DEVISI EXOPTERYGOTA
ORDO IPHUNCULATA
(PINJAL)
Pendahuluan, pinjal
(kutu loncat) adalah insekta yang tubuhnya pipih bilateral (pipih kedua sisi),
memiliki 6 (3 pasang) kaki, tidak bersayap, umumnya menginfestasi anjing,
kucing, unggas dan bahkan manusia, tidak bersifat hospes spesifik, makanannya
adalah darah atau cairan limfe.
Sama dengan infestasi insekta
lainnya, gigitan pinjal menimbulkan rasa sakit sehingga mengganggu ketenangan
ternak, serta air liurnya menyebabkan alergi.
ETIOLOGI
SPESIES
PINJAL
|
HOSPES
DEFINITIF
|
HOSPES ANTARA
atau VEKTOR
|
Ctenocephalides felis
|
Anjing
– kucing
|
Dipylidium caninum
Dipetalonema reconditum
|
Ctenocephalides canis
|
Anjing
– kucing
|
Dipylidium caninum
Dipetalonema reconditum
|
Echidnophaga gallinacea
|
Unggas, membuat terowongan kedalam kulit
disekitar mata
|
-
|
Pulex irritans
|
Manusia
– anjing
kucing
|
Dipylidium caninum
|
Xenopsylla cheopsis
|
Manusia
- tikus
|
Yersinia pesis
|
SIKLUS HIDUP dan CARA
PENULARAN
Pinjal betina
dewasa yang telah bunting akan meloncat meninggalkan hospes definitif mencari
tempat yang tersembunyi (seperti celah tembok, retakan lantai, dibawah karpet,
celah sofa dsb) untuk bertelur. Telur akan menetas dan terbebaslah larva yang
berbentuk seperti cacing, Larva kemudian membuat kokon (didalamnya berkembang
menjadi pupa) dan akhirnya keluarlah pinjal dewasa. Cara penularannya, pinjal
aktif menginfestasi hospes definitif
PATOGENESA dan GEJALA KLINIS.
Sudah menjadi
kenyataan bahwa aktivitas pinjal anjing - kucing sangat terkait dengan suhu
lingkungan, dimana jika suhu lingkungan panas pinjal akan semakin aktif
bergerak dan menghisap darah. Lain
halnya dengan pinjal ayam, dimana pinjal akan membuat terowongan kedalam kulit
yang jarang ditumbuhi bulu seperti sekitar mata. Pada saat aktif bergerak atau
saat menghisap darah menimbulkan iritasi dan rasa sakit , tempat gigitan
terjadi reaksi alergi, karena air liurnya
adalah hapten (antigen yang tidak lengkap) dan jika berikatan dengan
kolagen kulit akan menjadi zat allergen, menyebabkan terjadi alergi tipe ringan
yang memiliki tanda karakteristik ditemukan Ig E dan Eosinofilia, dengan gejala
kegatalan.
Anjing dan kucing memiliki
kepekaan yang sangat berbeda terhadap gigitan pinjal. Pada yang peka akan
terjadi alergi sehingga timbul kegatalan, dengan gejala klinis yang teramati :
menggosok, menggigit, menggaruk, tempat
gigitan, akibat lainnya terjadi kerontokan rambut, dan kadang-kadang terjadi
kelukaan kulit). Jika luka yang terjadi terinfeksi oleh bakteri sekunder (Staphylococcus sp) maka pada awalnya
akan terbentuk papula kemudian melanjut terbentuk pustula, dan jika pecah
terlihat eksudat atau nanah yang mengental dan mengering akhirnya ditemukan
kerak atau keropeng. Pada kasus kronis terlihat kulit menebal, keriput.
Ayam yang terinfestasi pinjal pada
kasus berat menampakkan gejala klinis
menyerupai penyakit kronis , seperti kelemahan umum, pembengkakan daerah
disekitar mata dan ditemukan ulser, selaput lendir pucat dan bisa terjadi
kebutaan.
DIAGNOSA
Mengidentifikasi
pinjalnya secara langsung.
PENGOBATAN dan KONTROL
Karena
terjadi alergi, maka pengobatan simptomatis diberikan kortikosteroid. Untuk
pengobatan kausatif diberikan : Malathion, Carbaryl (direndam, disemprot
atau shampo). Pyrethrin atau derivatnya,
Diclorvos 9,3% untuk anjing dan 4,65% kucing atau Diazinon (ikat leher “flea collar” ), Coumaphos 0,5%, Ronnel
1%, Hexachloro Cyclo Hexane (HCH) 0,01% (direndam atau di lap) untuk anjing dan
tidak boleh diberikan untuk kucing.
Kontrol, terkait
dengan siklus hidupnya, maka kontrol pinjal berdasarkan Soulsby, 1982 ada tiga
tindakan pokok yang harus dilakukan antara lain :
- Membunuh pinjal yang menginfestasi ternak menggunakan insektisida
- Memutus siklus hidupnya, dengan malakukan penyemprotan menggunakan insektisida pada lingkungan tempat berkembangnya larva atau dilakukan penyedotan menggunakan alat sedot debu untuk menghilangkan larva dan kokon
- Menghindarkan dari infeksi ulang, dengan cara jauhkan ternak dari ternak terinfestasi atau lingkungan terinfestasi.
No comments:
Post a Comment