BAB I
PERKEMBANGBIAKAN
(MATERI KULIAH DRH IDA
BAGUS KADE SUARDANA M.Si)
1.1 Pengertian.
Bilamana kita
memperhatikan keadaaan sekeliling kita, baik terhadap tumbuh-tumbuhan hewan,
maupun terhadap manusia sendiri, dapat kita lihat bahwa setiap makhluk hidup
dengan berbagai cara selalu mengadakan keturunan, atau dengan perkataan lain
melakukan perkembangbiakan (Reproduksi), sehingga dari satu makhluk atau
sepasang makhluk dapat terjadi beberapa
makhluk ; begitu seterusnya ; sedang makhluk yang sudah tua akan mati/musnah.
Dengan demikian reproduksi hidup dari pada golongannya (jenisnya).
Dalam mengadakan
perkembangbiakan, ada makhluk-makhluk yang berkembang biak sendirian, tetapi
sebagian besar makhluk di dunia ini dalam mengadakan perkembangbiakan perlu adanya
sepasang makhluk yang berlainan jenis kelaminnya. Perkembangbiakan pada
golongan pertama disebut “Generatio
parentalis vegetatif” (asexual), misalnya perkembangbiakan dengan
mengeluarkan tunas akar, umbi, stek, membelah diri dan sebagainya, sedang golongan
kedua disebut “generatio parentalis
generatif” (Sexual), antaranya yang terjadi pada ternak kita. Disamping itu
terdapat pula satu macam perkembangbiakan yang disebut parteno genesis, yang merupakan bentuk peralihan dari generatio parentalis vegetatif dan generatio parentalis generatif, yang terjadi misalnya pada
lebah.
Pada bab ini akan diuraikan
perkembangbiakan generatio parentalis
generatif atau sexual yang terjadi
pada ternak kita.
Pada
perkembangbiakan sexual dikenal adanya 2 jenis sel perkembangbiakan
atau sel kelamin, yakni sel kelamin jantan “Spermatozoide” (sel mani) dan sel
kelamin betina atau “Ovum” (sel telur) yang masing-masing dihasilkan oleh
makhluk/ternak jantan dan betina. Pada perkembangbiakan seksual tersebut
terjadi karena adanya peristiwa perkawinan
dan pertunasan/pembuahan dan bisa
terjadi bila ternak yang bersangkutan sudah baliq.
1.2 BALIQ
Apa yang dimaksud dengan baliq, khususnya pada ternak?
Baliq pada ternak adalah suatu keadaan dimana ternak yang
bersangkutan telah menghasilkan sel kelamin yang masak. Saat dimana ternak tersebut mulai menghasilkan sel
kelamin yang masak, maka saat itu terjadi tanda - tanda mulai baliq atau dewasa kelamin (pubertas).
Saat timbulnya baliq tersebut pada tiap jenis ternak berbeda, bahkan antara
bangsa-bangsa terrnak dari jenis yang samapun terdapat pembedaan.
Daftar
dibawah ini merupakan petunjuk, bilamana ternak-ternak kita, mulai memasuki
masa baliq guna tindakan-tindakan pengawasan dan pengaturan dalam reproduksi.
Jenis ternak
|
Umur timbulnya baliq
berkisar antara
|
· Kuda jantan
· Kuda betina
· Sapi Ras Unggul (Sapi-sapi Eropa)
· Sapi-sapi Indonesia
· Sapi Zebu
· Kerbau
· Kambing
· Domba
· Babi
· Ayam ras
· Ayam kampung
· Itik
|
6 bulan - 1 tahun
1 - 2 tahun
6 bulan – 1 tahun
11/2 - 2 tahun
1 ½ - 2 tahun
1 – 11/2 tahun
6 – 12 tahun
6 – 15 tahun
3 - 4 bulan
5 – 7 bulan
8 – 10 bulan
9 bulan
|
Di atas dikemukakan bahwa
baliq mempunyai hubungan dengan masaknya sel kelamin yang pertama. Untuk
mengetahui hal ini dan bila mana saja sel kelamin tersebut masak, perlu kiranya
diketahui di mana dan bagaimana proses pembentukan sel kelamin.
Sel kelamin
dibentuk di dalam kelenjar kelamin, berasal dari sel-sel benih. Sel benih pada ternak jantan disebut Spermatogonia, sedang sel benih pada ternak betina disebut Oogenia. Pada ternak jantan kelenjar
kelamin tersebut adalah testes (buah
zakar & buah pelir) sedang pada ternak betina adalah ovarium (pengarang telur/indung telur), yang masing-masing
merupakan bagian daripada alat kelamin. Proses keseluruhan dari pembentukan sel
kelamin disebut gametogenesis, yang
dibedakan lagi kedalam spermatogenesis yakni
pembentukan spermazoide dan oogenesis yakni
pembentukan ovum.
Pada
gametogenesis terjadi pembelahan menyusut
yang terdapat pada pembentukan spermatocyte II pada jantan atau oocyte II
pada tina. Pada kejadian ini maka chromosoma dari pada spermatocyte II ataupun
oocyte II itu tidak lagi berpasangan sebagaimana halnya dengan chromosoma pada
sel-sel tubuh atau chromosoma pada spermatocyte I atau oocyte I.
Setelah sel-sel kelamin itu berbentuk maka mereka mengalami
pertumbuhan hingga kemudian dewasa dan masak. Pertumbuhan sel-sel kelamin itu
dipengaruhi oleh hormon-hormon tertentu, yakni hormon-hormon reproduksi yang
terdiri dari hormon-hormon reproduksi primer dan sekunder. Hormon-hormon
reproduksi primer mempengaruhi langsung segala aspek perkembangbiakan, mulai
dari gametogenesis sampai kepada kelakuan-kelakuan seksual dan sebagainya,
sedang hormon reproduksi sekunder penting untuk kesehatan dan metabolisme dalam
menjamin kelangsungan proses perkembangbiakan/reproduksi. Hormon-hormon tersebut dihasilkan oleh hypophyse,
terutama hypophyse-anterior dan hypothalamus, juga oleh alat kelamin sendiri
terutama kelenjar kelamin (testes/ovarium).
Mekanisme pengeluaran dan
kerja dari hormon-hormon reproduksi tersebut sangat rumit. Dari kerja
hormon-hormon reproduksi itu terdapatlah sinkronisasi dan koordinasi dalam
semua peristiwa yang berhubungan dengan reproduksi, sehingga pengaturan waktu
setiap kejadian , baik mulainya maupun berakhirnya dapat terjamin dengan lancar
dan sekaligus menjamin kelanjutan keturunan.
1.3 BERAHI DAN OVULASI
Koordinasi
dan sinkronisasi dari pada kerja hormon-hormon reproduksi dalam pengaturan
waktu yang menyangkut peristiwa-peristiwa reproduksi jelas sekali dan mudah diikuti, serta
mempunyai arti yang sangat penting dalam tindakan-tindakan dan pengaturan
perkembangbiakan oleh manusia adalah peristiwa ovulasi dan berahi (bronst) pada
ternak betina.
Apakah berahi itu dan apakah ovulasi itu?
Berahi adalah suatu
bagian dari kejadian-kejadian reproduksi, yakni suatu hasrat dari makhluk hidup
untuk kawin, baik pada jantan maupun
betina.
Berahi mulai terjadi setelah ternak itu memasuki masa baliq. Pada
ternak jantan berahi itu erjadi tanpa pembatasan waktu, artinya kapan saja
berahi pada ternak jantan dapat timbul lain halnya dengan ternak betina. Pada
ternak betina timbulnya berahi terikat pengaturan waktu oleh kerja
hormon-hormon reprduksi sehingga timbulnya berahi itu mempunyai jarak waktu
tertentu dan jarak waktu tersebut tidak sama pada jenis ternak yang satu dengan
jenis ternak yang lain. Timbulnya
suatu berahi pada ternak betina ke berahi berikutnya disebut siklus
berahi. Lama berahi atau oestrus juga beebeda dari jenis ternak yang satu
dengan jenis ternak yang lain.
Pada ternak betina
berahi atau lebih umum disebut bronst, merupakan suatu tanda bahwa ternak yang
bersangkutan meminta dikawini, di luar waktu bronst tersebut ternak itu tidak mau
dikawini. Lain halnya dengan ternak jantan, kapan saja ia dibutuhkan untuk
mengawini akan bersedia, karena timbulnya berahi pada jantan bukan karena
pengaturan waktu oleh kerja hormon-hormon reproduksi, tetapi oleh adanya
rangsangan bau yang dikeluarkan oleh ternak betina sejenis yang sedang bronst,
disamping karena adanya penimbunan sperma yang belum dikeluarkan.
Bronst atau oestrus
mempunyai hubungan yang erat dengan ovulasi. Ovulasi adalah proses keluarnya sel telur dari ovarium. Sel telur
(ovum) yang terbentuk dalam tubuh menjadi dewasa di dalam ovarium, akhirnya
masak dan keluar dari ovarium untuk selanjutnya jatuh dan masuk ke dalam corong
dari tuba fallopii.
Menjelang
terjadinya ovulasi itulah ternak yang bersangkutan menunjukan tanda-tanda
bronst. Tanda-tanda bronst tersebut berlangsung sampai sesudah terjadi ovulasi,
tetapi juga ada yang berakhir sebelum ovulasi terjadi, tergantung pada jenis
ternaknya, sehingga dengan demikian tiap jenis ternak mempunyai jangka waktu
tertentu mengenai lamanya bronst.
Siklus berahi, lamanya berahi serta saat
terjadinya ovulasi dari berbagai jenis ternak digambarkan di bawah ini :
Jenis ternak
|
Lama siklus berahi
(hari)
|
Lama berahi
(hari)
|
Saat terjadinya ovulasi
|
Kuda
Sapi
Kerbau
Kambing
Domba
Babi
|
15 – 28
18 – 24
21 – 24
18 – 21
15 – 20
18 – 24
|
3 – 9 hari
1 - 2 hari
1 – 3 hari
1 – 2 hari
1 – 2 hari
2 – 4 hari
|
1- 2 hari sebelum oestrus berakhir.
berapa jam setelah oestrus
berakhir.
± Sama dengan
sapi.
Saat oestrus
berakhir
Saat oestrus
berakhir
1 – 2 hari
setelah oestrus mulai
|
Perbedaan-perbedaan waktu itu disebakan
karena adanya perbedaan bangsa, umur dan pengaruh lingkungan. Dari pengaruh lingkungan yang terutama adalah pengaruh makanan.
Tanda-tanda yang terjadi itu perlu dipelajari, karena tanda-tanda itu merupakan
petunjuk bahwa ternak yang bersangkutan berkehendak kawin. Bagi ternak-ternak
yang dilepas setiap hari bersama-sama, jantan dengan betina, tanda-tanda yang
bersangkutan tidak perlu diketahui pemiliknya, karena ternak-ternaknya sendiri
sudah saling bisa mengenal dan saling memenuhi kebutuhannya untuk saling
berkawin, artinya betina yang sudah bronst akan mendekati pejantan sedang
pejantannya selalu berusaha mengejarnya karena sudah terangsang adanya bau
spesifik dari secreta (Sekresi) yang dikeluarkan alat kelamin ternak betina
yang sedang bronst. Tetapi pada ternak yang selalu diikat dan dikandangkan hal
tersebut tidak mungkin terjadi, maka untuk dapat mengetahui bahwa ternaknya
sedang bronst ialah dengan mengamati tanda-tanda bronstnya. Tanda-tanda bronst
pada semua jenis ternak umumnya hampir sama, tetapi tiap jenis ternak mempunyai
tanda-tanda yang spesifik pula. Tanda-tanda tersebut menyangkut perubahan dalam
tingkah laku dan keadaan faali alat kelamin.
1.4 TANDA TANDA BERAHI
Kuda
yang sedang bronst akan terlihat tanda-tanda sebagai berikut : Kuda
gelisah, suka meringkik, berdiri dengan kaki belakang dilebarkan dan sering
kencing sedikit-sedikit, suka mendesak-desak kuda lain, vulva merah sering
dibuka dan ditutup, di antara vulva yang sering dibuka dan ditutup nampak
clitoris (kelentit) yang menonjol karena membengkak. Kadang-kadang mengeluarkan
lendir.
