Penyakit Anthrax diketahui sudah ada sejak zaman Mesir Kuno. Di tahun
1613, Eropa dilanda wabah penyakit ini dan tercatat sekitar 60 ribu
orang tewas. Penyakit anthrax sangat ditakuti, karena bakteri
penyebabnya dapat mematikan, mudah menyebar, sulit dimusnahkan dan
bersifat zoonotik (dapat menular pada manusia). Pada tahun 1877, Robert
Koch mencoba mengembangbiakan bakteri ini untuk pertama kali.
Penelitiannya menunjukkan adanya jamur sporadis pada jenis Bacillus yang
terdapat dalam tubuh hewan.
Bakteri ini berbentuk spora
bertangkai dan suka hidup serta berkembang biak di dalam tanah.
Keluarnya bakteri tersebut bisa terjadi di musim kemarau panjang, karena
ternak suka menarik rerumputan kering hingga keakar-akarnya. Akibatnya
spora anthrax yang selama ini bertahan hidup dalam tanah dan menempel di
rumput, terbawa keluar dan berubah menjadi bakteri ganas. Kondisi tubuh
ternak yang lemah akibat kekurangan makanan dan stres oleh suhu udara
yang panas, juga semakin memudahkan serangan anthrax.
Ternak yang
terserang anthrax ditandai dengan suhu yang tinggi, tampak gelisah,
tidak mau makan, susah bernapas, detak jantung tidak beraturan, serta
mati mendadak dalam waktu 1-2 hari. Ternak yang sudah mati oleh anthrax
tidak boleh disayat, karena bakterinya akan menyebar ke tanah dan
bertahan hidup dalam bentuk spora selama 30-50 tahun. Bakteri Bacillus
anthracis ini tidak mati bila direbus dalam air panas 100° Celcius.
Penularan
pada manusia dapat terjadi karena mengkonsumsi daging yang sudah
terkena bakteri, adanya kontak sembrono dengan hewan yang sedang sakit
anthrax atau terkena tanah yang tercemar bakteri. Bakteri anthrax bisa
masuk ke dalam tubuh melalui kulit, paru-paru atau saluran pencernaan.
Gejala umum serangan anthrax pada manusia berupa luka berwarna hitam,
yang semakin lama semakin meradang, berbentuk bisul atau borok di kulit,
juga mengalami halusinasi buruk dan pernapasannya terganggu.
Perang Melawan Anthrax
Langkah
untuk memerangi serangan anthrax ialah dengan memusnahkan hewan ternak
yang terjangkit lewat cara pembakaran, mengingat tulang-tulangnya juga
dapat menularkan anthrax. Setelah itu, cara penguburannya harus sangat
dalam dan tidak boleh sembarangan, karena daya tahan bakteri anthrax
kuat sekali. Untuk semua hewan berkuku genap yang belum terkena, harus
divaksinasi dan revaksinasi setiap enam bulan sekali. Sedangkan bagi
manusia yang tertular tetap dapat diobati dengan pemberian antibiotika.
Dalam
Buku Pedoman Pengendalian Penyakit Hewan Menular disebutkan,
pemusnahan spora Bacillus anthracis dapat dilakukan antara lain dengan
uap panas bersuhu 90° Celcius selama 45 menit, air mendidih atau uap
basah bersuhu 100° Celcius selama 10 menit dan panas kering pada suhu
120° Celcius selama satu jam. Selain itu, untuk pencegahan sebaiknya
wilayah yang sudah tercemar segera ditinggalkan dan hanya dimanfaatkan
untuk tanaman keras, seperti pepohonan. (yz)
No comments:
Post a Comment