Kadar Tanin
Tabel 1
dan 2 memperlihatkan bahwa terjadi penurunan kadar tanin buah secara nyata
akibat perlakuan ethanol pada konsentrasi tertentu baik berupa larutan maupun
berupa uap. Penurunan ini akan semakin jelas dengan semakin bertambahnya umur
simpan. Penurunan berarti terhadap kadar tanin terjadi akibat perlakuan larutan
ethanol 50% yang di amati pada hari ke-2 dan 4, dan setelah pada hari ke-8 konsentrasi
ethanol 25% juga memberikan pengaruh nyata terhadap kadar tanin dibandingkan
dengan kontrol dan 0% larutan ethanol.
Perlakuan
dengan uap ethanol, hanya dengan menempatkan 10 mL ethanol didalam plastik
dimana 20 buah ditempatkan sudah secara nyata menurunkan kadar tanin buah
selama penyimpanan dibandingkan dengan kontrol dan tanpa ethanol dalam kantong
plastik. Peranan ethanol adalah terjadinya kondensasi tanin sehingga tanin yang
larut dalam air menjadi tidak larut dan rasa sepat menjadi tidak terasa. Perubahan tanin tersebut dapat diikuti dengan
dengan proses oksidasi dari tanin yang tidak larut dalam air tersebut yang
dapat dicirikan dengan adanya perubahan warna coklat daging buah kesemek
(Yamada,1994). Namun Yamada mencurigai bahwa yang berperan dalam perubahan
tanin tersebut adalah acetaldehyde.
Senyawa ini dapat dibentuk dari ethanol yang masuk atau yang telagh ada dalam
buah dengan melibatkan enzim alkohol dehidrogenase. Hal ini didukung dengan data pada Tabel 1 dan
2 bahwa semakin panjang umur simpan maka semakin menurun kadar tanin buah baik
pada kontrol maupun pada buah yang diperlakukan dengan ethanol.
Tabel 1. Kadar
tanin buah salak akibat pencelupan ke dalam berbagai konsentrasi larutan
ethanol selam penyimpanan pada suhu 20oC.
Perlakuan
pencelupan
|
Kadar
tanin (%)
|
||
dalam
larutan ethanol
|
Hari
ke-2
|
Hari
ke-4
|
Hari
ke-8
|
Kontrol
|
0.26 a
|
0.24 a
|
0.22 a
|
0%
|
0.26 a
|
0.24 a
|
0.22 a
|
25%
|
0.26 a
|
0.23 a
|
0.20 b
|
50%
|
0.24 b
|
0.21 b
|
0.19 c
|
75%
|
0.24 b
|
0.20 b
|
0.18 c
|
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama dan
pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada DMRT 5%.
Tabel 2. Kadar
tanin buah salak akibat perlakuan uap ethanol dalam kantong plastik PE selama
24 jam selam penyimpanan pada suhu 20oC.
Perlakuan
volume
|
Kadar
tanin (%)
|
||
ethanol per kantong plastik
|
Hari
ke-2
|
Hari
ke-4
|
Hari
ke-8
|
Kontrol
|
0.28 a
|
0.28 ab
|
0.25 a
|
0
mL
|
031 b
|
0.28 a
|
0.23 b
|
5
mL
|
0.28 b
|
0.27 b
|
0.23 b
|
10
mL
|
0.25 d
|
0.22 d
|
0.19 c
|
15
mL
|
0.28 b
|
0.24 c
|
0.18 c
|
20
mL
|
0.26 c
|
0.22 d
|
0.16 d
|
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama dan
pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada DMRT 5%. Volume headspace kantong plastik 5 L.
Dengan
semakin lama masa simpan proses pemasakan semakin lama terjadi dimana ethanol
dan acetaldehyde dalam buah umumnya juga meningkat (Wills et al., 1997).
Peningkatan kedua senyawa tersebut relatif tinggi pada buah klimakterik seperti
buah salak. Dengan teknik kontrol atmosfer dimana pada buah diberikan
konsentrasi CO2 relatif tinggi mampu menurunkan kadar
tanin melalui terbentuknya ethanol dan acetaldehyde dalam buah melalui
respirasi anaerobik. Sehingga dengan cara ini juga dilakukan untuk menurunkan
rasa sepat buah kesemek (Yamada, 1994).
Total Padatan Terlarut
Perlakuan
pencelupan bauh salak ke dalam larutan ethanol tidak memberikan pengaruh nyata
terhadap total padatan terlarut buah (Tabel 3). Namun dengan perlakuan dengan
uap ethanol, pada hari ke-4, total padatan terlarut meningkat nyata
dibandingkan dengan kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa dengan perlakuan uap
ethanol terhadap buah selama 24 jam di dalam kantong plastik adalah efektif
meningkatkan total padatan terlarut yang sering dianalogkan dengan kadar gula.
Hal ini memungkinkan karena kontak dengan uap ethanol, dimana ethanol dalah
senyawa yang larut dalam air, dengan mudah berdifusi ke dalam daging buah
salak.
Fenomena
yang sama diperlihatkan pada jeruk Valencia, di mana uap ethanol yang
diperlakukan terhadap buah tersebut mampu berdifusi ke dalam albedo (rind) dan
bahkan sampai kedalam juis buah secara nyata. Keberadaan ethanol dalam albedo
bahkan mampu mencegah infeksi penyakit jamur hijau yang disebabkan oleh Penicillium digitatum (Utama, 2000).