Sapi
yang sedang bronst selalu gelisah, kalau diikat berusaha melepaskan diri,
kalau dalam keadaan lepas ia berusaha menaiki kawannya dan berdiam diri bila
dinaiki sapi lain, sering melenguh, ekor diangkat sedikit ke atas, keluar
lendir yang jernih dari liang peranakan, selaput lendir liang peranakan merah,
bibir vulva merah dan sedikit membengkak, bila diraba terasa hangat (3A – Jawa : Abang (merah), Abuh (bengkak), Anget
(hangat = sedikit panas). Sapi yang demikian bila
diraba di sekitar kemaluannya akan menurunkan pinggulnya.
Kerbau yang sedang bronst, tanda-tandanya
hampir sama dengan sapi, tetapi tidak sejelas sapi.
Domba waktu bronst menunjukkan kegelisahan, mencari domba jantan, berdiam
diri bila dinaiki domba lain. Juga mengenal 3A (Abang, Abuh, Anget). Tetapi
tanda-tanda itu umumnya kurang jelas.
Kambing tanda-tanda bronstnya lebih jelas daripada domba,nafsu makan
hilang, mengembik-embik, ekor selalu dikopat-kapitkan (dikipas-kipaskan ke kiri
dan ke kanan), sebentar-sebentar kencing, alat kelaminnya mengalami perubahan
3A.
Babi yang sedang
bronst, nafsu makannya juga menurun gelisah, jalan mondar-mandir di dalam
kandang, suka membongkar kandang, untuk berusaha lepas mencari babi jantan yang
pernah mengawini. Tetapi ada juga babi yang sedang
bronst yang berdiam diri bahkan menyembunyikan diri di bawah rumput-rumput yang
ada di dalam kandang, seolah-olah sedang sakit. Tanda-tanda 3 A pada alat kelaminnya jelas sekali
dan sering keluar lendir dari alat kelaminnya.
BAB II
PERKAWINAN DAN PEMBUAHAN
2.1 PERKAWINAN
Perkawinan
merupakan bagian dari rentetan kegiatan dalam proses reproduksi. Perkawinan pada ternak kita adalah suatu usaha untuk memasukkan sperma (semen = mani)
ke dalam alat kelamin ternak betina. Usaha memasukkan
sperma (semen) tersebut dapat dilakukan oleh ternak jantan sendiri dengan jalan
melakukan persetubuhan (coitus) yang disebut perkawinan
alam, maupun dengan perantaran alat-alat yang dilakukan oleh manusia yang
secara populer dikenal dengan istilah kawin suntuik atau A.I. (Artificial
Insemination).
Setiap perkawinan
yang dilakukan baik secara alam maupun A.I. bertujuan menimbulkan kebuntingan.
Untuk terjadi kebuntingan maka perkawinan itu harus diikuti kejadian yang
disebut pertunasan atau pembuahan, yakni bersenyawanya sel mani
(Sprematozoide) dengan sel telur (Ovum), yang biasanya terjadi di dalam ductus
ovii / tuba fallopii / saluran telur, terutama di ujungnya yang
berbentuk corong.
Supaya di dalam perkawinan itu terjadi
pertunasan maka saat melakukan perkawinan pada ternak betina yang sedang bronst
sangat penting artinya. Ovulasi terjadi pada saat-saat tertentu dari lamanya
birahi. Supaya terjadi pertunasan dengan normal maka
sampainya Spermatozoa ke dalam corong ductus ovii harus bersamaan dengan
sampainya ovum ke dalam ductus tersebut.
Disamping itu perlu diingat bahwa setelah sampai ke ductus ovii,
spermatozoa tersebut, harus masih mempunyai daya hidup yang cukup sehingga
masih sanggup mengadakan pertunasan.
Setelah sperma disemprotkan pada saat
perkawinan, maka spermatozoa bergerak maju secara aktif, dengan bantuan
ekornya, berenang di dalam cairan sperma dan cairan/lendir yang dikeluarkan
oleh alat kelamin yang dalam keadaan bronst, di samping adanya gerak mengkerut
dari dinding alat kelamin yang mendorong spermatozoa bergerak maju. Pergerakan maju spermatozoa itu setiap 1 jam kira-kira mencapai 15
cm. Daya tahan hidup spermatozoa di dalam alat kelamin ternak betina berkisar
dari beberapa jam hingga beberapa hari tergantung dari pada jenis ternaknya. Ovum sendiri setelah diovulasikan, secara
normal jatuh ke corong saluran telur (kadang-kadang jatuh langsung ke dalam
rongga perut dan tidak dapat bergerak sendiri). Ovum begerak ke bawah/ke
belakang karena terdorong oleh gerakan bulu-bulu getar yang ada pada dinding
dalam dari corong saluran telur. Daya hidup ovum
setelah diovulasikan dan tidak ditunasi umumnya lebih pendek dari pada daya
hidup spermatozoa yang telah berada dalam alat kelamin ternak betina. Karena
itu dalam melakukan perkawinan harus dapat memperhitungkan agar sampainya
spermatozoa ke bagian ujung tuba fallopii/saluran telur dekat corong bersamaan
dengan jatuhnya / masuknya ovum ke dalam corong saluran tersebut. Untuk itu
sebaiknya perkawinan dilakukan pada saat memuncaknya tanda-tanda berahi.
Dalam perkawinan itu
disemprotkan mani/sperma ke dalam alat kelamin ternak betina yang berisi
beratus-ratus bahkan berjuta-juta spermatozoa. Dari sekian banyak spermatozoa
tersebut hanya satu spermatozoide yang membuahi tiap ovum, yang tidak membuahi akan mati. Pembuahan
dimulai dengan timbulnya daya tarik-menarik antara spermatozoide dengan ovum
melalui suatu daerah yang menggembung yang disebut bukit pertunasan. Inti
(nucleus) spermatozoide dan ovum bersenyawa, maka dimulailah timbulnya makhluk
baru yang mempunyai chromosoma berpasangan kembali yang disebut zygote.
Untuk mengawinkan ternak besar sebaiknya dilakukan di tempat khusus untuk
mengawinkan (kandang kawin).
2.2 KEBUNTINGAN
Dengan telah terjadinya pertunasan maka
terjadilah kebuntingan atau dengan perkataan lain bahwa ternak betina itu mulai
bunting. Dengan adanya kebuntingan tersebut, maka di dalam tubuh ternak betina
itu tumbuh makhluk baru, dari zygote yang membelah-belah diri menjadi embryo dan
seterusnya menjadi foetus (janin). Pertumbuhan makhluk
tersebut terjadi di dalam uterus (rahim) atau cornua uteri (tanduk
rahim). Dalam keadaan yang menyimpang dapat pula trjadi di ductus ovii atau
bahkan di rongga perut.
Dalam hubungan
dengan kebuntingan tersebut bagi pemilik ternak/peternak yang penting adalah
mengenal tanda-tanda bunting sehingga ia mengetahui bahwa ternaknya yang telah
dikawinkan itu bunting, guna melakukan tindakan-tindakan dan perlakuan
selanjutnya kepada ternaknya.
Tanda-tanda
kebuntingan pada umumnya dimulai dengan tidak timbulnya masa berahi pada sikles
berahi berikutnya, tingkah lakunya berubah, ternak yang bersangkutan menjadi
tenang, nafsu makan bertambah, kerjanya lambat dan lekas berkeringat, suka
memakan yang bukan-bukan misalnya tanah, pasir, badan keadaannya makin
bertambah gemuk dan bulat. Pada 2/3 dari masa kebuntingan dapt dilihat
pergerakan anak pada perut sebelah kanan yang dapat diperhatikan pagi-pagi
sebelum ternak diberi makan. Pada akhir masa kebuntingan susu membengkak, dari puting bila diperas
keluar cairan, urat-urat perut dan sekitar kemaluan mengendor.
Kebuntingan berjalan untuk waktu tertentu dan tiap jenis ternak
mempunyai waktu rata-rata dari lamanya bunting (masa kebuntingan). Masa kebuntingan tersebut selain
dipengaruhi oleh jenis ternak, juga bangsa, umur, makanan, perawatan,
kesehatan, jumlah anak yang dikandung dan jenis kelamin anak yang dikandung.
Ternak yang lekas dewasa, yang muda, dan jumlah anak yang dikandungnya lebih
dari pada normal, juga anak jantan akan lebih cepat dilahirkan dari pada waktu
rata-rata masa kebuntingan. Ternak yang sakit-sakitan
dan yang makanannya jelek selama bunting akan lebih lama masa kebuntingannya.
2.2 LAMA KEBUNTINGAN
Masa kebuntingan rata-rata
berkisar sebagai berikut
Sapi
Kerbau
Kambing
Domba
Babi
|
281 hari
315 hari
154 hari
150 hari
114 hari
|
Kuda
Kelinci
Keledai
Kucing
Anjing
|
336 hari
69 hari
360 hari
60 hari
62 hari
|
Pada ternak unggas maka masa kebuntingan itu dapat disamakan dengan
masa mengeram. Masa mengeram pada ayam adalah 21 hari, itik/entok – 28 hari,
angsa – 38 hari.
2.3 PEMERIKSAAN KEBUNTINGAN
Untuk
mengetahui seekor ternak bunting atau tidaknya dapat dilakukan dengan
pemeriksaan :
a. Dari luar
yakni dengan mengadakan palpasi atau meraba perut bagian
kanan untuk mengetahui gerakan anak yang ada di dalam perut. Dapat juga
mempergunakan Stethoscope/phonendoscope yang ditempelkan pada rusuk terakhir
guna mendengarkan denyut jantung foetus. Pemeriksaan dari luar lainnya adalah
melihat bentuk ambing.
b. Dari dalam
Yakni dengan melakukan exploratio, baik rectal ataupun
vaginal yang terbaik adalah exploratio rectal; yang diperiksa adalah perubahan
bentuk dari alat kelamin terutama uterus dan cornua uteri, serta gerakan foetus
yang ada di dalamnya. Khusus dilakukan pada ternak besar, terutama pada sapi.
c. Pada hewan kecil (sebagai penelitian) sering dilakukan pemeriksaan secara hormonal atau biokimia dengan methoda tertentu.
2.4 KELAHIRAN DAN PERTOLONGANNYA
Tiap-tiap
kebuntingan berakhir dengan kelahiran (partus). Sebelum seekor ternak betina yang bunting tua
melahirkan, maka terlebih dahulu ternak tersebut menunjukkan tanda-tanda akan melahirkan.
Tanda-tanda ternak yang akan melahirkan adalah sebagai berikut :
·
Ambing membengkak dan kemerah-merahan
·
Dari puting bila dipijat keluar
cairan ke putih-putihan
·
Vulva
membengkak, konsistensinya lunak, selaput lendirnya merah, keluar lendir yang
sifatnya lengket
·
Perutnya menggantung
·
Lempong melegok
·
Bila berdiri kaki selalu
direnggangkan, pangkal ekor diangkat tinggi
·
Bila
ternak tersebut dilepas, ia akan memisahkan diri dari kawan-kawannya.
Peternak
yang baik akan segera dapat mengenal tanda-tanda tersebut dan timbulnya
tanda-tanda itu mudah dikenal lebih-lebih bila seorang peternak mempunyai
catatan perkawinan dari ternak-ternaknya, karena lama bunting rata-rata
tiap-tiap jenis ternak telah diketahui, sehingga pada masa akhir kebuntingannya
dapat dilakukan pengamatan. Tanda-tanda akan melahirkan
yang diperlihatkan oleh ternak itu memberikan semacam perintah kepada
pemiliknya untuk mengadakan persiapan-persiapan dalam menerima adanya kelahiran
dan bila diperlukan untuk memberikan pertolongan.
Persiapan yang
perlu dilakukan terutama adalah menyediakan kandang/ruangan/tempat yang bersih,
terang dan pertukaran udaranya baik, lantainya diberi alas jerami padi yang
kering, bila mungkin terpisah dari ternak yang lain. Untuk, ternak rakyat persiapan yang demikian sudah
cukup baik. Selain itu sediakan pula gunting dan yudium
tinctur 10%. Untuk sapi perah biasanya perlu disediakan kandang tersendiri
untuk pedetnya (anak sapi).
Pada saat diketahui ternaknya akan
melahirkan harus diawasi untuk menjaga kemungkinan diperlukannya pertolongan
pada saat terjadinya proses kelahiran. Ternak rakyat
pada umumnya melahirkan dengan mudah, sangat jarang terjadi kesukaran dalam
melahirkan, oleh karena kondisi badannya pada umumnya cukup baik. Lain halnya
dengan sapi-sapi perah, yang selamanya tinggal di kandang terus menerus serta
dipaksa untuk berproduksi sebanyak-banyaknya, sehingga mengakibatkan kemunduran
dari kondisinya.
