersebut. Kalau belum ada perubahan, lakukan hal di atas lebih teliti lagi. Mungkin ada link lain selain negeriads.com. Tetap cermat dan teliti.
Semoga bermanfaat.

Baca Juga Artikel Yang Lainnya:

·