Marek's pada unggas disebabkan oleh Virus herpes onkogenik. 
Kejadian dan kepentingan ekonomis penyakit marek tersebar luas diseluruh
 dunia dan menyerang ayam pada umur 5-35 minggu. penyakit ini disebabkan
 oleh galur virus yang sangat patogenik (vvMD) yang bertanggung jawab 
terhadap wabah akut dengan angka kematian hingga 50%, terutama pada ayam
 tertular dan tidak dikebalkan hingga umur 60 minggu. Virus penyakit 
marek bertanggung jawab terhadap pembentukan tumor syaraf (neural) dan 
organ dalam (viseral). Agennya bersifat imunosupresif dan ayam-ayam yang
 terkena penyakit ini peka terhadap berbagai infeksi virus dan bakteri. 
 
Penularan virus marek terjadi secara horizontal. Virus ini tahan 
terhadap pengaruh lingkungan dan dapat bertahan hidup sangat lama 
didalam kandang, terutama apabila pembersihan kandang (dekontaminasi) 
setiap siklus produksi tidak dilaksanakan ayam-ayam yang terinfeksi akan melepaskan debu dari bulu yang tercemar 
virus dan disebarkan oleh angin, peralatan dan petugas kandang 
(Anonim1., 2008). 
 
Marek’s disease disebabkan oleh Herpesviurs grup B yang bersifat highly cell-associated (sangat
 bergantung pada sel) pada semua jaringan kecuali pada epite folikel 
bulu. Beberapa peneliti mengelompokkan berbagai isolat MDV berdasarkan 
patogenitasnya ke dalam 3 kelompok, yaitu isolat bersifat apatogenik, 
isolat yang menyebabkan MD akut, dan isolat yang menyebabkan MD klasik 
(Tabbu., 2000). 
 
Berdasarkan atas kemampuannya untuk membentuk tumor, maka berbagai 
isolat MDV dapat dikelompokkan menjadi MDV onkogenik yang sangat virulen
 dan MDV non-onkogenik yang tidak virulen. Virus MD dapat digolongkan 
menjadi 3 serotipe, yaitu serotipe 1, meliputi MDV yang bersifat 
onkogenik/patogenik; serotipe 2, meliputi MDV bersifat 
non-onkogenik/apatogenik; dan serotipe 3, meliputi MDV yang bersifat 
non-onkogenik yaitu HVT (Tabbu., 2000). 
Berdasarkan atas kemampuan dari MDV untuk menimbulkan lesi MD pada ayam yang telah divaksinasi dengan vaksin HVT atau vaksin gabungan HVT dan MDV serotipe 2, maka berbagai isolat MDV dapat dikelompokkan menjadi 3 tipe patogenik, yaitu MDV virulen (vMDV), very virulen MDV (vvMDV), dan very virulen+MDV (vv+MDV). Di samping itu, terdapat juga tipe patogenik MDV serotipe 1 yang bersifat ringan (mMDV) (Tabbu., 2000).
 
Berdasarkan atas kemampuan dari MDV untuk menimbulkan lesi MD pada ayam yang telah divaksinasi dengan vaksin HVT atau vaksin gabungan HVT dan MDV serotipe 2, maka berbagai isolat MDV dapat dikelompokkan menjadi 3 tipe patogenik, yaitu MDV virulen (vMDV), very virulen MDV (vvMDV), dan very virulen+MDV (vv+MDV). Di samping itu, terdapat juga tipe patogenik MDV serotipe 1 yang bersifat ringan (mMDV) (Tabbu., 2000).
Pada epitel folikel bulu yang diwarnai dengan metode negative staining 
dapat ditemukan adanya partikel virus yang mempunyai envelope dengan 
ukuran 273 – 400 nm dan terlihat sebagai struktur atmorfus yang tidak 
teratur. Kadang-kadang ditemukan adanya partikel virus yang mempunyai 
envelope dengan diameter 150 – 160 nm. Pada metode negative staining 
dapat juga ditemukan nukleokapsid yang tidak mempunyai envelope dengan 
ukuran 85 – 100 nm. Morfologi HVT mirip dengan virus MD. Virus MD 
mempunyai double-stranded (ds) DNA yang linear. Struktur dari MDV dan 
HVT mempunyai perbedaan yang bersifat minor, tetapi sangat penting. 
Berbagai isolat MDV cenderung untuk bersifat lebih virulendibandingakan 
dengan galur MDV sebelumnya. 
 
Infeksi antara MDV dan sel dapat terjadi melalui 3 bentuk, yaitu infeksi
 produktif (sitolitik), infeksi laten yang bersifat non-produktif, dan 
infeksi transforming. Infeksi produktif terjadi di dalam epitel folikel 
bulu dan menghasilkan virion yang mempunyai envelope dan bersifat 
infeksius. Infeksi produktif yang bersifat terbatas dapat ditemukan pada
 sel limfoid dan epitel dari ayam dan epitel dari berbagai kultur sel. 
Sel-sel tersebut dapat menghasilkan antigen, tetapi virion tidak 
mempunyai envelope sehingga tidak bersifat infeksius pada semua jenis 
sel. Infeksi produktif menyebabkan lisis, pembentukan benda inklusi 
intranuklear dan nekrosis sel (Tabbu., 2000). 
 