Untuk menjaga
kondisi dari pada ternak yang sedang bunting sehingga pada saat melahirkan
tidak mengalami kesukaran, latihan adalah penting sekali. Pada ternak rakyat
latihan tersebut telah dipenuhi dengan sendirinya oleh karena pada umumnya
ternak rakyat setiap hari digembalakan. Bagi ternak rakyat yang penting adalah
mengurangi pekerjaannya, bila ia harus bekerja, supaya pertumbuhan foetus tidak
terganggu oleh karena pada umumnya makanannya tidak diatur tersendiri pada
waktu bunting. Setelah bunting tua tidak boleh dikerjakan. Untuk sapi perah,
latihan dimaksud dilakukan dengan cara melepaskannya di lapangan setiap hari
kira 1 – 2 jam antara jam 09.00 – 11.00 dan setelah bunting tua tidak boleh
diperah susunya (masa kering).
Pada kelahiran normal pertolongan yang diperlukan
adalah :
·
Membersihkan
lendir dari lubang hidung dan mulut supaya anak yang baru dilahirkan segera
dapat bernapas.
- Bila waktu lahir tali pusat belum putus dari hubungannya dengan placenta (tembuni) potong dulu dengan menggunting.
- Teruskan dengan membersihkan lendir dari seluruh badan dengan mengelapnya dengan lap atau jerami kering. Waktu mengelap sambil adakan pemijatan pada dinding rongga dada untuk merangsang pernapasan.
- Bila tali pusat masih panjang potong dan tinggalkan lebih kurang 10 cm. dari kulit perut, kemudian olesi dengan yudium tinctur 10%.
Pada induknya perlu dilakukan tindakan-tindakan
sebagai berikut:
·
Bersihkan pantat, ekor dan kaki
belakang dari kemungkinan adanya kotoran lendir/cairan peranakan. Sebaiknya
dengan air yang dicampur desinfektan.
·
Cuci ambingnya, sebaiknya
dengan air hangat dan diberi desinfektan yang tidak beracun.
·
Awasi placenta yang mau
jatuh/keluar setelah terjadi kelahiran, jangan sampai tergantung terlalu
panjang supaya tidak terinjak yang bisa mengakibatkan prolapsus-uteri (uterus
tersembul keluar). Bila
menggantung agak panjang potong dan setelah keluar semua segera ambil dan ditanam.
Beberapa jam setelah
dilahirkan pada umumnya anak-anak ternak sudah bisa berdiri dan mencari tetek
pada induknya, bila belum bisa berdiri perlu dibantu.
BAB III
ARTIFISIAL INSEMINATION (A.I)
3.1 PENGERTIAN
Seperti sudah
disebutkan di muka bahwa A.I. adalah suatu tindakan perkawinan yang dilakukan
dengan menggunakan alat-alat dan bantuan sepenuhnya oleh manusia.
A.I. selain mempunyai keuntungan-keuntungan yang positif, juga tidak
luput mempunyai kelemahan-kelemahan, tetapi jelas lebih banyak untungnya dari
pada kelemahanyan, lebih-lebih denga makin majunya teknologi sekarang ini.
Untuk melakukan program perkawinan dengan cara A.I. membutuhkan persiapan-persiapan yang betul-betul matang yang
meliputi:
1.
Melatih para kader/inseminator
2.
Membangun pusat-pusat A.I. dan
pos-pos A.I.
3.
Menyediakan peralatan A.I.
4.
Meyediakan sarana angkutan
5.
Mengadakan penyuluhan
3.2 KEUNTUNGAN AI :
1.
Menghemat penggunaan sperma.
Dari satu ejaculatie pada perkawinan
alam hanya untuk satu perkawinan, dengan A.I. dapat dipergunakan untuk beberapa
perkawinan. Satu ejaculatie sekurang-kurangnya
untuk 5 ekor/perkawinan. Dengan kata lain lebih menghemat bibit jantan.
2. Penyemprotan sperma dapat langsung ke
dalam ruang uterus sedang pada perkawinan alam umumnya hanya diruang vagina.
Dengan demikian dengan A.I. lebih menjamin terjadinya pertunasan, karena
pertemuan spermatozoa denga ovum lebih terjamin. Presentase kebuntingan akan
lebih tinggi
3.
Dengan A.I. dapat mengurangi
penularan penyakkit-penyakit yang penularanya dengan perantara coitus
4.
Menghemat biaya pembelian dan biaya rawatan ternak jantan, karena
rakyat/peternak yang menghendaki bibit jantan yang baik tidak perlu membeli
pejantanya.
5.
Bibit jantan yang genitis baik
tetapi iasid, misalnya patah kaki sehingga tidak ias mengawini, masih ias
dipergunakan.
Kader A.I./inseminator, hendaknya orang-orang/ petugas-petugas
yang telah berkecimpung di bidang peternakan,kemudian didik khusus untuk keterampilan
melakukan Inseminasi. Mereka harus mempunyai dasar-dasar ilmu anatonomi ternak,
terutama anatomi alat kelamin ternak betina dan pelvis (pinggul). Akan sempurna bila inseminator tersebut juga memahami fisiologi
reproduksi. Pusat Pendidikan kader Inseminator tersebut adalah di Ungaran (Jawa
tengah).
Pusat-pusat A.I.
adalah tempat kegiatan pengadaban bibit-bibit yang unggul, yakni tempat
pemeliharaan pejantan-pejantan unggul untuk diambil mani/semen-nya dan
sekaligus juga pusat pengolahan semen serta penelitianya. Pusa A.I. ini telah
didirikan di Lembang (Jawa Barat). Sedang pos-pos A.I. adalah pos-pos yang
didirikan di daerah-daerah di mana di lakukan program A.I., di mana Inseminator
berkantor, yang setiap waktu siap melakukan inseminasi terhadap ternak-ternak
yang perlu di A.I.
BAB IV
PEMULIA-BIAKAN
4.1 PERKAWINAN PERTAMA.
Walaupun ternak sudah memasuki masa puber/ baliq,
tetapi belum boleh dilakukan tindakan-tindakan perkawinan, mengigat ternak yang
baru memasuki masa puber/baliq masih memerlukan pertumbuhan tubuh untuk
mencapai dewasa tubuh, sehingga apabila dikawinkan dan terjadi kebuntingan akan
mengakibatkan kerugian-kerugian baik terhadap pertumbuhannya maupun terhadap
keturunnya. Perkawinan baru boleh dilakukan terhadap
ternak-ternak muda beberapa waktu kemudia dari timbulnya masa puber, dan untuk
menjaga agar tidak terjadi perkawinan yang terlalu muda maka pada penempatan
anak-anak jantan dan betina, harus sudah diadakan pemisah menjelang memasuki
masa puber.
Untuk mendapatkan keturunan yang baik dan
menghindarkan kerugian-kerugian maka perkawinan pertama hendaknya baru
dilakukan pada umur :
Jenis ternak
|
Umur perkawinan I
|
Kuda : - jantan
-
Betina
Sapi Eropa : -
Jantan
-
Betina
Sapi
Zebu/Indonesia : - Jantan
Betina
Kerbau : -
Jantan
-
Betina
Kambing
(Jantan/Betina)
Domba : - Jantan
-
Betina
Babi : - Jantan
- Betina
|
3 – 4 tahun
2 – 3 tahun
1 – 13/4 tahun
11/2 – 2 tahun
11/2 – 2 tahun
2 – 21/2 tahun
2 – 3 tahun
2 – 21/2 tahun
8 – 12 bulan
8 – 18 bulan
15 – 30 tahun
11 – 12 bulan
8 – 12 bulan
|
Disamping
menentukan umur untuk perkawinan pertama, pada ternak jantan perlu pula
diperhatikan jumlah perkawinan yang dilakukan tiap minggu/hari dan jumlah
betina yang disediakan untuk seekor jantan. Penentuan ini memang agak sulit
karena banyak faktor yang mempengaruhi. Jenis, bangsa, umur, temperament dan
kondisi dari ternak jantan sendiri mempunyai pengaruh dalam penentuan tersebut,
disamping itu sistem perkawinan, makanan dan mudah tidaknya betina-betinanya
ditunasi dalam perkawinan merupakan faktor yang perlu diperhitungkan di dalam
menyediakan jumlah betina untuk seekor pemacek. Memperhitungkan hal-hal
tersebut bertujuan agar pemacek yang bernilai baik dapat dipergunakan dalam
jangka waktu yang cukup lama, karena kondisinya terpelihara.
4.2 UMUR KESUBURAN TERNAK
Tiap-tiap jenis
ternak mempunyai masa-masa tertentu di mana ia dapat memproduksi dengan
sebaik-baiknya, baik itu produksi anak, maupun produksi-produksi yang lain, dan
pada umur tertentu pula ia mulai menurun dalam berproduksi dan bahkan pada
suatu saat tidak mempunyai kemampuan lagi. Demikan halnya dengan ternak bibit.
Bibit-bibit betina umumnya keturunan yang terbaik adalah anak-anak yang kedua
sampai dengan keempat, sehingga anak-anak kedua sampai dengan keempat itulah
yang sebaiknya diambil sebagai bibit selanjutnya.
Untuk bibit jantan sebagai pemacek, kuda pada umur 7 – 9 tahun, sapi/kerbau
umur 3 – 6 tahun dan kambing/domba/babi
pada umur 2 – 3 tahun.
Ternak jantan dapat dipergunakan sebagai
pemacek, bagi ternak besar sampai
pada umur lebih kurang 15 tahun, sedang pada ternak kecil sampai pada umur lebih kurang 10 tahun. Ternak betina
masih bisa diambil keturunannya,
hingga umur 1.k. 18 tahun untuk ternak besar dan ternak kecil sampai pada umur
1.k.10 th.
Karena pertimbangan-pertimbangan ekonomis, umumnya penggunaan bibit,
baik jantan maupun betina tidak sampai batas-batas umur tersebut.
4.3 MEMILIH BIBIT
Memilih bibit adalah suatu
keharusan di dalam usaha peternakan, karena bibit merupakan salah satu kunci
untuk berhasilnya usaha peternakan. Bibit yang baik disertai dengan pemberian
makanan yang baik serta managemen pemeliharaan yang baik pula akan membawa
keberhasilan. Tetapi bibit yang jelek walaupun makanan dan managemen
pemeliharaan dilakukan sebaik-baiknya hasilnya akan tetap mengecewakan.
Pemilihan bibit dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti :
- Menilai bentuk eksteriurnya, dan dihubungkan dengan tipenya.
- Seleksi berdasarkan silsilah, dengan perkiraan bahwa ternak dari keturunan ternak-ternak yang baik akan baik pula sifat-sifatnya.
- Seleksi berdasarkan hasil penilaian dalam pameran.
- Seleksi berdasarkan apa yang disebut dengan istilah “production test” ialah penialian berdasarkan catatan produksi yang dihasilkan.
Untuk memilih bibit berdasarkan sifat-sifat
eksteriur tersebut, yang perlu dinilai adalah :
·
Rasnya, apakah tanda-tanda/sifat-sifat
dari rasnya masih murni atau tidak.
·
Asal-usulnya, bila ada
·
Umurnya, masih muda atau sudah tua,
dapat dilihat dari gigi geliginya.
·
Kesehatannya, harus diadakan
pemeriksaan.
·
Kondisi badannya, gemuk atau kurus,
pertumbuhannya sesuai dengan umur atau tidak.
·
Temperamennya, lincah atau atau tidak.
·
Daya produksinya, yang dapat dilihat
dari bentuk bagian-bagian tubuhnya sesuai dengan tipenya.
·
Ketegasan alat kelamin, artinya alat
kelamin harus normal pertumbuhannya dan jelas bentuknya. Hal ini penting sekali
untuk ternak bibit.
Dalam memberikan
penilaian ini perlu pula diperhatikan faktor lingkungan yang mempengaruhi
hidupnya. Bagi pemilihan pemacek perlu pula dicoba kemauannya untuk kawin.
