Toxoplasma gondii
Etiologi dan Siklus
Hidup
Toxoplasma gondii adalah parasit
intraseluler pada momocyte dan sel-sel endothelial pada berbagai organ tubuh.
Toxoplasma berbentuk bulat atau oval yang ditemukan dalam jumlah besar pada
organ-organ tubuh seperti pada jaringan hati, limpa, sumsum tulang, paru-paru,
otak, ginjal, urat daging, jantung dan urat daging licin lainnya. Toxoplasma
gondii terdapat dalam 3 bentuk yaitu bentuk trofozoit, kista, dan Ookista.
Trofozoit berbentuk oval dengan ukuran 3 – 7 um, dapat menginvasi semua sel
mamalia yang memiliki inti sel. Trofozoit ditemukan dalam jaringan selama masa
akut dari infeksi. Bila infeksi menjadi kronis trofozoit dalam jaringan akan
membelah secara lambat dan disebut bradizoit. Bentuk kedua adalah kista yang
terdapat dalam jaringan dengan jumlah ribuan berukuran 10 – 100 um. Kista
penting untuk transmisi dan paling banyak terdapat dalam otot rangka, otot
jantung dan susunan syaraf pusat. Bentuk yang ke tiga adalah bentuk Ookista
yang berukuran 10-12 um. Ookista terbentuk di sel mukosa usus kucing dan
dikeluarkan bersamaan dengan feces kucing. Dalam epitel usus kucing berlangsung
siklus aseksual atau schizogoni dan siklus atau gametogeni dan sporogoni yang
menghasilkan ookista dan dikeluarkan bersama feces kucing. Kucing yang
mengandung toxoplasma gondii dalam sekali exkresi akan mengeluarkan jutaan
ookista. Bila ookista ini tertelan oleh hospes perantara seperti manusia, sapi,
kambing atau kucing maka pada berbagai jaringan hospes perantara akan dibentuk
kelompok-kelompok trofozoit yang membelah secara aktif. Pada hospes perantara
tidak dibentuk stadium seksual tetapi dibentuk stadium istirahat yaitu kista.
Bila kucing makan tikus yang mengandung kista maka terbentuk kembali stadium
seksual di dalam usus halus kucing tersebut. Toxoplasmosis gondii yang tertelan
melalui makanan akan menembus epitel usus dan difagositosis oleh makrofag atau
masuk ke dalam limfosit akibatnya terjadi penyebaran limfogen. Toxoplasmosis
gondii akan menyerang seluruh sel berinti, membelah diri dan menimbulkan lisis,
sel tersebut destruksi akan berhenti bila tubuh telah membentuk antibodi.
Gejala Klinis
Infeksi Toxoplasma gondii ditandai
dengan gejala seperti demam, malaise, nyeri sendi, pembengkakan kelenjar getah
bening (toxoplasmosis limfonodosa acuta). Gejala mirip dengan mononukleosis
infeksiosa. Infeksi yang mengenai susunan syaraf pusat menyebabkan encephalitis
(toxoplasma ceebralis akuta). Parasit yang masuk ke dalam otot jantung
menyebabkan peradangan. Lesi pada mata akan mengenai khorion dan retina
menimbulkan irridosklitis dan khorioditis (toxoplasmosis ophithal mica akuta).
Bayi dengan toxoplamosis kongenital akan lahir sehat tetapi dapat pula timbul
gambaran eritroblastosis foetalis, hidrop foetalis.
Diagnosis
Gold standard diagnosis untuk
toxoplasmosis sampai sekarang adalah pengukuran titer antibodi. Ditemukannya Ig
M merupakan petanda infeksi akut yang baru saja terjadi dan merupakan bentuk
infeksi aktif. Ig G merupakan petanda infeksi telah berlangsung lama atau
khronis. Diagnosis toxoplasmosis dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinis,
pemeriksaan serologis dan menemukan parasit dalam jaringan tubuh penderita. Pemeriksaan
serologis yang umum dipakai ialah : Dye test Sabin Feldman yang merupakan
pemeriksaan dengan metilen blue. Complement fixaton test (CFT) berdasarkan
reaksi antigen antibodi yang akan mengikat komplement sehingga pada penambahan
sel darah merah yang dilapisi anti bodi tidak terjadi hemolisis. Reaksi
fluoresensi anti bodi memakai sediaan yang mengandung toxoplasma yang telah
dimatikan. Anti bodi yang ada dalam serum akan terikat pada parasit. Setelah
ditambah antiglobulin manusia yang berlabel fluoresens. Inderect
hemaglutination test mempergunakan antigen yang diletakkan pada sel-sel darah
merah, bila dicampur dengan serum kebal menimbulkan aglutinasis. Elisa
mempergunakan antigen toxoplamosis yang diletakkan pada penyangga padat.
Mula-mula diinkubasi dengan serum penderita, kemudian dengan antibodi berlabel
enzim. Kadar anti bodi dalam serum penderita sebanding dengan intertitas warna
yang timbul setelah ikatan antigen anti bodi dicampur dengan substat.
Pengobatan
Kombinasi pyrimethamine dan
trisulfapyrimidine dengan penambahan asam folat dan yeast secara sinergis akan
menghambat siklus p-amino asam benzoat dan siklus asam folat. Obat lainnya
adalah trimetoprim dan spiramycin.
DAFTAR PUSTAKA
Bowman,
D.D., Hendrix, M.C., Lindsay, S.D., and Barr, C.S. 2002. Feline Clinical Parasitology.
Iowa State University Press. A
Blackwell Science Company.
Dubey, J .P . 1978 . Patent Toxocara canis
infection in ascaridnaive dogs . J . Parasitol . 64 : 1021-1023.
Hendrix, C .M. 1995 . Helminthic Infections
of The Feline Small and Large Intestines :Diagnosis and Treatment . Vet . Med.
May . 456-472.
Hubner, J., M. Uhlikova, and M. Leissova.
2001. Diagnosis of Early Phase of Larvae Toxocariasis Using Ig Avidity.
Epidemial Mikrobial Immunal. 50(2): 67-70.
Levine, N.D. 1994. Buku
Pelajaran Parasitologi Veteriner. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Levine.,
N.D. 1995. Protozoologi Veteriner. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Subronto., 2006. Penyakit
Infeksi Parasit & Mikroba pada Anjing & Kucing. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
Tilley,
L.P., dan Smith, F.W.K., 2004. The 5-Minute Veterinary Consult Canine and
Feline Third
Edition.
Lippincott Williams & Wilkins : Philadelphia.
No comments:
Post a Comment