Mekanisme yang tepat mengenai timbulnya
kelahiran sesudah suatu masa kebuntingan tertentu dan khas bagi setiap jenis
ternak belum diketahui. Inisiasi kelahiran disebabkan oleh interaksi yang
kompleks antara faktor-faktor endokrin, neural dan mekanis.
Dalam waktu satu atau dua minggu sesudah
pembuahan, blastosit yang berada dalam uterus mempengaruhi endometrium sehingga
zat luteolitik (PGF2α) tidak dikeluarkan dan corpus luteum menetap. Corpus
luteum merupakan sumber utama progesterone selama kebuntingan sampai 200 hari
pada sapi (Jainudeen an Hafez, 1980). Sekresi progesterone mempertahankan
kebuntingan melalui pengaruhnya terhadap relaksasi urat daging uterus dan
endometrium mulai aktif menghasilkan susu uterus pada pertiga bagian pertama
masa kebuntingan. Progesterone menghambat produksi FSH sehingga folikel tidak
terbentuk dan periode estrus terhenti. Suatu rangsangan neuro-humoral dari
uterus yang bunting menyebabkan sekresi LH secara berkesinambungan untuk
mempertahankan corpus luteum selama masa kebuntingan.
Timbulnya partus, walaupun belum
dimengerti sepenuhnya, mungkin disebabkan oleh peningkatan gradual kadar
estrogen dari placenta yang terjadi pada akhir masa kebuntingan dan penurunan
kadar progesterone karena pelepasan PGF2α dari placenta atau uterus. Pada sapi
kadar estrogen meningkat 2 sampai 3,5 kali sejak hari ke 245 sampai partus,
sedangkan progesterone di dalam plasma darah menurun dari 19 sampai 16 ng/ml
pada bulan terakhir masa kebuntingan menjadi 0,5 sampai 30 ng/ml pada waktu
partus. Relaxin yang dihasilkan dalam jumlah besar pada akhir masa kebuntingan
juga membantu pengenduran struktur-struktur pelvis dan cervix (Egger dan Dracy,
1966). Kadar estrogen yang meningkat membuat urat daging uterus peka terhadap
oxytocin yang memegang peranan penting dalam proses partus, khususnya selama
tahap pertama dan kedua perejanan. Akan tetapi kelahiran akan terjadi tanpa
hipofisa. Estrogen menstimuler sekresi PGF2α dari placenta atau uterus. PGF2α
juga menstimuler kontraksi miometrium.
Partus mungkin
ditimbulkan oleh suatu mekanisme yang menyebabkan penurunan kadar LH dan
progesterone (Labhsetwar et al., 1964, Hunter et al., 1969). Poros hipofisa
adrenal pada foetus ikut berperanan dalam mekanisme yang mengawali partus. Masa
kebuntingan yang berkepanjangan berhubungan dengan defek hipofisa adrenal pada
sapi perah. Sewaktu stress terhadap makin meningkat karena penurunan suplai
makanan, cortisone diproduksi san bersama estrogen berkadar tinggi akan enyebabkan
penurunan kadar LH, regresi corpus luteum dan penurunan kadar kadar
progesterone. Estrogen dan hydrocortisone dalam dosis tinggi mempunyai
kesanggupan meluluhkan corpus luteum kebuntingan. Sangat mungkin kadar hormone-hormone
steroid, yaitu kadar estrogen dan kadar cortisone yang tinggi dan kadar
progesterone yang rendah, di samping peningkatan PGF2α, mengendalikan tahap
permulaan dan perkembangan proses partus. Sedangkan oxytocin mengendalikan
terjadinya perejanan. Pelepasan oxitocin dipengaruhi oleh faktor lingkungan.
Kadar oxytocin tidak berubah pada fase permulaan kelahiran, tetapi meningkat
mencapai puncaknya selama pengeluaran foetus, kemudian menurun kembali.
Pelepasan oxytocin ini menyebabkan pelepasan PGF2α dalam jumlah besar dan
meningkatkan potensi kegiatan uterus
No comments:
Post a Comment