BAB V
TEKNIK BETERNAK/SISTEM BETERNAK
Ada
beberapa sistim/tehnik beternak yang bisa dilakukan untuk memperbaiki ternak
keturunannya. Sistim yang diambil disesuaikan dengan tujuan dari pada usaha peternakan
yang dilakukan atau perbaikan ternak yang direncanakan di daerah tertentu.
5.1 TEKNIK/SISTEM BETERNAK :
1.
Purebreeding, (peternakan murni), ialah sistim beternak
dengan menngawinkan ternak jantan dan betina yang sama bangsanya.
Contoh adalah sistim peternakan sapi Bali di Pulau bali
dan sapi Madura di Pulau Madura. sistim ini dimaksudkan untuk mempertinggi
homozygotie dari gene-gene sehingga diharapkan terjadinya sifat-sifat yang uniform
dan menurun.
2.
Inbreeding, yakni suatu sistim beternak di mana
dilakukan perkawinan antara ternak-ternak jantan dan betina yang masih ada
hubungan famili. Inbreeding yang dilakukan dalam
hubungan keluarga yang sangat dekat, misalnya ayah dengan anak-anak betinanya
disebut close-breeding. Inbreeding
yang terjadi untuk beberapa generasi sangat merugikan peternakan, karena
terjadinya/timbulnya homozygotie dari gene-gene yang resesif yang pada umumnya
adalah sifat-sifat yang jelek, misalnya sifat semi-lethal dan lethal.
3.
Outcrossing, adalah sistim beternak yang dilakukan dengan cara mengawinkan seekor
pejantan dari suatu kelompok dengan betina-betina dari kelompok lain, tetapi
kesemuanya masih di dalam satu ras yang
sama. Misalnya perkawinan antara pejantan sapi Bali
dari daerah A yang dikawinkan dengan sapi-sapi betina Bali
dari daerah D. Outcrossing ini merupakan suatu tindakan yang diambil guna
menghindarkan terjadinya inbreeding atau close-breeding, bahkan dengan disertai
seleksi yang ketat dan terarah dapat menciptakan strain-strain baru dari suatu
ras. Sistim ini merupakan salah satu tindakan di dalam usaha mengadakan
pembaharuan darah pada peternakan murni.
4.
crossbreeding, ialah perkawinan silang dari dua bangsa ternak yang berdarah murni ;
maksud dari pekawinan silang tersebut adalah untuk mendapatkan ras baru yang
memiliki sifat-sifat yang lebih menonjol dari pada kedua bangsa yang
dipersilangkan atau menghimpun sifat-sifat yang baik dari kedua bangsa yang
dipersilangkan, memerlukan suatu keahlian dan ketelitian dalam melakukan
seleksi tindak lanjut dalam sistim ini.
5.
Upgrading, adalah suatu cara untuk memperbaiki mutu ternak rakyat dengan
mempergunakan pejantan dari bangsa ternak yang dikenal mutunya, yang umumnya
didatangkan dari luar negeri. Pejantan yang didatangkan tersebut dikawinkan dengan ternak-ternak betina
setempat. Keturunan-keturunannya yang betina dikawinkan
kembali dengan pejantan-pejantan sebangsa dengan ayahnya tadi, sedang
keturunan-keturunan yang jantan dijadikan ternak potong. Setelah 5 – 6 generasi
bentuk ternak rakyat yang di-up-grade tersebut akan menyerupai bangsa dari
ternak yang dipergunakan sebagai pejantan. Pekerjaan Up-grading ini akan lebih
cepat memberikan hasil apabila ternak rakyat yang di-upgrade itu sudah
mengandung darah yang sama dengan pejantan yang dipergunakan. Sebagai contoh
misalnya upgrading sapi-sapi jawa dengan mempergunakan pejantan sapi Ongole,
yang terkenla dengan nama Ongolisasi. Cepat memperoleh hasil oleh karena sapi jawa itu sendiri sudah
mengandung darah Bos Indicus, sedang sapi Ongole adalah salah satu bangsa/ras
dari Bos Indicus.
5.2 TEKNIK PERBAIKAN TERNAK RAKYAT
Sejak zaman pemerintah Belanda telah dimulai
tindakan-tindakan untuk memperbaiki ternak dan peternakan rakyat.
Tindakan-tindakan yang diambil itu selain unuk memperbaiki mutu dari ternaknya
sendiri, juga memperbaiki cara-cara beternak yang dilakukan oleh rakyat. Tujuan
akhir dari tindakan-tindakan itu adalah meningkatkan hasil peternakan dan
memelihara kesehatan bagi ternak-ternak serta lingkungannya, jadi meningkatkan pendapatan
peternak.
Tindakan-tindakan yang dilakukan antara lain :
- “Sumba Kontrak”, ialah suatu bentuk penggaduhan sapi-sapi Ongole yang didatangkan dari India kepada rakyat, dengan jumlah 1 jantan dengan 10 ekor betina. Hasil yang diperoleh dari Sumba Kontrak tersebut adalah berkembangnya sapi Ongole di Pulau Sumba yang bentuknya lebih baik dari pada Ongole aslinya dan terkenal dengan nama S.O. (Sumba Ongole).
- Di Pulau Jawa diadakan program upgrading terhadap sapi-sapi jawa dengan mempergunakan pejantan-pejantan S.O. yang terkenal dengan istilah Ongolisasi dan hasilnya adalah merubah bentuk Sapi Jawa hingga menyerupai sapi Ongole dan terkenal dengan nama P.O. (Peranakan Ongole).
- Diadakannya larangan memasukkan sapi-sapi ke pulau Bali dan Madura tanpa izin khusus dengan maksud untuk melindungi sapi Bali di Pulau Bali dan sapi Madura di pulau Madura supaya tetap murni.
- Mengadakan tindakan-tindakan seleksi kastrasi terhadap ternak rakyat. Tiap-tiap tahun diadakan pemilihan sapi-sapi jantan, yang baik dipakai untuk pemacek sedang yang jelek dikastrasi supaya tidak mengawini.
- Menempatkan pejantan-pejantan yang bermutu baik di desa-desa untuk dijadikan pemacek umum di desa yang bersangkutan.
- Mengadakan pameran-pameran ternak, yang dilakukan tiap tahun, di mana ternak-ternak yang dipamerkan dinilai dan yang mendapat nomor diberi hadiah. Dengan tindakan ini dimaksudkan untuk mendorong para peternak supaya beternak dengan sebaik-baiknya.
- Diadakan program pencegahan dan pembrantasan penyakit menular pada ternak yang didasari atas undang-undang.
- Diadakan peraturan-peraturan yang melarang mengeluarkan/memotong ternak yang masih baik untuk bibit dan larangan-larangan penganiayaan ternak serta mengerjakan ternak yang belum mencapai umur tertentu.
Tindakan-tindakan tersebut hingga sekarang masih dilakukan
dan ditingkatkan, serta dibarengi dengan
penyuluhan-penyuluhan guna memperbaiki cara-cara beternak dan dilakukan
dengan pembentukan kader-kader peternak yang akan mempelopori dalam penyuluhan.
Akhir-akhir ini dalam memperbaiki
mutu ternak rakyat telah didatangkan pejantan-pejantan unggul, antaranya
American Brahman, yang ditempatkan di daerah-daerah peternakan sapi Ongole/Po. Juga dimasukkan frozen semen dari bibit
unggul lainnya untuk meng-A.I. sapi-sapi rakyat.
Di beberapa tempat di Jawa sedang digalakkan apa yang
disebut dengan istilah PUPT (Panca Usaha
Ternak Potong), yang merupakan suatu usaha untuk memperbaiki ternak potong
dan peternakan rakyat dengan cara :
-
Menggunakan bibit yang baik,
-
Memberikann makanan yang baik
dan mencukupi kebutuhan ternak yang bersangkutan.
-
Menerapkan
cara-cara pemeliharaan yang baik dan sehat.
-
Memberantas penyakit yang
membahayakan ternak.
-
Menciptakan pemasaran hasil
yang menguntungkan peternak sebagai produsen.
Pada
ternak unggas, dalam usaha memperbaiki peternakan rakyat Pemerintah melakukan upgrading ayam kampung yang disertgai
dengan tindakan-tindakan pencegahan dan pemberantasan penyakit (terutama
penyakit ND : New Castledisease) serta dilakukan pula Bimas Ayam guna
meningkatkan produksi telur dan menambah pendapatan peternak/masyarakat.
5.3
PENGEBIRIAN/KASTRASI
Pengebirian pada ternak adalah suatu
tindakan untuk menghentikan fungsi kelenjar kelamin atau mengeluarkan dari
dalam tubuh sehingga ternak yang bersangkutan tidak dapat menghasilkan
keturunan. Pengebirian tersebut, dapat dilakukan baik
terhadap ternak jantan maupun ternak betina. Tetapi pada umunya hanya dilakukan
terhadap ternak jantan, hanya pada perusahaan penggemukan babi pengebirian pada
betina biasa dilakukan.
Pengebirian
pada ternak rakyat, erat hubungannya dengan pemulia-biakan, karena pengebirian
dilakukan sebagai tindak lanjut dari pada seleksi, guna memperbaiki mutu ternak
rakyat, dan secara populer disebut sebagai tindakan seleksi kastrasi di dalam usaha perbaikan mutu ternak rakyat.
Selain
sebagai tindakan perbaikan ternak rakyat, dengan kastrasi dapat diperoleh
perbaikan dari mutu daging ; dapat menghilangkan bau pada daging yang
kurang disenangi oleh konsumen, misalnya bau pada kambing jantan yang sangat
merangsang/tajam dapat dihilangkan. Juga dengan pengebirian dapat diperoleh tenaga kerja yang baik/kuat. Selain itu kastrasi dilakukan terhadap
ternak-ternak jantan yang nakal. Dengan tindakan kastrasi ternak tersebut menjadi jinak.
Pengebirian sebagai tindak lanjut dari
seleksi harus dilakukan terhadap ternak-ternak yang masih muda sehingga belum
sempat memberikan turunan. Juga pengebirian pada umur
muda ini sangat baik untuk perbaikan mutu daging dan menciptakan ternak kerja
yang kuat, sedang pengebirian untuk menghilangkan sifat nakal dilakukan
bilamana dibutuhkan/kapan saja.
Pengebirian
dapat dilakukan dengan membuka dan mengeluarkan kelenjar kelamin (pada jantan
adalah membuang testes dan pada
betina membuang ovari), yang disebut cara terbuka,
atau dapat hanya dengan merusak saluran-saluran mani, saluran darah dan
syarfaf, yang datang dan/atau ke kelenjar kelamin (vas different) yang disebut
cara tertutup, yang dilakukan pada
ternak-ternak jantan yang scrotumnya berleher, dan merupakan cara yang
dipergunakan dalam melakukan tindakan seleksi kastrasi oleh Pemerintah.
Cara
tertutup ini menggunakan alat yang disebbut Burdizzotang.
Untuk melakukan pengebirian dengan tertutup, terlebih dahulu ternak harus
direbahkan dan dibaringkan, kemudian keempat kakinya diikat menjadi satu.
Pengikatan tersebut hendaknya secara bertahap, mula-mula 2 kaki muka dan 2 kaki
belakang diikat masing-masing baru kemudian disatukan. Secrotum di tarik ke
belakang lalu dilakukan pengebirian dengan cara menjepit dengan tang Burdizzo
tersebut pada leher scrotum dengan maksud merusak vas defferent dan
melakukannya bergantian, sebelah-sebelah. Lama penjepitan kurang lebih 15 menit
; di dalam praktek di lapangan sebagai tanda ialah dengan meraba ujung scrotum
yang dijepit, bila sudah dingin, penjepitan dianggap sudah sempurna. Sebelum
dan sesudah penjepitan, tempt yang akan dijepit diolesi dengan yodium tinctur
10%.
Pada
ternak besar, perlu pula mendapatkan perhatian ialah pada waktu merebahkan
teernak, jangan hendaknya asal dijatuhkan/dibanting sehingga dapat menimbulkan
patah tulang. Cara merebahkan ternak besar dapat dilakukan dengan aman dengan
mempergunakan tali-tgemali yang dililitkan pada tubuh ternak dengan cara
tertentu sebagaimana terlihat pada gambar di bawah ini, kemudian ditarik ke
muda dan ke belakang pelan-pelan.
BAB
VI
PAKAN TERNAK
6.1 PENGERTIAN
Seperti telah
dikemukakan pada bab pendahuluan bahwa makanan merupakan salah satu faktor yang
penting di dalam usaha beternak. Makanan ternak menjadi cabang ilmu tersendiri
di dalam ilmu peternakan.
