KENDALA PELAKSANAAN PENDIDIKAN
Oleh : I Putu Cahyadi Putra
DALAM RANGKA LOMBA MEMBACA APBN
Negara tidak akan makmur tanpa adanya SDM masyarakat
yang tinggi dan berkualitas. Untuk membangun kualitas SDM yang tinggi,
pemerintah menganggarkan 20% dari APBN dan APBD untuk mendidik rakyatnya agar
memperoleh Pendidikan yang layak.
Mengenyam bangku Pendidikan adalah
hak setiap warga negara, namun banyak hambatan yang mempengaruhi jalannya Pendidikan.
Siswa sebagai penggerak masa depan negara, haruslah
memiliki motifasi yang kuat untuk maju, berusaha dan bekerja keras dalam
menghadapi dunia Pendidikan yang
semakin berat. Itu dibuktikan oleh meningkatnya standar nilai UN yang tiap
tahun meningkat dengan pesat. Motifasi belajar yang kuat dari siswa menjadi
dasar meningkatnya SDM bangsa. Tentu saja dengan keinginan belajar yang besar,
seorang siswa akan dapat bersaing di dunia kerja. Tidak hanya itu, guru sebagai
penggerak Pendidikan perlu
ditingkatkan. Hal itu telah dibuktikan dengan ditingkatkannya kualitas pengajar
yaitu guru harus sudah S1 atau D3 dan dosen harus S2 atau S3 dalam jangka waktu
10 tahun. Namun bukan hanya perlu ditingkatkan dengan jabatan saja, seoarang
guru harus dapat mengajar dengan penuh semangat dan berkeinginan kuat untuk
mencerdaskan bangsa, guru yang demikianlah yang diperlukan bangsa ini.
Banyak sekali permasalahan yang dihadapi bangsa ini dalam
bidang Pendidikan yang paling utama
adalah sekolah yang mahal. Hal ini dapat berakibat buruk pada siswa yang tidak
mampu yang terancam putus sekolah. Meski telah diprogramkan oleh pemerintah
untuk menangani masalah tersebut, namun tetap saja perubahan yang terjadi tidak
begitu besar. Seperti program BOS yang ditujukan untuk orang miskin tapi yang
menikmati adalah orang mampu. Meski ada dana ini untuk biaya sekolah, namun di
beberapa sekolah tetap saja dipungut biaya. Jadi kemanakah dana BOS tersebut,
tentu saja kalau tidak dikantong pejabat pastilah ada di kantong pendidik yang
tidak bertanggung jawab. Tindakan pemerintah mengeluarkan dana BOS ini sangat
bijaksana, namun tentu saja harus dipantau sedemikian rupa agar mendapat hasil
yang diinginkan. Dan pemerintah harus ingat bahwa hal yang terjadi di lapangan
tidak sama dengan yang terjadi di pusat.
Untuk mewujudkan program pemerintah yaitu “ wajib
belajar sembilan tahun “ pastilah diperlukan dana yang sangat besar. Hendaknya
dana tersebut digunakan dengan jelas dan efektif, seperti pemerintah dapat
memperbanyak tayangan televisi yang berbau Pendidikan
dan tidak hanya pada satu saluran. Namun tayangan ini tidak hanya itu – itu
saja yang dapat membuat seorang siswa menjadi bosan, hendaknya tayangan seperti
ini dimodifikasi sedemikian rupa agar seseorang siswa berminat untuk
menontonnya. Tak hanya itu program buku murah harus digencarkan agar semua
sekolah mendapatkan secara merata. Cara yang dapat dilakuan adalah dinas Pendidikanlah yang harus menyalurkan
buku tersebut agar program ini berjalan dengan efektif dan tidak ada pencarian
keuntungan dari penjualan buku tersebut.
Dalam rencananya pemerintah banyak membeli hak cipta
penulis buku dan di jual dengan harga murah. Hal ini adalah upaya yang sangat
efisien namun pembelian tersebut haruslah diperbanyak dan kualitas buku yang
hak ciptanya dibeli haruslah bermutu dan mudah dimengerti oleh para pelajar.
Kebanyakan buku yang murah seperti itu isinya tidaklah lengkap dan mau tidak
mau siswa harus mencari literatur yang lain. Pastilah pencarian literatur
tersebut membutuhkan biaya, hal itu tidaklah masalah bagi orang yang kaya, tapi
bagaimana nasib yang miskin mereka pasti akan kesusahan mencari literatur.
Pemerataan Pendidikan
sering kali menjadi masalah yang besar, susahnya menjangkau seluruh sekolah
yang ada di Indonesia
dan tidak ada guru yang mau mengajar di daerah terpencil adalah masalah
utamanya. Tentu saja guru tidak akan mau ditugaskan ke berbagai daerah,
harusnya guru yang ditugaskan di daerah terpencil adalah dari daerah tersebut
dan kesejahteraan guru tersebut harus lebih disejahteraan agar adanya minat
seseorang menjadi guru. Tentu saja kesejahteraan itu tidak lepas dari peran
APBN tanpa biaya mustahil akan terbentuk tenaga pendidik yang sejahtera. Untuk
distribusi alat – alat pelajaran setidaknya memenuhi kebutuhan mereka dan
harganya terjangkau. Lebih baik mensubsidi kebutuhan pelajaran untuk anak
miskin dari pada menghamburkannya tanpa manfaat yang jelas.
