Namanya lumayan cantik, Psidium guajava L.
Asalnya dari Brazilia, Amerika Tengah dan menyebar ke Indonesia dan
negara Asia lainnya lewat Thailand. Di Indonesia lazim dikenal
masyarakat dengan nama Jambu Klutuk, Jambu Batu atau Jambu Biji.
Jenisnya juga bermacam-macam, juga ada yang berdaging putih dan ada juga
yang berdaging merah. Ras lokal dikenal dengan nama Jambu Pasar Minggu,
berdaging merah atau putih dengan rasa asam sampai manis. Jambu
Australia berasal dari Australia dengan daging merah keunguan, dan
berasa manis jika masak. Jambu Australia lebih banyak dijadikan tanaman
hias. Jambu Sukun merupakan varietas unggul dan memiliki sedikit biji.
Jambu sukun ini buahnya besar, daging buahnya putih kekuningan dengan
rasa manis sedikit asam. Teksturnya agak keras, renyah dan berukuran
besar. Jambu Bangkok merupakan jambu yang diperoleh dari hasil
persilangan di Thailand, ukurannya lebih besar dari jambu sukun dan juga
memiliki sedikit biji dan bahkan tidak berbiji.
Menurut catatan Parimin S.P.
dalam Jambu Biji : Budi Daya dan Ragam Pemanfaatannya (Penebar Swadaya,
2007), tiap 100 g Jambu Biji masak segar mengandung 0,9 gram protein,
0,3 gram lemak, 12,2 gram karbohidrat, 14 mg kalsium, 28 mg fosfor, 1,1
mg besi, 25 SI vitamin A, 0,02 mg vitamin B1, 87 mg vitamin C, dan 86
gram air dan total kalori 49 kalori.
Sumber Vitamin C
Kandungan vitamin C jambu biji
dua kali lipat jeruk manis (jeruk manis hanya mengandung 49 gram Vitamin
C dalam 100 gram buahnya), lima kali lipat dari orange, serta delapan
kali lipat dari lemon (10,5 mg/100 g). Dibandingkan jambu air dan jambu
bol, kadar vitamin C pada jambu biji jauh lebih besar, yaitu 17 kali
lipat dari jambu air (5 mg/100 g) dan empat kali lipat dari jambu bol
(22 mg/100 g).
Kandungan vitamin C pada jambu
biji mencapai puncaknya menjelang matang. Sebagian besar vitamin C jambu
biji terkonsentrasi pada bagian kulit serta daging bagian luarnya yang
lunak dan tebal. Karena itu, jambu biji sebaiknya dikonsumsi beserta
kulitnya.
Kebutuhan vitamin C pada anak
berumur 13 – 20 tahun adalah 80 – 100 mg per hari dan kebutuhan orang
dewasa yang mencapai 75 – 80 mg per hari. Sehingga sebutir jambu biji
dengan berat 275 gram sudah mampu memenuhi kebutuhan vitamin C harian
bagi 2 anak atau 3 orang dewasa. Pada intinya, jambu biji dapat
dijadikan sebagai sumber utama bagi kebutuhan vitamin C tubuh. Konsumsi
jambu biji seberat 90 gram setiap hari sudah mampu memenuhi kebutuhan
vitamin harian orang dewasa, sehingga mampu menjaga kesehatan dan
kebugaran tubuh.
Disamping berfungsi sebagai
antioksidan, vitamin C memiliki fungsi menjaga dan memacu kesehatan
pembuluh kapiler: mencegah anemia gizi, sariawan, gusi yang bengkak dan
berdarah (penyakit skorbut); serta mencegah tanggalnya gigi. Vitamin C
dosis tinggi dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh dalam melawan
berbagai infèksi. Dengan demikian, kita tidak mudah menjadi sakit,
seperti flu, batuk, demam, dan lain-lain.
Vitamin C membantu penyerapan
zat besi dan dapat menghambat produksi nitrosamin, suatu zat pemicu
kanker. Vitamin C juga berperan untuk pembentukan kolagen yang sangat
bermanfaat untuk penyembuhan luka. Ketersediaan vitamin C, yang cukup
dalam darah dapat mendorong ke selenium dalam menghambat sel kanker,
terutama kanker paru-paru, prostat, payudara, usus besar, empedu, dan
otak.
Sumber Potasium dan Serat
Jambu biji juga mengandung
potasium sekitar 14 mg/ 100 gram buah. Potasium berfungsi meningkatkan
keteraturan denyut jantung, mengaktifkan kontraksi otot, mengatur
pengiriman zat-zat gizi lainnya ke sel- sel tubuh, mengendalikan
keseimbangan cairan pada jaringan sel tubuh, serta menurunkan tekanan
darah tinggi (hipertensi).