Makanan mempunyai
peranan yang penting di dalam kehidupan ternak, baik diperlukan untuk
pertumbuhan bagi ternak-ternak muda, maupun untuk mempertahankan hidupnya dan
menghasilkan sesuatu produksi dan tenaga bagi ternak-ternak dewasa, serta
berfungsi untuk memelihara daya tahan tubuh dan kesehatan.
Makanan yang
diberikan kepada seekor ternak harus sempurna dan mencukupi. Sempurna dalam arti bahwa makanan yang diberikan kepada ternak itu harus mengandung
semua zat-zat makanan yang diperlukan oleh tubuh dengan kualitas yang baik. Cukup berarti makanan yang diberikan kepada ternak itu sesuai banyaknya
dengan kebutuhan ternak yang bersangkutan.
Makanan yang
dibutuhkan oleh ternak mulai masih
berada di dalam kandungan, sejak masih
berbentuk embryo (mudigah) untuk tumbuh menjadi foetus (janin) dan dilahirkan.
Setelah ia lahir, pertumbuhan tersebut masih terus berlangsung sampai saat
dewasa. Selama itu pula ternak tersebut membutuhkan makanan untuk pertumbuhan.
Makanan untuk pertumbuhan tersebut sangat penting artinya, antaranya untuk
mendapatkan ternak-ternak yang kondisinya baik di kemudian hari. Setelah ternak
dewasa, makanan yang diperoleh dipergunakan untuk mempertahankan dan memelihara
hidupnya. Makanan untuk keperluan itu disebut Ransum Pokok Hidup. Di samping itu ternak dewasa membutuhkan pula
sejumlah ransum untuk diubah menjadi sesuatu hasil atau jasa dan ransum
demikian disebut Ransum Produksi.
Di atas telah
disinggung bahwa makanan yang sempurna adalah makanan yang mengandung zat-zat
makanan yang dibutuhkan oleh ternak dengan kualitas yang baik. Untuk dapat
memberikan makanan atau ransum yang demikian seorang peternak harus mengenal
bahan-bahan makanan yang baik kualitasnya untuk ternak, mengetahui cara
pengadaannya, cara penyimpanannya atau cara pengawetannya, mengetahui susunan
zat-zat yang dikandungnya serta mengetahui berapa kebutuhan untuk tiap ekor
ternak sesuai dengan jenis, umurnya dan zat-zat apa saja yang dibutuhkan.
6.2 ZAT-ZAT MAKANAN
Tiap-tiap bahan
makanan dapat diuraikan secara analisa kimia. Tiap bahan makanan mengandung air
dan bahan kering yang terdiri atas : zat-zat mineral dan zat-zat organis. Zat organis terdiri atas zat yang
mengandung N (protein murni dan amiden), bahan-bahan tiada kandungan N (lemak,
karbohidrat : serat kasar, bahan tiada ekstrak N) dan vitamin-vitamin serta enzim-enzim.
Kebutuhan ternak akan zat-zat makanan diuraikan sebagai berikut :
6.2.1 AIR
Tiap bahan makanan
selalu mengandung air. Makanan hijau mengandung air kurang lebih 75 – 90 %,
sedang makanan yang nampaknya kering masih mengandung air kira-kira 10%.
Banyaknya air di
dalam bahan makanan mempengaruhi banyaknya air minum yang diperlukan oleh
ternak. Air diperlukan sekali oleh tubuh ternak dna merupakan suatu keharusan,
karena tubuh ternak itu sendiri 50-70% terdiri dari air. Kekurangan air tubuh
sebanyak 20% bisa menyebabkan kematian :
Di dalam tubuh air
mempunyai tiga peranan pokok :
a.
Sebagai bahan pelarut zat-zat
makanan
b.
Sebagai bahan pengantar zat-zat
makanan ke seluruh tubuh
c.
Sebagai komponen pembentuk
bahan-bahan tertentu seperti air susu, air ludah, enjim dan sebagainya.
Jelaslah bahwa air
di dalam tubuh mempunyai peranan yang sangat penting, karenanya adanya di dalam
ransum makanan atau dalam bentuk air minum sangat diharuskan.
Banyaknya air yang
diperlukan oleh ternak dipengaruhi oleh banyak faktor, antaranya jenis ternak,
umurnya, pekerjaan, cara pemeliharaan, iklim dan sebagainya. Karenanya adalah
sulit untuk menetapkan secara angka-angka yang tepat berapa kebutuhan air untuk
seekor ternak sesuai dengan jenis. Justru karena itu maka pada pemberian minum
ternak diberikan secara adlibitum. Menurut Klimmer kebutuhan air seekor ternak
sehari untuk trnak besar 40 – 50 liter, teernak kecil 8 – 12 liter.
6.2.2 PROTEIN/ZAT PUTIH
TELUR
Protein dibedakan
atas protein kasar dan protein murni. Protein kasar adalah protein murni
ditambah amiden-amiden, sedang protein murni adalah protein yang tersusun atas asam-asam amino. Asam-asam amino
dibedakan pula atas “essenteel” dan “non essenteel”. Tinggi rendahnya nilai protein
sebagai zat makanan sangat dipengaruhi oleh banyaknya asam-asam amino yang
membentuknya. Zat protein dari bahan-bahan makanan tidak selalu sama macam dan
banyaknya asam amino yang dikandungnya, dan hal itu juga mengakibatkan
berbedanya nilai gizi dan nilai biologis dari bahan makanan yang bersangkutan.
Hingga sekarang telah diketahui lebih dari 20 macam asam amino, di mana 10 di
antaranya adalah asam amino essentieel, yakni : argine, histidine, isoluecine,
lysine, luecine, methionnie, phenylalanine, tryptophaan, threonine, dan valine.
Kesepuluh asam amino ini sangat penting untuk pembentukan protein
tenunan-tenunan tubuh dan tidak bisa dibentuk di dalam tubuh sendiri, karenanya
harus sudah tersedia di dalam ransum yang diberikan. Asam-asam amino yang lain,
diluar kesepuluh asam amino tersebut di atas, yang disebut asam amino non essentieel,
dapat dibentuk di dalam tubuh dari amiden-amiden dengan asam-asam organis
biasa. Asam-asam amino non essentieel yang telah diketahui adalah : alanine,
serine, syrosine, glysine, proline, glycolol, norleucine, tyrosine, cystine,
cysteine, citruline, asam aspergine, asam glutamine, oy-glutamine, dan
oxy-proline. Glysine menjadi essentieel bagi anak ayam.
Bahna-bahan makanan
yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, kecuali jenis kacang (istimewa kacang
kedelai), sangat sedikit mengandung asam-asam amino essentieel, sehingga
zat-zat proteinnya berkualitas rendah dan dengan sendirinya nilai biologisnya
pun rendah pula. Zat protein dari hewan (protein hewani) umumnya mengandung
asam amino essentieel dengan lengkap sehingga nilai biologisnya pun tinggi.
Suatu hal yang
perlu diketahui ialah bahwa kekurangan asam-asam amino dari suatu zat protein
suatu bahan makanan dapat diisi oleh asam-asam amino dari zat protein yang
berasal dari bahan makanan yang lain. Sifat saling menutupi akan kekurangan
asam amino itu disebbut “Supplementary
effects”. Dengan memperhatikan sifat
ini maka susunan ransum yang terdiri atas banyak bahan makanan akan makin
didapatkan asam-asam amino yang lebih lengkap, sehingga nilai biologisnya
menjadi makin tinggi.
Di dalam tubuh
protein dibutuhkan untuk pertumbuhan, penggantian sel-sel yang rusak/mati,
untuk produksi dan kelebihan protein di dalam tubuh disimpan di urat daging dan
plasma darah.
6.2.3 LEMAK
Adalah zat makanan
yang diperlukan oleh tubuh selaku sumber kalori dan tenaga serta sebagai bahan
pelarut viatamin tertentu. Lemak
terdapat banyak pada biji-bijian terutama biji kacang-kacangan. Rumput dan umbi-umbian sedikit mengandung lemak. Kelebihan lemak di
dalam tubuh dapat disimpan pada tempat-tempat tertentu sebagai lemak cadangan,
bilamana makanan kurang mengandung lemak, lemak cadangan tersebut dipergunakan.
6.2.4 KARBOHIDRAT/HYDRAT
ARANG
Seperti telah
disebutkan karbohidrat terdiri atas serat kasar dan bahan ekstrak tiada N. Yang
termasuk bahan ekstrak tiada N adalah pati, gula dan asam-asam organis biasa,
sedang yang termasuk serat kasar adalah cellulose, pentosan-pentosan, lignine
dancutine, yang bersama-sama membentuk dinding sel dari tanam-tanaman.
Butir-butiran
sebangsa padi (beras, jagung, gandum) dan umbi-umbian banyak mengandung bahan
ekstrak tiada N, sedang rumput-rumputan banyak mengandung serat kasar.
Bahan ekstrak tiada
N merupakan zat makanan yang mudah dicerna sedang serat kasar sulit untuk
dicerna. Dari serat kasar hanya cellulose dan pentosan yang masih bisa dicerna
dengan bantuan bakteri-bakteri yang ada di dalam lambung.
Karbohidrat
merupakan sumber kalori dan tenaga dan kelebihan yang ada di dalam tubuh disimpan
di dalam serabut-serabut daging dan hati dalam bentuk glycogeen.
6.2.5 ZAT-ZAT MINERAL
Zat-zat mineral yang
diperlukan oleh tubuh terutama berupa senyawa-senyawa dari Ca, K, Na, Fe, P,
Cl, S, Cu, Co, Mn, F.J dan O2. Yang terutama membutuhkan adalah
anak-anak, induk-induk yang sedang bunting, induk yang sedang berproduksi dan
ternak-ternak yang sedang menunjukkan defisiensi mineral. Dari mineral-mineral
tersebut yang perlu mendapat perhatian adalah Ca dan P. Kedua mineral ini
sangat penting bagi anak-anak ternak untuk pembentukan rangka (tulang) dan gigi, inti-inti sel,
cairan badan dan serum dan pada induk untuk pembentukan susu.
Perbandingan
keperluan Ca dan P di dalam tubuh adalah 2 : 1 artinya bila keperluan Ca di
dalam tubuh 2 gram (misalnya) dibutuhkan P 1 gram. Metabolisme Ca dan P dapat sempurna bila terdapat
cukup Ca dan P dengan perbandingan yang baik (2:1) dan di dalam ransum tersedia
pula Vitamin D dengan cukup.
Defisiensi Ca dan P pada anak-anak ternak menimbulkan rachitis
sedang pada ternak dewasa menimbulkan osteomalacia, dengan gejala tulang
menjadi rapuh dan ternak menderita pica (suka menjilati benda-benda
terutama batu, tanah). Sumber dari kedua mineral ini adalah tepung tulang,
tepung ikan, tepung daging, dan tepung susu. Hijauan bangsa Leguminosa merupakan sumber Ca
sedang butir-butiran bangsa padi merupakan sumber P.
Walaupun Ca dan P yang perlu mendapat perhatian utama, tidak berarti
bahwa mineral-mineral lain dapat diabaikan begitu saja. Mineral-mineral yang
lain pun bila kekurangan dari yang diperlukan oleh tubuh mengakibatkan
penyakit.
Mg (Magnesium), diperlukan oleh tubuh
kurang lebih ½ dari pada kebutuhan Ca. Di dalam tubuh Mg merupakan bagian yang
essensial dari pada gigi dan tulang. Defisiensi menyebabkan agitasi (gelisah),
kemudian tumbuh kekejangan dan akhirnya kematian.
Na, Cl, dan K , merupakan
mineral-mineral yang sangat dibutuhkan oleh tubuh, terutama Na dan Cl dalam
bentuk garam dapur (NaCl), untuk menjaga keseimbangan tekanan osmotis,
keseimbangan asam dan basa di dalam tubuh serta mengatur metabolisme air di
dalam tubuh. Defisiensi salah satu dari padanya mengakibatkan nafsu makan
berkurang, pada anak-anak pertumbuhan terlambat, pada ternak dewasa
fertilitasnya menurun, berat badan dan produksi menurun. Defisiensi Na pada
unggas merupakan salah satu sebab timbulnya canibalisme. Defisiensi
Cl yang terlalu berat dapat menyebabkan kelumpuhan. Pada unggas kebanyakan NaCl
menimbulkan beberapa kejelekan, hal tersebut telah banyak diselidiki oleh
Dr.Rindfleisch – Seyfarth, misalnya timbulnya penyakit “jicht” pada ginjal ayam,
barah pada usus dan perut besar. Bila pemberian NaCl terlalu banyak berlangsung
lama mengakibatkan kematian pada ayam bersangkutan. Hal ini disebabkan karena ayam
sukar mengeluarkan garam dapur dari tubuhnya sebab ginjal ayam tidak mempunyai
piala ginjal, juga ayam tidak mempunyai vesica urinaria (gelembung kencing).
