Tumor kelenjar mammae adalah tumor
ganas (malignant) atau tenang (benign) pada kelenjar mammae (Tilley &
Smith 2004).
Tumor umumnya
terjadi pada anjing betina yang masih bereproduksi dan berumur antara 5 – 10
tahun (Foster & Nash 2008), namun ± 80 % kasus didiagnosa pada anjing
berusia > 7 tahun (Mitsui 2007).
Pernah juga dilaporkan tumor ditemukan pada anjing betina berumur 2 tahun,
namun kasus ini jarang terjadi (Foster
& Nash 2008). Tumor ini dapat soliter atau multisentrik, 30 % - 50 % kasus
merupakan carcinoma/malignant (Mitsui 2007; Tilley &
Smith 2004). Kelenjar
mammae keempat dan kelima lebih banyak ditemukan menderita tumor (Anonimus 2008).
Selain umur dan reproduksi, bangsa anjing Toy dan miniatur
Poodles, Spaniels, dan German Shepherds memiliki resiko yang lebih besar
menderita tumor mammae (Anonimus 2008). Faktor resiko kejadian tumor tinggi
pada anjing yang masih aktif bereproduksi. Menurut beberapa peneliti diduga
berhubungan dengan produksi dan aktivitas hormon estrogen dan progesteron.
Hormon tersebut berperan dalam inisiasi awal terbentuknya tumor dan berperan
dalam perkembangan tumor selanjutnya (Anonimus 2008; Mitsui 2007).
Gejala klinis yang terlihat biasanya adalah adanya
pertumbuhan massa yang perlahan,
single atau multiple.
Kurang lebih 50 % kejadian adalah multiple
tumor (Tilley & Smith 2004). Tumor kelenjar mammae
terdiri atas benign dan malignant tumor. Benign tumor berbentuk kecil, halus dan
tumbuh perlahan. Sedangkan malignant tumor berbentuk tidak teratur,
pertumbuhannya cepat, melekat pada kulit atau jaringan di bawahnya, berdarah
dan ulseratif (Foster & Nash 2008).
Diagnosa tumor mammae dapat dikelirukan dengan beberapa
kelainan pada kelenjar mammae lainnya. Gejala yag sama ditemukan pada
Lipoma, tumor sel mast, Mammary hyperplasia dan Mastitis (Tilley &
Smith 2004).
Karena itu, perlu dilakukan biopsi dan pemeriksaan histopatologi jaringan untuk
identifikasi tumor (Foster &
Nash 2008).
Gambaran X-ray juga diperlukan untuk mengidentifikasi adanya
metastasis tumor di paru – paru, hati dan ginjal (Foster & Nash 2008). Metastasis tumor ke organ
lain dapat terjadi karena adanya koneksi limfatik diantara rangkaian kelenjar
mammae kanan dan kiri. Umumnya, kelenjar di daerah kranial (kelenjar
mammae 1, 2 dan 3) terdapat saluran menuju Limfonodus axillaris, sedangkan kelenjar di daerah kaudal
(kelenjar mammae 4 dan 5) menuju Limfonodus
inguinalis, dan diantara kelenjar tersebut terdapat saluran berbeda
menuju salah satu atau kedua limfonodus. Hubungan flexiform tersebut dapat membantu menjelaskan bagaimana
terjadinya metastasis limfatik tumor melalui pembuluh limfe menuju organ lain (Tilley &
Smith 2004).
Tumor kelenjar mammae tidak dapat bermetastasis ke kelenjar
mammae atau limfonodus yang berdekatan (kontralateral) melalui limfatik, karena
tidak ditemukan hubungan interkelenjar limfatik diantaranya. Kemungkinan
metastasis kontralateral dapat terjadi karena adanya pembuluh vena yang ada di
kedua kelenjar mammae tersebut. Metastasis tumor menuju paru-paru terjadi dalam
bentuk diffuse atau nodular metastasis. metastatik dapat
juga terjadi pada limfonodus regional, hati, limpa, otak dan tulang (Wypij et al. 2006).
Pilihan yang dapat dipertimbangkan untuk terapi tumor
kelenjar mammae pada anjing adalah pembedahan, khemoterapi, radiasi,
immunoterapi, terapi hormonal dan diet. Tindakan pembedahan dan
pengangkatan kelenjar mammae (mastectomy)
masih merupakan pilihan terapi terbaik (Mitsui 2007). Terdapat beberapa macam mastectomy, yaitu pengangkatan tumor tunggal (lumpectomy), pengangkatan kelenjar
mammae yang terkena tumor (mastectomy
sederhana), pengangkatan kelenjar mammae yang terkena beserta beberapa kelenjar
limfatik dan limfonodus (modifikasi mastectomy
radikal), dan pengangkatan semua rangkaian kelenjar mammae beserta limfonodus
yang berhubungan (mastectomy
radikal) (MVM 2006).
Perawatan hewan setelah pembedahan
perlu diperhatikan. Kelainan setelah pembedahan seperti perdarahan pada luka
bekas sayatan dapat dicegah dengan membuat balutan tekan. Perlu pula
dijaga agar luka bekas sayatan tidak terbuka kembali, luka harus tetap kering
dan aerasi yang cukup, kondisi lingkungan senyaman mungkin bagi pasien,
pemberian salep untuk mempercepat regenerasi jaringan dan antibiotik spektrum
luas untuk mencegah infeksi sekunder. Penggunaan Elizabeth
colar
dapat sangat membantu mencegah pasien menjilati bekas luka.
Selain terapi, tindakan yang dapat dilakukan untuk mereduksi
resiko terjadi atau berulangnya tumor kelenjar mammae pada anjing betina adalah
melalui ovariohisterektomi (OH). Anjing betina yang dimandulkan sebelum
siklus estrus pertama kali sangat jarang menderita tumor kelenjar mammae,
dimana resiko tumor malignant
kelenjar mammae hanya sebesar 0.05 %. Apabila pemendulan dilakukan
setelah siklus estrus pertama resiko tersebut adalah sebesar 8 %, dan jika
pemandulan dilakukan setelah siklus estrus kedua resiko kejadian adalah
sebesar 26 % (Foster & Nash
2008).
No comments:
Post a Comment