HORMON
FARMAKOLOGI
By: Cahyadi Putra
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.LATAR BELAKANG
Hormon merupakan zat yang dihasilkan oleh tubuh makhluk hidup. Peranannya pun sangat penting dalam kehidupan. Kadang kala individu dapat kekurangan suatu hormon - hormon yang seharusnya ada pada saat tersebut, namun karena sesuatu hal hormon menjadi kurang. Inilah pentingya farmakologi hormon. Dokter hewan dapat menyuntikkan hormon kedalam tubuh hewan, hormon yang tersedia adalah hormon sintetik dan hormon dari alam.
Saat ini penggunaan keseluruhan jenis hormon masih sangat jarang dilakukan di hewan. Namun pada manusia hampir semua jenis hormon telah dimanfaatkan dan digunakan. Hormon yang sering digunakan di kedokteran hewan adalah hormon yang berhubungan dengan kelahiran, karena dianggap suatu hewan adalah ternak dan harus dijaga sistim reproduksinya. Hal inilah yang menyebabkan hormon itu terbatas untuk digunakan.
Ada hormon yang dihasilkan oleh tumbuhan, dan ini sering dimanfaatkan sebagai hormon pembatu dalam masayarakat. Untuk itu kali ini kita harus mempelajari hormon tersebut, untuk lebeih mengenal bagaimana karakteristik dari setiap hormon menurut pandangan farmakologi.
1.2.RUMUSAN MASALAH
1.2.1. Apa sajakakah hormon yang penting bagi kedokteran hewan?
1.2.2. Bagaimanakah karakteristik, sifat, mekanisme kerja hormon seks?
1.2.3. Bagaimanakah farmakologi hormon prolaktin dan oksitoksin?
1.3.TUJUAN DAN MANFAAT
1.3.1. Untuk mempelajari karakteristik hormon seks
1.3.2. Untuk menambah wawasan farmakologi tentang hormon dan sediaannya
1.3.3. Mengenalkan pentingnya hormon bagi kedokteran hewan
1.3.4. Untuk meningkatkan pemahaman pihak – pihak yang berkepentingan (mahasiswa dan masyarakat) akan pentingnya hormon.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.DEFINISI DAN SUMBER HORMON
Hormon berasal dari bahasa Yunani yang berarti merangsang. Hormon yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin langsung disekresikan ke dalam darah karena tidak memiliki saluran sendiri. Sistem kerja hormon berdasarkan mekanisme umpan balik. Artinya, kekurangan atau kelebihan hormon tertentu dapat mempengaruhi produksi hormon yang lain. Hal ini disebut homeostasis, yang berarti seimbang.
Hormon adalah zat aktif yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin, yang masuk ke dalam peredaran darah untuk mempengaruhi jaringan target secara spesifik. Jaringan yang dipengaruhi umumnya terletak jauh dari empat hormon tersebut dihasilkan, misalnya hormon pemacu folikel (FSH, follicle stimimulati ormone ) yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisis anterior hanya merangsang jaringan tertentu di ovarium. Dalam hal hormon pertumbuahn lebih dari satu organ menjadi terget sebab hormon pertumbuahan mempengaruhi sebagai jenis jaringan dalam badan. Jaringan target suatu hormon sangat spesifik karena sel-selnya mempunyai reseptor untuk hormon tersebut.
Sumber hormon alami adalah ternak sapi, babi dan biri-biri. Tetapi beberapa hormon demikian khas sifatnya sehingga yang berasal dari binatang tidak efektif pada manusia misalnya hormon pertumbuahan, FSH dan LH (luteinizing hormone). Hormon yang berasal dari hewan dapat menimbulkan reaksi imunologis.
Saat ini uintuk menghasilkan hormon alami dipakai cara rekayasa genetika. Melalui rekayasa genetika, DNA mikroba dapat di arahkan untuk memproduksi rangkayan asam amino yang urutnya sesui hormon manusia yang diinginkan. Dengan cara ini dapat dibuat hormon alami dalam jumlah banyak dan dalam waktu singkat. Hormon hasil rekayasa genetika tidak menimbulkan reaksi imunologi karena sama dengan hormon manusia asli. cara ini sangat membantu pengadaan hormon yang dialam ini jumlahnya sangat sedikit misalnya hormon pertumbuhan.