Kebutuhan NaCl
sehari semalam untuk berbagai jenis ternak adalah sebagai berikut :
- Kuda : kurang lebih 3 gram per 100 kg
berat badan
- Sapi perah :
lebih kurang 7 ½ gram per 100 kg berat badan
- Sapi yang digemukkan :
lebih kurang 6 gram per 100 kg berat badan
- Anak sapi :
lebih kurang 9-10 gram per 100 kg berat badan
- Kambing/biri-biri : lebih kurang 9-10 gram per 100 kg
berat badan
- Babi : lebih kurang 5-7 ½ gram per 100 kg berat badan
Fe (Ferrum) diperlukan untuk
pembentukan Hb (Haemoglobine) dan
protein (myoglobuline). Defisiensi mengakibatkan anemia.
Cu (Cuprum) bersama-sama Fe diperlukan
untuk pembentukan haemoglobine. Defisiensi menyebabkan daya penyerapan Fe
menurun, akibatnya ternak menderita anemia,
rambut mudah rontok, pada domba bulu wool menjadi kasar.
Co (Cobalt), merupakan inti dari vitamin B12
sehingga defisiensi mengakibatkan pembentukan vitamin B12 terganggu
dengan gejala nafsu makan menurun, lemah, anemia dan akhirnya kematian.
J (Jodium), mempunyai
hubungan dengan kelenjar thyroid. Defisiensi menyebabkan hyperthropie kelenjar
thyroid (gondok) dan abortus pada induk
yang sedang bunting.
Mn (Mangan), di dalam tubuh belum diketahui kegunaannya, tetapi defisiensi
mengakibatkan pada anak pertumbuhan
lambat, fertilitas mundur dan daya tetas mundur pada telur ayam.
6.2.6 VITAMIN :
Merupakan zat
makanan yang sedikit sekali diperlukan oleh tubuh tetapi mempunyai arti yang
sangat penting. Bila yang sedikit itu tidak dipenuhi di dalam ransum bisa
menyebabkan penyakit. Ada 2
golongan vitamine dilihat dari segi sifat fisisnya, ialah vitamin-vitamin yang larut di dalam lemak, yakni A, D,E
dan K dan vitamine-vitamine yang larut di
dalam air yakni vitamin-vitamin B
kompleks dan vitamine C.
Vitamin A,
disebut juga vitamin anti-xeropthalmia. Defisiensi
menyebabkan penyakit mata yang disebut xeropthalmia
dan keratomalacia, ternak mudah kena infeksi dan pada unggas menurunkan daya tetas. Di dalam bahan-bahan makanan yang berasal dari
tanaman vitamin ini terdapat dalam bentuk “provitamine A” yang disebut “Carotine”,
sedang di dalam bahan-bahan makanan yang berasal dari hewan terdapat dalam
vitaminnya sendiri. Bahan-bahan makanan yang merupakan
sumber vitamine A ialah minyak ikan, lemak susu, mentega, kuning telur, dan
hati, sedang yang merupakan sumber carotine ialah bagian-bagian tanaman yang
berwarna hijau, wortel, jagung kuning, ercis hijau.
Vitamin D,
disebut juga vitamin anti-rachitis. Vitamin D mempunyai
pengaruh yang besar pada pembentukan tulang-tulang, karena mengatur penyerapan
dan pemakaian Ca dan P. Defisiensi menyebabkan penyakit pada tulang yang
disebut “rachitis”. Ternak yang
selalu hidup di dalam kandang dan tidak cukup mendapat sinar matahari perlu
mendapat tambahan vitamin D di dalam ransumnya, bagi ternak yang selalu hidup
di bawah sinar matahari langsung hal tersebut tidak diperlukan. Di bawah kulit
terdapat “provitamine D” (ergosterol) yang bila disinari dengan sinar matahari
atau sinar ultraviolet akan berubah menjadi Vit. D1 (lumesterol).
Jika penyinaran diteruskan maka Vit. D1 berubah menjadi Vit.D2
(Calciferol). Vit.D2 inilah yang sangat diperlukan bagi ternak dalam
hubungannya dengan pembentukan tulang-tulang. Di samping itu dikenal pula
dengan adanya provitamine D3 (cholesterol) yang akan membentuk
Vitamin D3, jika mendapat penyinaran dengan sinar matahari atau
sinar ultraviolet, Vitamin D3, diperlukan oleh unggas untuk pembentukan telur (cangkang telur).
Sebagai sumber provitamine D atau vit.D antaranya adalah minyak ikan, susu,
hati, kuning telur dan hiajaun leguminosa.
Vitamin E
disebut juga vitamin anti-mandul, karena
defisiensi vitamin ini menyebabkan ternak mandul. Pada
unggas daya tetas menurun. Vitamin
ini banyak terdapat di dalam susu, mentega, kuning telur dan daging serta
butir-butir bangsa padi dan leguminosa yang sedang mulai tumbuh, misalnya
tauge.
Vitamin K,
mempunyai peranan terhadap
koagulasi darah, karena vitamin ini mempengaruhi pembentukan prothrombine di
dalam hati dan prothrombine ini diperlukan untuk koagulasi atau pengentalan
darah. Defisiensi vitamin ini menyebabkan darah tidak mudah atau lambat membeku
dan ini membahayakan pada adanya perdarahan. Vitamine
ini banyak teredapat pada semua hijauan, hati, telur dan ikan.
Vitamin B-kompleks,
terdiri atas
vitamin B1 atau thiamine atau anti beri-beri, Vit.B2 atau
riboflavine Vit B6 atau pyridoxine, Vit.B12 dan
komponen-kompon lain, antaranya adalah : niacine, asam pantothenal, biotin (Vit
H), choline, asam follat, faktor S dan lain-lain.
Defisiensi Vit B1 pada
manusia menyebabkan penyakit beri-beri sedang pada ternak unggas menyebabkan
penyakit polyneuritis yang
menimbulkan kelumpuhan. Sumber vitamin ini adalah hati, daging, telur, susu,
bekatul, jagung, gandum, kacang-kacangan terutama kacang kedelai dan kacang
hijau, wortel, tomat, oncom, bungkil kacang-kacangan, dedak sebangsa padi dan
semua makanan hijau. Vitamian B1
selain larut dalam air juga dapat dilarutkan dalam alkohol 70%.
Defisiensi Vit.B2 pada
anak-anak ayam menyebabkan lumpuh dan
jari-jari melengkung ke dalam
hingga susah berjalan (Curled-toeparalysis).
Pada ayam petelur mengakibatkan turunnya produksi dan daya tetas. Pada manusia
defisiensi menyebabkan penyakit yang disebut pellagra dengan gejala dermatitis,
diarrhae dan dementia. Bahan-bahan
makanan yang merupakan sumber Vit.B1 juga merupakan sumber Vit B2.
Ruminantia dapat membentuk Vit B2 di dalam rumennya.
Defisiensi Vit.B6 pada anak mengakibatkan gangguaan pada
pertumbuhan dan urat syaraf. Anak ayam yang menderita defisiensi Vit.B6
berlari kian kemari, berputar-putar, jatuh dan kemudian berdiri-sendiri. Nafsu
makan berkurang sukar mematuk. Pada babi menyebabkan pertumbuhan terlambat dan
timbul anemia. Bahan makanan yang merupakan sumber vit. B6 ialah
hati, susu, ragi bier, biji-bijian sbsngsa padi dan ruminantia dapat
membentuknya sendiridi dalam rumen.
Difisiensi vit. B12 menyebabkan
lambatnya pertumbuhan anak-anak babi. Secara umum
difisiensi vitamin ini menyebabkan anemia. Vitamine ini dapat dapat dibentuk
dalam rumen rumanantia dan bahan-bahan makanan yang merupakan sumbernya ialah
tepung ikan, tepung hati, susu, dan dalam faeces rumanantia banyak terdapat.
Semua bahan makanan
yang merupakan sumber vit. B1, B2, B6 dan B12
juga merupakan sumber dari komponen-koponen lain dari vitamin B Kompleks.
Difisiensi dari komponen-komponen lain ini nampak jelas pada ayam yang umumnya
menimbulkan gangguan pada pertumbuhan dan daya tetas dan/atau timbulnya anemia.
Vitamin C
disebut juga vitamin anti scorbut. Difisiensi vitamine
ini menimbulkan penyakit scorbut dengan tanda-tanda gusi berdarah, gigi menjadi
longgar kedudukanya serta pendarahan di bawah kulit dan sekitar sendi-sendi.
Hampir semua bahan makanan yang segar/hijauan merupakan sumber vit. C.
6.3 BAHAN PAKAN TERNAK DAN
MACAMNYA.
Di
indonesia banyak sekali bahan-bahan yang dapat dipergunakan untuk makanan
ternak. Untuk menentukan bahan-bahan yang banyak
macamnya sebagai makanan ternak perlu diketahui terlebih dahuluapa sebenarnya
yang dimaksud dengan bahan makanan ternak.
Bahan makanan ternak adalah segala bahan yang dapat dimakan oleh ternak
dalam bentuk dapat dicerna, sebagian atau seluruh dari padanya, tanpa menggangu
kesehatan ternak yang memakannya.
Dari banyak bahan
makanan ternak yang ada di Indonesia
belum semuanya diadakan penelittian, sehingga daya manfaatnya belum diketahui
secara keilmuan. Baru sebagian kecil yang
telah diselidiki daya cerna dan susunan zat-zatnya.
Dari bahan-bahan
makanan ternak yang telah diselidiki
diketahui bahwa susunan zat-zat yang dikandungnya tidak sama dan tidak
lengkap sesuai dengan kebutuhan ternak. Ada
bahan makanan yang mengandung banyak protein tetapi kurang mengandung karbohidrat
dan lemak atau sebaliknya. Juga
suatu bahan makanan dapat mengandung zat protein yang bernilai tinggi, tetapi
bahan makanan lainnya mengandung zat protein yang bermutu rendah. Selain zat-zat yang dikandungnya juga daya cernanya berbeda-beda.
Karena hal tersebut maka memberikan ransum ternak dari berbagai bahan makanan
adalah perlu sekali dan akan berefek
tinggi.
Pada garis besarnya
bahan makanan ternak dapat dibedakan ke dalam 2 golongan besar, yakni : pertama bahan-bahan makanan ternak yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dan kedua bahan-bahan makanan yang bersal
dari hewan . di samping dua golongan besar tersebut dapat pula ditambahkan dan
merupakan golongan ketiga adalah
makanan tambahan.
Bahan-bahan makanan yang termasuk golongan pertama adalah :
a.
Hijauan:
Rumput-
rumputan (gramineae, cyperaceae), daun-daunan leguminosa dan daun-daun lain.
b. Hijauan
kering dan berbagai jenis jerami
c.
Ensilage/silage
d. Rupa-rupa
umbi
e. Kulit dari
biji-bijian dan butiran sebangsa padi dan leguminosa.
f. Biji-bijian
dan butiran sebangsa padi dan leguminosa
g Sisa-sisa dari
prusahaan pertanian dan pabrik-pabrik pengolahan hasil pertanian, misalnya
macam-macam dedak, macam-macam bungkil, sisa- sisa pabrik gula, sisa pabrik bir, dan sebagainya
Bahan-bahan makanan yang termasuk golongan kedua
yang bisa dipergunakan untuk makanan ternak antaranya
adalah : susu, telur, tepung daging, tepung susu, tepung hati, tepung darah,
tepung ikan, tepung tulang, dan lain-lain.
Bahan-bahan makanan, yang merupaka golongan makanan tambahan
ialah bermacam-macam preparat
vitamin, rupa-rupa campuran mineral dan anti biotica yang ditambahkan dalam
ransum.