Anggaran 20% dari APBN mestinya sudah cukup untuk
menanggulangi masalah Pendidikan yang
terjadi negeri ini. Namun mengapa tetap saja masalah itu selalu ada dan semakin
menjadi – jadi. Hal tersebut dikarenakan negeri ini krisis moral, moral sangat
diperlukan oleh para pejabat untuk membangun negeri agar lebih baik. Anggaran
yang sedemikian besar jika dialokasikan dengan benar pastilah mendatangkan
hasil yang memuaskan, numun apa daya negeri ini telah dikendalikan oleh budaya
KKN yang telah diwariskan turun – temurun. Andaikan korupsi dapat ditekan
sedalam mungkin, pastilah Pendidikan
di Indonesia
akan berkembang dengan pesat, tapi juga diimbangi oleh minat belajar siswanya.
Pendapatan Indonesia sangatlah besar dan
memungkinkan Indonesia
menjadi negara maju. Jelas juga dapat meningkatkan SDM masyarakatnya. Namun ada
saja yang tidak mau meningkatkan Pendidikan.
Seperti orang yang beranggapan bahwa untuk apa bersekolah, akhirnya juga akan
susah mencari pekerjaan. Beberapa orang juga beranggapan lebih baik bekerja
dari kecil dari pada sekolah yang hanya membuang – buang biaya saja. Hal ini
ada benarnya juga, zaman sekarang ini susah mencari pekerjaan yang layak. Agar
masyarakat tidak beranggapan seperti itu, semestinya disediakan banyak lapangan
kerja. Tidak hanya lapangan kerja di kota
saja yang perlu dikembangkan, di desapun harus dikembangkan. Karena banyak
potensi alam yang dapat dikembangkan menjadi berbagai lapangan kerja. Seperti
halnya pariwisata, pertanian, peternakan, dan perkebunan. Yang terpenting jika
hal itu telah dikembangkan, tidak akan ada lagi orang desa ke kota mencari pekerjaan dan akhirnya menjadi
gelandangan. Lapangan kerja yang dapat dikembangkan adalah lapangan kerja di
sektor riil, seperti pengembangan industri menengah ke bawah dan industri rumah
tangga. Kita harus sadari bahwa tidak semua orang dapat bekerja di industri
besar, maka dari itu industri kecil sangat diperlukan. Meskipun industri kecil
namun dapat berkembang menjadi besar. Oleh karena sangat diperlukannya pekerja
yang siap terjun di dunia kerja, tidak ada salahnya sekolah di SMK agar
mendapatkan pekerjaan yang cepat dan layak. Namun hal itu haruslah didasari
oleh keinginan dan minat seorang dalam memilih sekolah dan tentu saja minat
untuk belajar sangat penting.
Pembaharuan dalam Pendidikan
terus dilakukan dengan berbagai macam cara. Meningkatkan mutu guru,
memperbaharui fasilitas sekolah dan kegiatan berbagai kompetisi untuk
meningkatkan kemampuan siswa. Di balik itu banyak uang negara yang disia –
siakan untuk keperluan yang tidak perlu. Perubahan kurikulum yang bisa
dikatakan terus menerus sebenarnya siswa dan guru bingung. Perubahan kurikulum
yang begitu pesat tidaklah membawakan hasil yang diinginkan dan bahkan
merugikan. Lain hal seperti Malaysia,
meskipun kurikulumnya tetap, tapi tetap saja negara itu dapat berkembang dengan
pesat. Perubahan kurikulum sebenarnya hanya membuana – buang anggran Pendidikan. Sebagian dikorupsi, sebagian
lagi dihambur – hamburkan dan seberapakah yang diterima oleh yang berhak? Tentu
saja sangat sedikit, mungkin dari 20% anggraran yang diterima hanya 15% saja.
Namun ada pihak yang diuntungkan, yaitu penjual buku. Mereka dapat menerbitkan
buku tiap tahunnya namun dengan isi yang hampir sama.
Salah satu program pemerintah adalah internet gratis.
Tentu saja program ini sangat didukung dan disambut baik oleh guru dan siswa.
Di balik itu semua ada beberapa masalah yang menyambut. Hal itu terjadi karena
kurangnya pengawasan dan pemantauan oleh pihak yang berwenang. Permasalahan itu
seperti lambatnya akses internet dan kurangnya komputer di setiap sekolah.
Baiknya pemrintah membuat program dengan bukti atau penanganan yang baik pula,
tak hanya itu guru dan siswa hendaknya menjaga fasilitas yang diberikan dan
tidak menyalahgunakan. Meskipun masala sekian silih berganti menerpa namun tak
ada masalah yang tidak dapat diselesaikan, hanya saja harus ada keinginan untuk
menyelesaikan oleh pemerintah, pendidik serta siswa atau mahasiswa.
No comments:
Post a Comment