2.2.HORMON GONADOTROPIN
2.2.1. Pengertian Gonad
Kelenjar kelamin disebut pula dengan gonad. Meskipun fungsi utamanya adalah memproduksi sel-sel kelamin, namun kelenjar kelamin juga memproduksi hormon. Kelenjar kelamin laki-laki terdapat pada testis, sementara kelenjar kelamin perempuan berada pada ovarium.
Gonad (hormon kelamin) merupakan kelenjar endokrin yang dipengaruhi oleh gonadotropin hormon (GtH) yang disekresikan kelenjar pituitari .Hipofisis mengsilkan 2 jenis gonadotropin yang mengatur fungsi alat reproduksi yaitu hormon pemacu folikel (FSH=folicle stimulating hormone dan LH= lutenizing hormone). Pada setiap spesies tertentu hipofisis penting selama kehamilan, sedangkan umumnya kehamilan dapat berjalan tanpa hipofisis.
Gonadotropin hipofisis adalah hormon glikoprotein (peptida) dan hanya efektif bila diberikan dalam bentuk suntikan. Kadar gonadotropin dalam urin dapat diukur radioimmunoasay, berdasarkan antibodi spesifik terhadap gugus yang membeda-bedakan dengan masing-masing hormon hipofisis.
Di dalam testis terdapat sel Leydig yang menghasilkan hormone testosteron atau androgen. Hormon testosteron sangat berpengaruh terhadap proses spermatogenesis (proses pembentukan sperma) dan pertumbuhan sekunder pada laki-laki. Pertumbuhan sekunder pada anak laki-laki ditandai dengan suara menjadi besar, bahu dan dada bertambah bidang, dan tumbuh rambut pada bagian tubuh tertentu misalnya kumis, janggut, cambang, ketiak, dan sekitar kemaluan.
Sementara itu, hormon estrogen dan progesteron disekresikan oleh ovarium. Estrogen dihasilkan oleh folikel de Graff dan dirangsang oleh hormon FSH. Hormon estrogen berfungsi saat pembentukan kelamin sekunder wanita, seperti bahu mulai berisi, tumbuhnya payudara, pinggul menjadi lebar, dan rambut mulai tumbuh di ketiak dan kemaluan. Di samping itu, hormon enstrogen juga membantu dalam pembentukan lapisan endometrium.
Bagi wanita, hormon progesteron berfungsi menjaga penebalan endometrium, menghambat produksi hormon FSH, dan memperlan-car produksi laktogen (susu). Hormon ini dihasilkan oleh korpus luteum dan dirangsang oleh LH.
FSH pada wanita menyebabkan perkembangan folikel primer menjadi folikel graaf. Di bawah pengaruh LH, folikel yang telah berkembang mensekresi estrogen dan progesteron. LH menyebabkan terjadinya ovulasi dan juga mempengaruhi korpus luteum untuk mensekresi estrogen dan progesteron. Proses terakhir dikenal sebagai aktivitas laktogenik, yang pada beberapa spesies berada dibawah pengaruh proklatin. Sedangkan FSH pada pria berfungsi menjamin terjadinya spermatogenesis, antara lain dengan mempertahankan fungsi tubulus seminiferus, LH merangsang sel leydig mensekresi testoteron.
2.2.2. Mekanisme Kerja Hormon Gonadotropin
Mekanisme kerja hormon tropik adenohipofisis misalnya hormon Gonadotropin (hormon kelamin) merupakan mekanisme kerja hormon pada taraf selular tergantung jenis hormonnya, mengikuti salah satu mekanisme berikut:
Hormon berinteraksi dengan reseptornya mengakibatkan perangsangan atau penghambatan mengubah kecepatan sintesis siklik AMP dari ATP ,selanjutnya siklik AMP berfungsi sebagai mediator intrasel untuk hormon tersebut dan seluruh sistem ini berfungsi sebagai suatu mekanisme spesifik sehingga efek spesifik suatu hormon dapat terjadi.