6.4 NILAI GIZI PAKAN TERNAK
Nilai gizi dari bahan makanan
selain ditentukan oleh lengkapya zat-zat makanan yang dikandungnya yang sangat dipengaruhi oleh tinggi rendahnya daya cerna dari bahan makanan
tersebut mangandung semua zat-zat makanan yang diperlukan oleh tubuh dalam
keadaan yang mudah dicerna dan bahan komposisi yang baik hingga mempunyai nilai
energi yang tinggi.
Untuk menentukan
nilai bahan nilai bahan makanan diadakan percobaan-percobaan,
perhitungan-perhitungan dan patokan-patokan atau ukuran-ukuran yang akan
dikupas secara singkat di bawah ini.
Zat-zat makanan yang dikandung oleh suatu
bahan makanan dapat ditentukan dengan cara analisa kimia dan ukuranya
ditentukan dalam presentase dari bahan keringnya. Daya cerna dari suatu bahan
makanan, ditentukan daya cerna dari zat-zat makanan yang dikandungnya dan
dihitung dalam presentase. Untuk mengetahui daya cerna dilakukan dengan mengadakan
percobaan pemberian makanan kepada
ternak dan penimbangan bahan makanan yang diberikan, sisa bahan makanan yang
tidak dihabiskan dan faeces yang dikeluarkan. Bahan makanan yang diselidiki
harus dianalisa lebih dahulu untuk mengetahui susunan zat-zat makanan yang
dikandungnya . selanjutnya faeces yang dikeluarkan juga haru di analisa. Tinggi rendahnya daya cerna dari satu bahan makanan dipengaruhi oleh
beberapa faktor, antaranya adalah ternaknya dan cara memberikannya. Misalnya
daya cerna rumput gajah yang diberikan kepada sapi akan lebih tinggi bila
diberikan kepada kuda, karena saluran pencernaanya berbeda sehingga berbeda
pula daya mencernanya. Rumput yang sama (misalnya rumput gajah ) bila diberikan
pada sapi dengan dicincang terlebih dahulu akan mempunyai daya cerna yang lebih
tinggi dari pada bila tidak dicencang terlebih dahulu. Makin halus dilakukan
pencincangan makin tinggi daya cernanya. Dari uraian di atas maka jelas
sulitlah untuk menentukan daya cerna sesuatu bahan makanan ternak.
Nilai energi bahan makanan ditentukan oleh nilai
kalori dai zat-zat makanan yang dikandungnya, yang diukur dengan satuan
kalori. Satu Kalori adalah sejumlah panas yang dibutuhkan
untuk menaikkan derajat panas 1 kg. air hingga naik 10C. Sebenarnya
yang langsung menentukan nilai energi itu adalah zat arang (C), dan zat hidrogen
(H), karena itu bahan makanan yang banyak mengandung kedua zat tersebut akan
mempunyai nilai energi yang tinggi. Nilai energi dari pada zat-zat makanan dari
suatu bahan makanan merupakan nilai
energi bruto (gross energy) dan nilai energi bruto semua zat-zat makanan
dari suatu bahan makanan adalah merupakan nilai energi bruto dari bahan makanan
yang bersangkutan. Nilai energi bruto dari zat-zat makanan adalah sebagai
berikut :
-
1 kg.
protein…………………………………………5710 kalori
-
1 kg. lemak
hewan…………………………………..9440 kalori
-
1 kg. lemak
leguminosa……………………………..9300 kalori
-
1 kg. lemak
gramineae………………………………8800 kalori
-
1 kg. lemak bahan-bahan
lain……………………….8300 kalori
-
1 kg. hidrat arang……………………………………4000
kalori
Nilai energi bruto
bahan makanan setelah dikurangi energi dan zat-zat makanan yang tidak dapat
dicerna (energi dari faeces/fecal energy) menjadi nilai enrgi dari zat-zat
makanan yang dapat dicerna (digestible energy) dan dari nilai energi ini
setelah dikurangi nilai energi yang keluar dari urine dan gas-gas usus disebut Energi tersedia (metabolizable energi). Energi tersedia dikurangi energi thermis (yakni energi yang dipergunakan
untuk pengunyahan dalam proses pencernaan) menjadi energi netto (net
energy). Energi netto inilah yang digunakan ternak untuk bermacam-macam
keperluan tubuh dan produksi. Angka persentase yang
menunjukkan perbandingan energi netto dengan energi dari zat-zat makanan yang
dapat dicerna merupakan angka manfaat dari
bahan makanan yang bersangkutan.
Bahan-bahan makanan selain dinilai menurut angka
manfaatnya dapat diukur dengan cara-cara lain, antaranya yang penting diketahui
adalah :
a) Martabat pati (M.P)
b) Imbangan Protein (IP)
c) Total Digestible Nutrients (T.D.N).
a. Martabat pati (M.P
Martabat Pati (M.P) dari suatu bahan makanan atau ransum adalah
angka yang menunjukkan banyaknya pati murni yang sama dayanya dengan 100 kg
bahan makanan atau ransum dalam membentuk lemak badan yang sama di dalam tubuh.
Pengertiannya adalah bila makanan atau ransum dikatakan mempunyai M.P = 75, artinya 100 kg bahan makanan atau ransum
dimaksud mempunyai daya yang sama dengan 75 kg pati murni dalam membentuk lemak badan di dalam tubuh.
Perhitungan ini
atas penemuan Prof.Dr.O. Kellner dari Jerman yang banyak mengadakan
penyelidikan-penyelidikan dalam menentukan martabat makanan. Banyak digunakan
di Eropa Barat dan masih dianut di Indonesia sampai sekarang. Dari
penelitian Prof.dr.O. Kellner diketahui bahwa 1 kg pati murni yang dapat
dicerna dapat membentuk 248 gram lemak badan dan 1 kg pati murni yang dapat
membentuk 248 gram lemak badan itu ditetapkan sebagai satuan Martabat pati = 1
satuan kg M.P). Selanjutnya ditentukan besarnya M.P. dari tiap-tiap zat makanan
sebagai berikut :
-
1 kg pati murni
bernilai……………………………..1 satuan kg M.P.
-
1 kg bahan ekstrak tiada N,
bernilai………………...1 satuan kg M.P
-
1 kg serat kasar,
bernilai…………………………….1 satuan kg M.P.
-
1 kg protein,
bernilai…………………………… 0,94 satuan kg M.P.
-
1 kg lemak bernilai………………………………2,41
satuan kg M.P.
Dengan berpegang
pada patokan ini M.P. dari suatu bahan makanan yang telah diketahui susunan
zat-zatnya dapat dihitung. Contoh : bahan makanan yang susunan zat-zatnya
terdiri dari 15% protein, 35% bahan ekstrak tiada N, 10% lemak dan 10% serat
kasar, M.P nya adalah : 15 x 0,94 + 35 x 1 + 10 x 2,41 + 10 x 1 = 83,2.
Jadi 100 kg bahan makanan itu M.P.nya =
83,2 satuan kg M.P atau cukup ditulis 83, 2 M.P. Ini bila angka manfaat dari
bahan makanan teresebut 100, bila angka manfaatnya hanya 80 maka M.P.nya =
80/100 x 83,2 = 66,6.
M.P juga bisa
dinyatakan dalam kalori energi netto. Oleh karena 1 kg pati murni membentuk 248
gram lemak badan (dibulatkan ¼ kg lemak badan) dan 1 kg lemak badan bernilai
9440 Kalori, maka 1 kg MP = ¼ x 9440 Kalori = 2360 Kalori.
b. Imbangan Protein (I.P) atau Nutritive Ratio (N.R)
adalah imbangan antara jumlah protein dapat
dicerna dengan jumlah seluruh zat-zat lainnya yang dapat dicerna di mana untuk
lemak lebih dahulu dikalikan dengan 2,25. Jadi bahan
makanan yang mengandung zat-zat makanan 15% protein, (35+2,25x10+10)=15:67,5=1:4,5.
I.P ini
dipergunakan untuk menentukan tinggi rendahnya kadar protein di dalam bahna
makanan atau ransum dan dikenal adanya I.P . sempit bila faktor kedua dari perbandingan itu lebih kecil dari 7
misalnya, 1 : 5 dan dikatakan luas bila faktor keduanya lebih besar dari
pada 7, misalnya 1 : 9.
Di dalam praktek di
Indonesia
dipergunakan pengertian yang lain mengenai I.P. tersebut. Di Indonesia dalam
menghitung I.P didasarkan atas imbangan kadar protein dapat dicerna dengan M.P.
Jadi bila bahan makanan mengandung protein dapat dicerna 15% dan M.P. nya 75
maka I.P.nya adalah 15 : 75 = 1 : 5.
c. Total Digestible Nutrients (TDN).
Penentuan martabat makanan
dengan T.D.N. dipergunakan di A.S. Perhitungan ini lebih sederhana dan mudah
karena tidak memperhitungkan energi netto, tetapi hanya menghitung jumlah dari
semua zat-zat makanan organik yang dapat dicerna dengan terlebih dahulu jumlah
lemak dikalikan 2,25. Jadi bahan makanan yang
mengandung zat-zat yang dapat dicerna 15% protein, 35% bahan ekstrak tiada N,
10 % lemak dan 10% serat kasar, TDNnya = 15 + 35 + 2,25 x 10 + 10 = 82,5.
BAB VII
PERKANDANGAN
Perkandangan
penting artinya untuk menghindari pengaruh-pengaruh lingkungan yang kurang
menguntungkan peternakan. Dengan adanya kandang penggunaan makanan untuk tujuan
produksi dapat diawasi dengan baik. Demikian pula pengawasan terhadap
pencegahan dan pemberantasan penyakitnya serta pengawasan terhadap pertumbuhan
ternak akan lebih mudah dilakukan dari pada tanpa adanya kandang. Dengan
memperhatikan hal-hal tersebut diatas, maka dalam pembuatan kandang perlu
diperhatikan beberapa masalah :
a. Biologi ternak : masing-masing ternak mempunyai sistim perkandangan sendiri-sendiri
sesuai dengan biologisnya.
b. Tehnik konstruksi : bangunan kandang harus sehat (mudah dibersihkan, sirkulasi udara
baik, ternak terhindar dari pengaruh cuaca yang merugikan ); kuat badannya,
sesuai dengan ternak yang dikandangkannya.
c. Ekonomi : biaya pembuatan kandang semurah mungkin tapi masih memenuhi
persyaratan seperti dimaksud pada a) dan b)
Setelah masalah-masalah
tersebut di atas dapat diatasi, maka tindakan selanjutnya yang harus dilakukan
: menentukan model kandang, menentukan tempat kandang
dan menentukan arah kandang.
7.1 MENENTUKAN MODEL
KANDANG
Model kandang dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya :
Iklim :
Di daerah yang beriklim tropis
seperti di Indonesia, maka kandang umumnya menggunakan sistim terbuka, dinding
kandang tidak penuh atau tidak berdinding sama sekali. Di
daerah yang mengalami perubahan 4 musim, di mana pada waktu musim dingin tiba
maka diperlukan kandang yang tertutup sehingga terhindar dari pengaruh dingin,
sedang pada waktu musim panas kandang perlu dibuka.
Jenis ternak :
Kandang sapi akan mempunyai
model yang berbeda dengan kandang kambing dan berbeda pula dengan kandang ayam atau kandang kuda.
Tujuan produksi ternak :
Kandang untuk ayam potong
(broiler) dapat berbeda dengan kandang untuk ayam petelur (layer). Kandang untuk sapi perah dapat berbeda dengan kandang untuk sapi
potong.
Umur ternak :
Kandang untuk ternak muda akan
berbeda dengan kandang ternak dewasa. Dapat pula
disebut di sini, terutama pada ternak-ternak besar dapat ditemukan
kandang-kandang untuk melahirkan, kandang anak, kandang pejantan dan kandang
ternak betina dewasa.
Keadaan ekonomi peternak :
Pada peternak-peternak yang
bermodal besar maka banyak dibuat kandang-kandang yang permanen dengan bangunan
yang modern. Pada peternak dengan kondisi modal yang
minim, maka model kandang yang dipilihnya yang sederhana dan semurah mungkin.
Sistem usaha peternakannya
:
Peternakan-peternakan dengan
sistimekstensif penyediaan kandangnya akan berbeda dengan sistim intensif.