Infeksi laten yang bersifat non-produktif hanya ditemukan di dalam 
limfosit, terutama limfosit T. sebagian besar limfosit B dapat juga 
menunjukkan infeksi late. Pada infeksi laten, genome dari virus telah 
terbentuk tetapi tidak diekspresikan. Infeksi transforming diperkirakan 
diperlukan untuk pembentukan tumor oleh MDV. Berbeda dengan infeksi 
laten, fenotip yang mengalami transformasi pada infeksi transforming 
tersifat oleh adanya ekspresi yang terbatas oleh genome MDV. Beberapa 
peneliti melaporkan adanya 6 jenis antigen, misalnya antigen A, B, dan 
Marek’s disease tumor associated surface antigen (MATSA) dan berbagai 
jenis protein sehubungan dengan MDV ataupun HVT (Tabbu., 2000). 
 
Virus MD dalam suatu sediaan cell-free yang berasal dari kulit ayam yang
 terinfeksi virus tersebut akan mengalami inaktivasi pada berbagai 
kondisi tertentu, yaitu 10 menit pada pH 3 atau 11; 2 minggu pada 
tempertaur 4ºC; 4 hari pada temperatur 25ºC; 18 jam pada temperatur 
37ºC; 30 menit pada temperatur 56ºC dan 10 menit pada temperatur 60ºC. 
Virus MD dalam sediaan cell-free dari kulit atau MDV atau HVT dari 
kultur jaringan yang terinfeksi dapat disimpan pada temperatur -70ºC 
jika ditambahkan stabilisator yang sesuai (Tabbu., 2000). 
 
Litter dan bulu yang berasal dari ayam yang terserang MD bersifat 
infeksius dan diperkirakan mengandung MDV cell-free yang berasal dari 
epitel folikel bulu yang bercampur dengan hancuran sel. Infektivitas 
material tersebut dapat bertahan selama 4-8 bulan pada temperatur kamar 
dan selama paling sedikit 10 tahun pada temperatur 4ºC. Virus tersebut 
akan mengalami inaktivasi setelah pemberian berbagai jenis disinfektan 
dalam waktu 10 menit. Kemampuan hidup dari MDV akan menurun jika 
kelembapan ditingkatkan (Tabbu., 2000). 
DAFTAR PUSTAKA 
Anonim1., 2008. Penyakit Marek’s Pada Unggas. http://www.vet-klinik.com/Perunggasan/marek-s-pada-unggas.html. Diakses Pada Tanggal; 9/5/2009 2:57:40 PM
Anonim2., 2008. Cara Atasi Marek’s. http://simalungunboy.blog.friendster.com/2008/02/cara-atasi-mareks/. Diakses Pada Tangga; 9/5/2009 2:49:59 PM
Anonim3., 2009. Pengaruh Ekstrak Benalu Teh Scurrula Oortiana Pada Fenomena Imunologis Dan Risiko Kanker Pada Ayam Yang Diinfeksi Herpesvirus MDV Onkogen. http://keset.wordpress.com/2008/09/13/penyakit-mareks-pada-unggas/. Diakses Pada Tanggal; 9/5/2009 2:57:01 PM
Quinn., P.J.; Markey., B.K.; Carter., M.E.; Donnely., W.J.C.; Leonard., F.C.; Maghire., D. 2002. Veterinary Microbiology and Microbial Disease. Dublin. Irlandia: Blackwell Science
Tabbu., C. R. 2000. Penyakit Ayam Dan Penanggulangannya. Volume 1. Kanisius. Yogyakarta. Hal. 248-252, 284, 296, & 315.
Anonim1., 2008. Penyakit Marek’s Pada Unggas. http://www.vet-klinik.com/Perunggasan/marek-s-pada-unggas.html. Diakses Pada Tanggal; 9/5/2009 2:57:40 PM
Anonim2., 2008. Cara Atasi Marek’s. http://simalungunboy.blog.friendster.com/2008/02/cara-atasi-mareks/. Diakses Pada Tangga; 9/5/2009 2:49:59 PM
Anonim3., 2009. Pengaruh Ekstrak Benalu Teh Scurrula Oortiana Pada Fenomena Imunologis Dan Risiko Kanker Pada Ayam Yang Diinfeksi Herpesvirus MDV Onkogen. http://keset.wordpress.com/2008/09/13/penyakit-mareks-pada-unggas/. Diakses Pada Tanggal; 9/5/2009 2:57:01 PM
Quinn., P.J.; Markey., B.K.; Carter., M.E.; Donnely., W.J.C.; Leonard., F.C.; Maghire., D. 2002. Veterinary Microbiology and Microbial Disease. Dublin. Irlandia: Blackwell Science
Tabbu., C. R. 2000. Penyakit Ayam Dan Penanggulangannya. Volume 1. Kanisius. Yogyakarta. Hal. 248-252, 284, 296, & 315.
 
No comments:
Post a Comment