Siklik AMP mempengaruhi berbagai proses dalam sel,dan efek akhirnya bergantung dari kapasitas serta fungsi dari sel tersebut.siklik AMP menyebabkan aktivasi enzim-enzim protein kinase yang terlibat dalam proses fosforilasi pada sintesis protein dalam sel.siklik AMP mempengaruhi kecepatan proses ini.metabolisme siklik AMP menjadi 5,AMP dikatalisis oleh enzim fosfodiesterase yang spesifik.dengan demikian zat-zat yang menghambat enzim fosfodiesterase dapat menyebabkan timbulnya efek mirip hormon.
2.2.3. Hormon – Hormon Gonadotropin
a. Estrogen
Biosintesis dan Kimia
Estrogen disintesis dari kolesterol terutama di ovarium dan kelenjar lain, misalnya korteks adrenal, testis dan plasenta. Kemudian melalui beberapa reaksi enzimatik dalam biosintesis steroid terbentuklah hormon kelamin steroid. Biosintesis estrogen dipengaruhi oleh hormon pemacu folikel (FSH).
Estrogen dibentuk dari androstenedion maupun testosteron yang mempunyai 4 cincin siklik dengan 19 atom C. Terjadi hidroksilasi atom C19, kemudian gugus hidroksimetil yang terbentuk akan terlepas dari inti, dan terjadi aromatisasi cincin A untuk membentuk gugus hidroksi fenolik pada atomC3. Pada beberapa keadaan patologik, misalnya sindrom Stein-Leventahl dengan ovarium polisiklik, terjadi hambatan sintesis estrogen sehingga prekursornya yang berefek androgenik meningkat dan menyebabkan virilisasi.
Gambar 1. Struktur kimia estrogen
Estrogen endogen pada manusia terdiri dari estradiol, estriol dan estron. Sekresi estradiol paling banyak dan potensi estrogeniknya juga paling kuat. Oksidasi estradiol menjadi estron dan hidrasi estron menjadi estriol terutama terjadi di hepar. Ketiga jenis estrogen tersebut diekskresikan melalui urin dalam bentuk konyugasi dengan asam sulfat dab glukuronat.
Sumber estrogen lain ialah hewan genus Equus, misalnya kuda. Estrogen yang berasal dari kuda disebut ekuilin dan ekuilenin. Kuda hamil dapat memproduksi estrogen kira – kira 100 mg per hari.
Beberapa senyawa nonsteroid yang berasal dari tanaman, ternyata juga memperlihatkan aktivitas estrogenik, misalnya flavon, isoflavon, dan derivat kumestan. Dietilstibestrol, merupakan senyawa estrogen sintetik pertama, yang memiliki potensi estrogenik cukup kuat. Aktivitas dietilstibestrol cukup tinggi. Dengan mengadakan perubahan struktur kimia estrogen alami, didapat estrogen sintetik yang cukup aktif per oral. Salah satu derivat yang paling poten ialah etinilestradiol, dengan gugus asetilen pada atom C17. Jenis estrogen ini dan derivat metilnya, bersama – sama dengan derivat progestin banyak digunakan dalam pil kontrasepsi oral dan untuk mengatur siklus haid.
Indikasi
Selama kehamilan, diproduksi juga oleh plasenta. Berfungsi stimulasi pertumbuhan dan perkembangan (proliferasi) pada berbagai organ reproduksi wanita. Fungsi lainnya sebagai berikut :
· Pada uterus : menyebabkan proliferasi endometrium.
· Pada serviks : menyebabkan pelunakan serviks dan pengentalan lendir serviks.
· Pada vagina : menyebabkan proliferasi epitel vagina.
· Pada payudara : menstimulasi pertumbuhan payudara.
Juga mengatur distribusi lemak tubuh.
Pada tulang, estrogen juga menstimulasi osteoblas sehingga memicu pertumbuhan / regenerasi tulang. Pada wanita pascamenopause, untuk pencegahan tulang keropos / osteoporosis, dapat diberikan terapi hormon estrogen (sintetik) pengganti.
