GAMBARAN UMUM CLOSTRIDIUM
Kelas
Clostridium merupakan kelas bakteri yang memiliki ciri-ciri yakni, bentuk
batang pendek, gram positif, anaerob, berspora, letak spora dapat terminal
maupun subterminal dan dapat menyebabkant beberapa penyakit diantaranya tetanus
(Cl. Tetani), gas gangrene (Cl. Perfringens), botulism dan beberapa spesies
menghasilkan toxin menggangu saraf (Cl Botulinum) dan menyebabkan pseudomembran
colitis (Cl. Difficile).
CLOSTRIDIUM
BOTULINUM PEYEBAB BOTULISM
1.ETIOLOGI
1.
Morfologi
Morfologi
dari Cl botulinum yakni berentuk batang, berspora oval subterminal, anaerob, motil
(flagela peritrikus) dan merupakan bakteri gram negatif. Tipe dari Cl.
Botulinum adalah tipe A, B, C, D, E, dan
F. Produksi toxin dapat pada daging kering dengan kadar air kurang dari 30%. Menghasilkan
neurotoxin botulin dan pada umumnya ditemukan di tanah. .
2.
sifat biakan
Di
laboratorium Cl. Botulinum dapat diisolasi pada media trytose cycloserine ( TSC),
selalu dalam lingkunan anerobik yang mengandung kurang dari 2% oksigen. Cl.
Botulinum tidak menggunakan laktosa sebagai sumber karbon utama. Hidup pada pH
4,8-7,
3.
Struktur antigen
Bakteri
ini dikelompokkan menjadi grup I-IV berdasarkan sifaf proteolitiknya dan
memiliki tujuh struktur antigen yakni antigen (A-G), serta antigen somatik.
2. PATHOGENESIS
Cl.
Perfringens tipe C dan D menyebabkan botulism pada hewan sedangkan yang lain
menyebabkan botulism pada manusia. Hewan
yang rentan adalah unggas, sapi kuda dan beberapa jenis ikan. Bakteri ini
menghasilkan racun saraf (neurotoksin botulin). Neurotoksin hanya dihasilkan
saat terjadi proses endospora dalam keadaan anerobik. Sporanya tersebar luas di
lingkungan, di tanah, udara, debu, dan air laut.
Infeksi
oleh Cl. Botulinum dapat melalui makanan maupun luka. Jika hewan menelan pakan
yang terkontaminasi spora Cl. Clostridium dari lingkungan sekitarnya.Setelah
tertelan maka akan menghasilkan neurotoksin di dalam usus. Pada hewan Cl.
Botulinum yang menginfeksi adalah tipe C dan D, sehingga toxin yang di hasilkan
adalah toxin C dan D. Kemudian toxin akan berikatan dengan reseptor pada saraf
kolinergik dan memblokade pengeluaran asetikolin. Hal ini akan menggangu sTimulasi
gerakan otot sehingga mengakibatkan paralisis. Dalam beberapa saat akan
menyebabkan muntah, lemas, kejang, dan akhirnya paralisis sistem respirasi.
Infeksi melalui luka biasanya terjadi karena luka tusuk dan mekanismenya sama
dengan keracunan pada makanan.
3.
GEJALA KLINIS
Masa inkubasi dari penyakit botulism
adala 18-24 hari. Gejala klinis yang timbul adalah, muntah, susah untuk
menelan, dan jika toxin yang dihasilkan banyak maka akan mengalami kesulitan
bernafas karena paralisis saluran nafas da berakhir dengan kematian.
4.
DIAGNOSA
Diagnosa dapat dilakukan dengan
mengamati gejala klinis yang terjadi. Diagmosa dapat diperkuat dengan melakukan
uji di laboratorium dengan mengisolasi bakteri. Isolasi dapat dilakukan dengan
terlebih dahulu mengambil spesimen dari feses pasien. Hasil isolasi dapat di
isolasi pada hewan percobaat (mencit) Untuk mengetahui tipenya dapat dilakukan
uji netralisasi dengan pemberian anti toksin pada mencit atau uji serologi
berupa ELISA. Uji netralisai membutuhkan waktu selama 48 jam.
5.
PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN
Spora Cl Botulinum tersebar luas di
alam, baik di tanah, air laut, air danau debu dan udara. Pakan ternak sangat
mudah terkontaminasi, untuk itu penyimpanan pakan harus diperhatikan.
Untuk pengobatan dapat diberikan
antibiotik penicilin atau metronidazole.dan pemberian antitoksin botulinum.
No comments:
Post a Comment