Cara kerja potasium di dalam
tubuh adalah kebalikan dengan natrium (pemicu hipertensi). Karena itu,
di dalam menu harian sangat dianjurkan untuk mengonsumsi natrium dan
kalium dalam rasio 1:1. Proses pengolahan makanan dengan menggunakan
garam cenderung untuk menaikkan natrium jauh melebihi kalium.
Sumber Serat Pangan
Jambu biji juga merupakan sumber
serat pangan (dietary fiber). Serat pangan bermanfaat untuk mencegah
berbagai penyakit degeneratif, seperti kanker usus besar (kanker kolon),
divertikulosis, aterosklerosis, gangguan jantung, diabetes melitus,
hipertensi, dan penyakit batu ginjal.
Konsumsi serat pangan masyarakat
Indonesia saat ini masih sangat rendah, yaitu sekitar 10
gram/orang/hari. Padahal, konsumsi serat pangan yang dianjurkan adalah
20-30 gram/orang/hari.
Jambu biji mengandung serat
pangan sekitar 5,6 gram per 100 gram daging buah. Jenis serat yang cukup
banyak terkandung di dalam jambu biji adalah pektin, yang merupakan
jenis serat yang bersifat larut di dalam air. Serat yang bersifat larut
di dalam air memiliki peran besar dalam menurunkan kadar kolesterol,
yaitu mengikat kolesterol dan asam empedu dalam tubuh, serta membantu
pengeluarannya melalui proses buang air besar.
Dengan demikian, serat yang
bersifat larut di dalam air berguna untuk mencegah aterosklerosis
(penyumbatan pembuluh darah penyebab terjadinya penyakit jantung koroner
dan stroke).
Serat sejenis itu juga berperan
dalam menurunkan kadar glukosa darah, sehingga sangat berperan dalam
mencegah penyakit diabetes melitus.
Jambu Biji Pada Demam Berdarah Dengue (DBD)
Seperti diketahui, DBD merupakan
penyakit yang disebabkan oleh virus dengue dengan angka kematian dan
kesakitan yang cukup tinggi. Sampai saat ini pengobatan DBD masih
bersifat suportif, yaitu mengatasi kehilangan cairan plasma akibat
peningkatan permeabilitas pembuluh darah kapiler.
Ide penelitian berasal dari
Badan POM dan mereka menunjuk Dr Drs Suprapto Ma’at MS. apoteker dari
Patologi FK Unair untuk meneliti daun jambu biji.
Pada tahap awal dilakukan
penelitian preklinik di FK Unair yang menggunakan hewan model mencit
dengan pemberian oral ekstrak daun jambu biji terbukti dapat menurunkan
permeabilitas pembuluh darah. Pada penelitian tersebut dilaporkan juga
bahwa ekstrak daun jambu biji terbukti dapat meningkatkan jumlah sel
hemopoetik terutama megakriosit pada preparat dan kultur sumsum tulang
mencit. Pada uji keamanan (toksisitas) ekstrak daun jambu biji termasuk
zat yang praktis tidak toksik.
Daun jambu biji memang
mengandung berbagai macam komponen. Berkaitan dengan itu telah dilakukan
uji invitro ekstrak daun jambu biji di mana ekstrak tersebut terbukti
dapat menghambat pertumbuhan virus dengue. Kelak setelah dilakukan
penelitian lebih lanjut diharapkan ekstrak daun jambu biji dapat
digunakan sebagai obat anti virus dengue.
Juga telah dilakukan uji awal
berupa penelitian open label di beberapa rumah sakit di Jawa Timur (RS
Jombang dan RS Petrokimia Gresik) pada penderita DBD dewasa dan
anak-anak.
“Hasil penelitian dibagi-bagikan
ke RS Jombang dalam bentuk 30 kapsul dan 30 sirup, lalu RS Petrokimia
Gresik 20 kapsul dan 20 sirup. Ada yang sukarela mau mencoba,” kata
Suprapto.
Hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa pemberian ekstrak daun jambu biji dapat mempercepat
peningkatan jumlah trombosit tanpa disertai efek samping yang berarti,
misalnya sembelit. Penelitian open label ini masih perlu dilanjutkan
dengan uji klinik untuk membuktikan khasiat dengan evidence based yang
lebih kuat.
No comments:
Post a Comment