Beberapa indikasi dari estrogen, antara lain:
- Kontrasepsi. Estrogen sintetik paling banyak digunakan untuk kontrasepsi oral dalam kombinasi dengan progestin.
- Menopause. Pada usia sekitar 45 tahun umumnya fungsi ovarium menurun. Terapi pengganti estrogen dapat mengatasi keluhan akibat gangguan vasomotor, antara lain hot flushes, vaginitis atropikans dan mencegah osteoporosis.
- Vaginitis Senilis atau Atropikans. Radang pada vagina ini sering berhubungan dengan adanya infeksi kronik pada jaringan yang mengalami atrofi. Dalam hal ini, estrogen lebih berperan untuk mencegah daripada mengobati.
- Osteoporosis. Keadaan ini terjadi karena bertambahnya resorpsi tulang disertai berkurangnya pembentukan tulang. Pemberian estrogen dapat mencegah osteoporosis berkelanjuitan atau dapat pula diberikan estriol.
- Karsinoma Prostat. Karena estrogen menghambat sekresi androgen secara tidak langsung maka hormon ini digunakan sebagai terapi paliatif karsinoma prostat.
Farmakokinetik
Hampir semua sediaan estroen mudah diabsorbsi melalui saluran cerna, mukosa atau kulit utuh. Absorbsinya melalui kulit cukup baik sehingga sering memberikan efek sistemik. Hal ini antara lain terlihat sebagai ginekomastia pada pria yang mengolah estrogen di pabrik tanpa sarung tangan.
Kecepatan ekskresi melalui urin setelah estrogen diberikan oral atau IV hampir sama ; hal ini menunjukkan bahwa absorbsi per oral cepat dan lengkap. Estrogen hampir tidak larut dalam air. Sediaan parenteral dalam larutan minyak cepat diabsorbsi dan dimetabolisme, karena estrogen alam tidak efektif pada pemberian oral. Untuk mengatasi ini, maka estrogen diberikan dalam bentuk esterbenzoat, sipionat, enantat dan lain – lain. Sedian bentuk ester ini bersifat kurang polar dan akibatnya absorbsi lambat dan masa kerjanya lebih panjang. Masa kerja kerja estradiol benzoat sampai beberapa hari, sedangkan estradiol dipropionat dan sipionat 1 -2 minggu.
Nasib estrogen alami hampir sama dengan estrogen endogen. Dalam darah sebagian besar hormon terikat kuat dengan globulin pengikat hormon kelamin (sex hormon binding globulin, SHGB) sebagian lagi berikatan tidak kuat dengan albumin dan sebagian kecil terdapat dalam keadaan bebas. Inaktivasi terutama terjadi di hepar dan dari tempat ini akan diekskresikan ke empedu kemudian mengalami sirkulasi enteronepatik. Selama menjalani sirkulasi itu, hormon mengalami degradasi menjadi estriol dan estron untuk kemudian dikonyugasi dengan asam sulfat atau glukuronat dan akhirnya diekskresikan melalui ginjal.
Metabolisme estrogen sintetik agak berbeda. Etinilestrogen dan dietilstilbestrol yang aktif peroral, dimetabolisme di hepar dan dijaringan lain jauh lebih lambat daripada estrogen alami. Karena itu, estrogen sintetik masa kerjanya lebih panjang dan dapat diberikan satu kali sehar, sedangkan estrogen alami harus diberikan dua atau tiga kali sehari. Dalam urin, estrogen endogen ditemukan sebagai estradiol, estron dan estriol yang terkonyugasi dengan sulfata atau glukuronat.
Mekanisme Kerja
Reseptor estrogen berupa protein telah ditemukan di jaringan target yaitu seluruh reproduksi wanita, kelenjar mamae, hipofisis dan hipotalamus. Estrogen terikat dengan afinitas tinggi pada reseptor protein di sitoplasma. Setelah mengalami modifikasi, komplek reseptor estrogen ini kemudian ditranslokasi ke inti sel dan berikatan dengan kromatin. Ikatan ini memacu sintesis mRNA dan beberapa protein spesifik lainnya. Beberapa jam kemudian, terjadi sintesis RNA dan protein lebih banyak, dan pada tahap lebih lanjut terjadi stimulasi sintesis DNA.
