1.
Pendahuluan
Coryza dapat
disebabkan oleh bakteri Haemophillus
paragalinarum. Kebanyakan hewan yang diinfeksi oleh coryza adalah ayam dan
biasanya penyakit ini menyerang ayam akibat adanya perubahan musim. Perubahan musim
biasanya mempengaruhi kesehatan ayam, dimana coryza banyak ditemukan pada daerah tropis sehingga peternak ayam
di Indonesia waspada akan coryza yang
disebabkan oleh haemophillus paragalinarum karena Indonesia beriklim tropis.
Angka kematian yangditimbulkan oleh penyakit ini mencapai 30% tetapi angka
morbiditas atau angka rentan mencapai 80%. Coryza dapat bersifat kronis karena
biasanya berlangsung antara 1-3 bulan. Namun, ayam berumur kurang dari 16
minggu mempunyai angka kematian / mortalitas yang cukup tinggi jika terjangkit
penyakit ini. Sedangkan ayam yang sedang bertelur terjangkit dapat disembuhkan
tetapi produktivitas telurnya menurun hingga 25%.
2.
Etiologi
Penyebab penyakit ini adalah bakteri Haemophillus paragalinarum. Bersifat
gram negatip, non motil, bentuk batang pendek dan berukuran 1-3 x 0,4-0,8 um.
Bakteri yang bersifat ganas mempunyai kapsul dan mengalami degenerasi dalam
waktu 48-60 jam dalam bentuk fragmen dan bentuk yang tidak teratur. Adapun
serotype yang diketahui yaitu serovar A,B dan C, dari ketiga strain tersebut
serotype C dilaporkan paling ganas karena dampaknya dapat menurunkan produksi
telur( Haryadi).
3.
Epizootiologi
Ayam merupakan hospes utama dari penyakit coryza. Unggas lainnya juga terserang
seperti kuau, ayam mutiara, dan puyuh. Sedangkan kalkun, itik, burung merpati,
gelatik dan burung gagak relatif tahan/ tidak rentan. Hampir semua umur ayam
dapat terserang, umur 4 minggu sampai 3 tahun peka. Sedangkan anak ayam yang
berumur 3-7 hari dilaporkan tahan penyakit ini karena adanya antibody maternal.
Penyakit ini endemic di
dunia. Di Indonesia ditemukan tersebar luas dan endemic.
4.
Patogenesis
Penyakit coryza
ditularkan melalui kontak langung antara hewan sakit dengan hewan sehat serta
dapat juga melaui udara, debu, pakan, air minum, petugas kandang dan peralatan
yang digunakan pada suatu peternakan ayam. Disamping itu hewan sehat dan yang
terinfeksi kronis serta burung liar dapat bertindak sebagai pembawa penyakit.
Penyakit umumnya terjadi pada musim hujan dan musim dingin. Masa inkubasi tidak
diketahui pasti dan secara percobaan berlangsung 24-48 jam setelah infeksi atau
intra sinus dengan biakan bakteri atau
eksudat. Ayam terserang ditandai dengan gejala pernafasan yaitu keluarnya
cairan bersifat encer sampai berlendir, bersin- bersin, sinus kepala bengkak,
selaput lendir mata meradang atau mata membengkak, jengger bengkak, diare,
nafsu makan dan minum menurun.
5. Diagnosa dan Diagnosa Banding
Penyakit didiagnosa dengan berbagai uji serologis
seperti aglutinasi tabung atau plat, AGP dan HI. Dengan AGP dapat mendeteksi
antibodi 2 minggu pascainfeksi atau pascavaksinasi kurang lebih 11 minggu.
Penyakit ini dapat dikelirukan dengan beberapa penyakit seperti ND, CAA, IB,
CRD, kolera unggas kronis, cacar unggas, defisiensi vitamin A yang mempunyai
gejala klinis yang hamper sama dengan coryza
6. Pencegahan dan Pengobatan
Pencegahan yang
paling efektif untuk penyakit coryza yaitu
dengan melakukan vaksinasi. Ayam divaksinasi pada umur 10 dan 20 minggu melalui
suntikan intramuskuler. Namun, belakangan ini telah dikembangkan vaksin snot/
coryza yang dikembangkan dengan vaksin IB dan ND inaktif.
Ayam yang sakit dapat diobati dengan preparat
sulfonamide dan antibiotika seperti eritromisin dan oksitetrasiklin. Obat dalam
bentuk campuran efektif dalam pengobatan penyakit seperti sulfachloropyrazine-
sulfadimidine, miporamisin dan esafloxacin.
No comments:
Post a Comment