Peningkatan kadar gula akibat endegenous ethanol dilaporkan oleh Pesis dan
Avisar (1989), dimana meningkatnya rasio gula-asam dari jeruk Valencia yang disimpan di dalam atmosfer termodifikasi
disebabkan oleh meningkatnya kadar ethanol dan acetaldehyde di dalam buah.
Tabel 3. Kadar
total padatan terlarut buah salak akibat pencelupan ke dalam berbagai
konsentrasi larutan ethanol selam penyimpanan pada suhu 20oC.
Perlakuan
pencelupan
|
Total
padatan terlarut (oBrix)
|
|
dalam
larutan ethanol
|
Hari
ke-2
|
Hari
ke-4
|
Kontrol
|
16.15
b
|
18.00
b
|
0%
|
16.00
b
|
19.75
ab
|
25%
|
16.10
b
|
20.00
a
|
50%
|
16.75
a
|
19.75
ab
|
75%
|
16.50
ab
|
19.25
ab
|
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama dan
pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada DMRT 5%.
Tabel 4. Kadar
total padatan terlarut buah salak akibat perlakuan uap ethanol di dalam kantong
plastik PE selama 24 jam selama penyimpanan pada suhu 20oC.
Perlakuan
volume
|
Total
padatan terlarut (oBrix)
|
|
ethanol per kantong plastik
|
Hari
ke-2
|
Hari
ke-4
|
Kontrol
|
16.90 a
|
19.10
d
|
0
mL
|
17.00
a
|
19.60
cd
|
5
mL
|
17.15
a
|
20.35
b
|
10
mL
|
16.65
a
|
20.20
bc
|
15
mL
|
17.20
a
|
21.00
a
|
20
mL
|
16.90
a
|
21.00
a
|
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama dan
pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada DMRT 5%. Volume headspace kantong plastik 5 L.
Total asam
Tabel 5
dan 6 menunjukkan bahwa perlakuan dengan ethanol baik berupa larutan maupun
berupa uap mampu menurunkan kadar asam buah. Penurunan kadar asam akibat
perlakuan larutan ethanol baru terlihat nyata setelah penyimpanan hari ke-8,
namun dengan perlakuan uap, penurunan kadar asam telah mulai terlihat mulai
hari ke dua penyimpanan. Dengan demikian, perlakuan dengan uap lebih efektif
dibandingkan dengan ethanol berupa larutan. Dengan meningkatnya volume ethanol
dalam kantong plastik (5 – 20 mL per kantong), semakin menurun kadar asamnya.
Yang menarik dalam penelitian ini, bahwa hanya dengan pembungkusan
buah dalam kantong plastik dan tanpa ethanol (0 mL ethanol), mampu menurunkan
secara nyata kadar asam buah dibandingkan dengan kontrol. Penurunan kadar asam
ini kemungkinan disebabkan oleh kondisi yang cenderung anaerobik di dalam
kemasan, yang mana kondisi ini mengakibatkan terbentuknya ethanol dan
acetaldehyde. Menurunnya kemasaman dari
jeruk Valencia
yang disimpan di dalam atmosfer termodifikasi disebabkan oleh meningkatnya
kadar ethanol dan acetaldehyde di dalam buah (Pesis dan Avisar, 1989).
Tabel 5. Kadar
total asam buah salak akibat pencelupan ke dalam berbagai konsentrasi larutan
ethanol selam penyimpanan pada suhu 20oC.
Perlakuan
pencelupan
|
Total
asam (%)
|
||
dalam
larutan ethanol
|
Hari
ke-2
|
Hari
ke-4
|
Hari
ke-8
|
Kontrol
|
0.40 a
|
0.39
a
|
0.40 a
|
0%
|
0.39
a
|
0.38
c
|
0.33 b
|
25%
|
0.36
b
|
0.30 c
|
0.30 d
|
50%
|
0.40
a
|
0.33 bc
|
0.31 c
|
75%
|
0.43 c
|
0.35
b
|
0.28 e
|
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama dan
pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada DMRT 5%.
Tabel 6. Kadar
total asam buah salak akibat perlakuan uap ethanol di dalam kantong plastik PE
selama 24 jam selam penyimpanan pada suhu 20oC.
Perlakuan
volume
|
Total
asam (%)
|
||
ethanol per kantong plastik
|
Hari
ke-2
|
Hari
ke-4
|
Hari
ke-8
|
Kontrol
|
0.36
a
|
0.36 a
|
0.32
a
|
0
mL
|
0.36
a
|
0.30
b
|
0.24 b
|
5
mL
|
0.29
b
|
0.26 c
|
0.23
b
|
10
mL
|
0.29
b
|
0.26 c
|
0.21
c
|
15
mL
|
0.29
b
|
0.25 d
|
0.21
c
|
20
mL
|
0.28
b
|
0.24 d
|
0.20
c
|
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama dan
pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada DMRT 5%. Volume headspace kantong plastik 5 L.
Sumber:jurnal : http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/ethanol-salak-suparta.doc.
No comments:
Post a Comment