7.2 MENENTUKAN TEMPAT
KANDANG
Tempat kandang sebaiknya
lebih tinggi dari sekitarnya agar tanah mudah kering. Kandang tidak boleh di
bawah pohon besar, dan rindang, sebab tempat tersebut biasanya lembab dan sinar
matahari sulit menembus daun-daun. Air tidak boleh tergenang disekitarnya,
proses pembuangan air harus lancar, aman dan mudah diawasi.
7.3 MENENTUKAN ARAH
KANDANG
Usahakan bila
mungkin sinar matahari pagi masuk kedalam kandang. Untuk mencapai hal ini
sebaiknya kandang menghadap ke Timur. Dalam menentukan arah kandang ini perlu
pula dipikrkan arah datangnya angin yang terkuat setiap harinya di tempat
lokasi kandang, janganlah kandang menghadap ke arah datangnya angin yang
terkuat. Untuk menghindari
angin yang terkuat ini bisa ditanam tanaman penghalang atau dipasang tembok yang
tinggi di bagian angin datang, sehingga ternak yang ditempatkan tidak terkena
angin terus menrus.
7.4 BAHAN-BAHAN UNTUK
MEMBUAT KANDANG
Bahan-bahan untuk membuat kandang ditentukan oleh :
a.
Model kandang dan faktor
pengaruhnya
b.
Persediaan bahan bangunan yang
ada di daerah yang bersangkutan serta situasi harganya.
Guna menyediakan
bahan-bahan bangunan tersebut, bagian-bagian dari kandang yang perlu mendapat
perhatian adalah :
7.4.1 Kerangka kandang
Kandang dapat dibuat dengan
kerangka dari besi, besi beton, kayu maupun bambu. Bahna-bahan yang dipilih ini
disesuaikan dengan model kandang yang dikehendaki serta persediaan bahan
bangunan yang ada di daerah tersebut.
7.4.2 Atap kandang
Untuk membuat atap
dapat digunakan, genting, seng, asbes, rumbia, ilalang maupun ijuk. Dari
bahan-bahan atap tersebut maka yang ideal di negara kita ialah genting karena :
-
harga relatif murah
-
mudah didapat
-
tahan lama
-
panas matahari dapat ditahan
dengan baik, sehingga tidak langsung mempengaruhi panas ruangan kandang.
-
di antara genting terdapat
celah-celah sehingga sirkulasi udara di dalam ruangan kandang cukup baik.
Untuk atap seng
diperlukan tiang yang cukup tinggi, agar panas matahari di waktu siang tidak
terlalu mempengaruhi ternaknya. Biasanya digunakan seng gelombang. Jenis atap
lalin seperti rumbia, ilalang relatif akan cepat rusak dan pemasangannya kurang
praktis.
7.4.3 Lantai kandang
Syarat-syarat yang
perlu dipenuhi untuk membuat lantai kandang di antaranya :
-
tidak terlalu mahal
-
tahan lama
-
mempunyai
bidang yang rata, agar hewan dapat berbaring dengan enak dan terhindari dari
kelainan tegak kaki.
-
Tidak licin agar hewan tidak
tergelincir
-
Tidak terlalu keras dan kasar
agar hewan tidak kesakitan waktu berbaring dan tidak merusak kuku
-
Tidak becek
-
Mudah dibersihkan.
Bahan-bahan untuk membuat
lantai
Tanah :
Biasanya kandang di
kampung-kampung pada sistim peternakan tradisional lantai kandang trebuat dair
tanah, jenis lantai semacam ini tidak baik karena cepat menjadi becek.
Bambu :
Biasanya dipakai untuk lantai
kandang kambing, domba dan ayam. Untuk lantai kandang kambing bambu
dibelah-belah, disusun berjajar atau dalam bentuk anyaman jarang, sehingga
terdapat celah-celah untuk mempermudah lewatnya kotoran jatuh ke tanah. Untuk lantai kandang ayam di mana dipakai sistim lantai beralas
(Litter systim) maka bambu dibuat anyaman rapat (bilik), sedangkan untuk
kandang sistim sangkar(cage), belahan-belahan bambu kecil-kecil disusun
berjajar sehingga kotoran mudah lewat. Untuk membuat lantai ini dipilih bambu
yang tua dan tebal.
Papan :
Papan digunakan pula untuk
lantai kandang kambing/domba, kuda dan ayam. Dipilih
papan dari jenis kayu tertentu yang tahan air. Untuk kandang kambing/domba
papan ini sebaiknya disusun sedemikian rupa sehingga terdapat pula celah-celah
untuk mempermudah keluarnya kotoran/air kencing jatuh ke tanah. Papan yang
dipakai selain tahan air juga yang cukup tebal (3-5 cm). Untuk lantai kandang
ayam papan disusun rapat dan lantai papan ini terdapat pada kandang sistim
lantai beralas. Demikian pula untuk kandang kuda.
Batu bata
Batu bata disusun rebah dan
satu sama lain dilekatkan oleh adukan semen pasir. Lantai
dair bahan ini dapat dijumpai pada kandang ayam sistim litter. Lantai ini kuat,
tapi banyak dibutuhkan batu bata sehingga harganya relatif mahal.
Semen :
Lantai dibuat dari adukan
semen, pasir, kapur dalam perbandingan tertentu. Lantai
dari bahan ini tahan air dan dapat digunakan lama, tetapi harganya mahal.
Kasar-halusnya dan kemiringannya mudah dibuat. Umumnya digunakan pada kandang
babi atau ayam.
Batu kali/beton
Pada kandang sapi perah
lantainya dapat dibuat dari batu kali yang dipotong-potong dalam ukuran
tertentu, disusun seperti pada lantai batu bata. Lantai
terbuat dari bahan ini kuat sekali dan tahan lama. Untuk mengganti batu kali
dapat pula digunakan bahan dari beton (semen, pasir dalam perbandingan
tertentu) dan lantai semacam inipun akan tahan lama sekali.
Kawat
Khusus untuk kandang ayam maka
lantai dapat dibuat dari kawat. Lantai dapat berbentuk anyaman kawat atau dapat
pula dalam bentuk jeruji.
7.4.4 Dinding kandang
Pada kandang sistim
terbuka maka tidak diperlukan dinding, sedang pada kandang sistim tertutup atau
setengah tertutup maka diperlukan dinding.
Bahan untuk dinding :
-
Bambu : untuk membuat dinding
dapat dalam bentuk bilik (anyaman), jeruji, lembaran-lembaran
-
Papan
-
Kawat : kawat ayam, kawat
harmonika
-
Tembok : batu bata, bataco
diplester atau tanpa diplester.
-
Plastik : lembaran-lembaran
plastik.
7.5 PERALATAN KANDANG
a. Tempat makanan
b. Tempat minuman
c. Gudang tempat menyimpan
makanan
d. Bak air
e. Alat-alat kebersihan
f. Saluran air dan tempat
pembuangan kotoran
g. Tempat bertengger (untuk
ayam)
h. Tempat bertelur (untuk
ayam)
i. Tempat menyimpan alat-alat
a.
Tempat makanan
Tempat makanan ada yang dipasang tetap pada tempat yang
telah ditentukan untuk selamanya, tapi ada
pula yang dapat dipindah-pindah sesuai dengan keperluannya. Tempat makan yang dipasang tetap pada
tempatnya biasanya ditempatkan pada sisi memanjang dari kandang dalam bentuk
bak-bak dari semen atau kotak dari papan (untuk kambing/domba). Pada ternak besar sebaliknya setiap ekor mempunyai bak makanan
tersendiri. Temapt makanan yang dapat
dipindah-pindah (moveable) biasanya dibuat dari bahan kayu. Pada ternak unggas
tempat makanan semacam ini dibuat dari papan, bambu, seng atau aluminium. Tempat makanan ini ada yang setiap waktu
makan diisi dan adapula yang diisi untuk beberapa hari (Selffeeder). Di tempat-tempat di mana tenaga buruh jarang dan mahal maka banyak
digunakan Self-feeder.
b.
Tempat minum
Ditempatkan dekat temapt makanan. Tempat minum inipun
sebaiknya setiap ekor memiliki tempat minumnya sendiri. Tempat minum dibuat
sedemikian sehingga mudah dibersihkan. Untuk hewan besar tempat minum biasanya terbuat dari semen, mangkok
aluminium/besi, sedang untuk ayam dapat terbuat dari bambu, kaleng, seng,
aluminium, plastik.
c.
Gudang tempat menyimpan makanan
Pada perusahaan-perusahaan peternakan maka makanan
disediakan untuk kebutuhan beberapa hari. Untuk menjaga bahan makanan/ransum
dari gangguan tikus, burung, hujan, dan lain-lain maka perlu disediakan
ruangan/bangunan khusus untuk menyimpannya. Besar kecilnya ruangan/bangunan
gudang ini disesuaikan dengan jumlah makanan yang disimpan dan ini berhubungan
dengan jumlah terenak yang dipelihara. Bila perusahaan peternakan memproses
sendiri ransum bagi ternaknya maka selain gudang perlu disediakan ruangan
giling untuk tempat mesin giling (jagung, ikan dan lian-lain) dan ruangan untuk
mencampur ransum (masinal atau dengan tangan).
d.
Bak air
Untuk menyimpan air, baik untuk air minum ternak maupun
untuk tujuan membersihkan kandang.
e.
Alat-alat kebersihan
Alat-alat untuk membersihkan kandang dan ruangan-ruangan
lainnya yang terdiri atas sapu, sikat, sekop, cangkul, garpu, ember dan
lain-lain. Selain alat tersebut perlu disediakan bahan/obat didinfektan untuk
membersihkan lantai dan lain-lain.
f.
Saluran air dan tempat pembuangan kotoran
Sistim saluran air harus dibuat sedemikian rupa agar air
tidak menggenang disekitar perkandangan. Pada kandang sapi perah saluran air
yang ada di dalam kandang tidak boleh terlalu dalam atau terlalu lebar sebab
bisa mencelakakan ternaknya. Saluran air pada kandang-kandang ternak besar yang
juga merupakan saluran pembuangan kotoran dapat dialirkan ke kebun rumput atau
ke tempat pembuangan kotoran yang telah dibuat atau ke sungai. Pembuangan
kotoran ke sungai sebaiknya dihindarkan, kecuali kesaluran pengairan. Tempat
pembuangan kotoran dapat berbentuk kolam/bak yang terbuka atau tertutup.
Kotoran yang berkumpul ini kemudian akan dipakai sebagai pupuk.
g.
Tempat bertengger
Pada kandang ayam untuk istirahat ayam-ayam tersebut di
malam hari disediakan tempat bertengger yang dapat dibuat dari batang
bambu/kayu yang dipasang di pinggir bagian dalam kandang. Tiap ayam kira-kira
membutuhkan tenggeran sepanjang 20-25 cm.
h.
Tempat bertelur
Agar ayam tidak bertelur di mana-mana dan keamanan telur
lebih terjamin maka pada kandang ayam petelur disediakan tempat bertelur.
Tempat bertelur ini dapat berbentuk kotak yang dipasang di pinggir kandang dan
diusahakan untuk dapat semudah mungkin petugas kandang mengambilnya. Pada
kandang sistim sangkar (cage) maka telur yang baru keluar dari induknya akan
menggelinding ketepi, sehingga bebas dari pacokan atau injakan induk ayam yang
ada di sangkar.
i.
Tempat menyimpan alat-alat
Untuk menyimpan alat-alat yang diperlukan dalam
peternakan perlu disediakan ruangan khusus untukalat-alat. Pada perusahaan
peternakan yang besar disediakan gudang tersendiri untuk peralatan sebagai
persediaan. Pada tiap unit
kandang disediakan pula ruangan untuk menyimpan alat-alat yang setiap harinya
dipergunakan.
-IBKS-
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous, (1988). Beternak Umum.
Direktorat Jendral Peternakan Departemen Pertanian Jakarta.
Anonimous, (1988). Petunjuk Teknis
Pelaksanaan Panca Usaha Ternak. Direktorat Jendral Peternakan Departemen
Pertanian Jakarta.
Anonimous, (1986). Beternak Babi Sukses.
Buku Pegangan Pfizer.
Agromedia. (2002). Beternak Penuh Potensi.
Cetakan I. Agromedia Pustaka Jakarta.
Akoso, B.T. (1998). Kesehatan Unggas.
Panduan Praktis Bagi Petugas Teknis. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Rahardja, P.C. (1986). Beternak Unggas.
Cetakan IV.P.T. Penebar Swadaya. Jakarta.
No comments:
Post a Comment