Google Translate

Etiologi Penyakit SE

Etiologi Penyakit SE
Bakteri Pasteurella biasanya diikuti dengan hewan yang diserangnya misalnya pada sapi P. boviseptica, pada babi P. suiseptica, pada ayam P. aviseptica, pada kambing atau domba P. oviseptica dan sebagainya. Selanjutnya pada tahun 1939 dibedakan bakteri Pasteurella yang dapat menyebabkan hemolisa dan tidak, menjadi Pasteurella hemolytica dan Pasteurella multocida (P. septica). Telah lama diketahui bahwa bakteri Pasteurella dapat ditularkan dari satu hewan ke hewan lainnya. Berdasarkan kenyataannya bahwa bakteri Pasteurella menunjukan bentuk koloni dan sifat yang bermacam-macam, yaitu pertama berdasarkan mouse protection test dan yang kedua berdasarkan atas sifat-sifat antigen selubung bakteri (kapsul) dalam indirect Haemaglutination Test (HA). Bakteri P. multocida yang berbentuk coccobacillus, mempunyai ukuran yang sangat halus dan bersifat bipolar. Sifat bipolar ini lebih jelas terlihat pada bakteri yang diisolasi dari penderita dan diwarnai dengan cara giemsa. Bakteri yang bersifat gram negatif ini tidak membentuk spora bersifat non-motil dan berkapsul yang dapat hilang karena penyimpanan terlalu lama. Bentuk koloninya tidak selalu seragam, tergantung beberapa faktor, misalnya media yang digunakan, umur bakteri dalam penyimpanan, frekuensi pemindahan bakteri dan sebagainya. Koloni bakteri yang baru diisolasi dari penderita atau hewan percobaan biasanya bersifat Mucoid dan kelama-lamaan menjadi bentuk Smouth (halus) atau Rough (kasar). Koloni yang bersifat iridescent pada penglihatan pada permukaan bawah cawan Petri biasanya bersifat virulen. Bakteri P. multocida menimbulkan gas yang berbau.
DEFINISI
Septicemia Epizootica (SE) atau yang dikenal dengan penyakit ngorok. Penyakit ini sangat menular dan menimbulkan kerugian yang tinggi sampai milyaran rupiah setiap tahunnya, sehingga menjadikannya suatu penyakit yang diperhitungkan oleh setiap peternak (Batan,2003).
Di Indonesia, kuman ngorok yang umum menyebabkan wabah adalah Pasteurella multocida tipe B6 dan tipe B2 dan ada dugaan sedikit peran tipe A. Kuman tipe A ini begitu dominan diisolasi dari tonsil sapi bali yang dipotong di Denpasar (Priadani dan Natalia, 2000).
Penyakit ini kerap muncul di daerah lembah dan delta dimana sapi dan kerbau diandalkan tenaganya guna mengolah lahan pertanian. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemunculan dan penyebaran penyakit kurang begitu jelas diketahui. Umumnya wabah penyakit SE terjadi pada permulaan musim hujan terutama ternak-ternak yang program vaksinnya terhadap penyakit ini tidak teratur. Bila ternak sapi terserang suatu penyakit akan merupakan sumber penularan bagi ternak sapi lainnya (Subronto, 2003).

DAFTAR PUSTAKA
Batan, I. W. 2003. Buku Ajar Sapi Bali dan Penyakitnya. Penerbit Universitas Udayana, Denpasar
Priadani, A dan L. Natalia. 2000. Patogenesis SE pada Sapi Bali dan Kerbau. Gejala
Klinis, Perubahan Patologis, Reisolasi, Deteksi P. multocida, dengan Median
Kultur dan PCR. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner. Vol 5 (1): 65 – 71
Subronto. 2003. Ilmu Penyakit Ternak I. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

No comments:

Baca Juga Artikel Yang Lainnya:

·