Sintesis protein oleh dihambat oleh penghambat sintesis RNA (daktinomisin) atau penghambat sintesis protein (sikloheksimid). Penggunaan estrogen dengan reseptornya dihambat oleh obat golongan antiestrogen, misalnya klomifen datau tamosifen.
Efek samping
Efek samping yang sering timbul adalah mual dan muntah, yang mirip dengan keluhan pada kehamilan muda. Kadang – kadang disertai anoreksia dan pusing, yang biasanya hilang sendiri meskipun terapi diteruskan, bila sangat menggangu obat harus dihentikan. Keluhan tersubut biasanya timbul pada minggu I sampai minggu ke II pengobatan, ini sering terjadi pada terapi karsinoma atau penggunaan kontrasepsi oral. Frekuenzi timbulnya mual diduga sejajar dengan potensi estrogeninya, sehingga bebarapa sediaan lebih jarang menimbulkan mual daripada yang lannya. Efek samping lain berupa rasa penuh dan nyeri pada payudara, sedangkan udem yang disebabkan oleh retensi air dan natrium lebih sering terjadi pada penggunaan dosis besar.
b. Progesteron
Hormon ini diproduksi oleh korpus luteum. Progesterone mempertahankan ketebalan endometrium sehingga dapat menerima implantasi zygot. Kadar progesterone terus dipertahankan selama trimester awal kehamilan sampai plasenta dapat membentuk hormon HCG.
Progesteron (alami) diproduksi terutama di korpus luteum di ovarium, sebagian diproduksi di kelenjar adrenal, dan pada kehamilan juga diproduksi di plasenta. Progesteron menyebabkan terjadinya proses perubahan sekretorik (fase sekresi) pada endometrium uterus, yang mempersiapkan endometrium uterus berada pada keadaan yang optimal jika terjadi implantasi.
Gambar 2. Struktur kimia proesteron
Farmakokinetik
Progesteron dalam larutan minyak yang diberikan secara parenteral akan segera diabsorbsi dengan cepat, sehingga efek terapeutik optimalnya sukar didapat. Telah dibuktikan bahwa satu dosis yang terbagi dalam beberapa kali pemberian sehari lebih efektif daripada pemberian satu dosis tunggal sekaligus.
Progesteron yang diberikan per oral juga akan diabsorbsi dengan cepat dan mengalami sirkulasi enterohepatik. Inaktivasinya terjadi di hepar dan dalam siklus enterohepatik hormon ini akan mengalami perubahan yang cukup cepat sehingga pemberian oral kurang efektif dibandingkan pemberian parenteral. Derivat progestin mengalami nasib yang agak berbeda dengan progesteron endogen atau alami. Proses degradasinya berlansung lebih lambat, sehingga cukup diberikan dalam dosis tunggal.
Inaktivasi progesteron di hepar menghasilkan pregnanediol yang setelah dikonyugasi dengan asam glukuronat diekskresi melalui urin. Sebanyak 50% - 60% progesteron radioaktif yang diberikan akan ditemukan di urin dan kira – kira 10% dalam tinja. Pada keadaan normal, pregnanediol di urin merupakan 12 sampa1 15% dari progesteron yang dimetabolisme., jumlah ini akan meningkat sampai kira – kira 30% pada penggunaan progesteron jangka lama, pada fase luteal dan pada kehamilan.
Indikasi
Progesteron memiliki khasiat sebagai berikut:
- Kontrasepsi. Beberapa derivat progestin sering dikombinasikan dengan derivat estrogen untuk kontrasepsi oral.
- Disfungsi perdarahan rahim. Perdarahan rahim akibat gangguan keseimbangan estrogen dan progesteron tanpa ada kelainan organik antara lain perdarahan rahim fungsional. Untuk menghentikan perdarahan yang berlebihan dan pengaturan siklus hadi dapat diberikan progestin oral dosis besar.
- Nyeri haid. Pemberian kombinasi estrogen dengan progestin diindikasikan untuk nyeri haid yang tidak dapat diatasi dengan estrogen saja.
- Endometriosis. Penyebab nyeri hebat pada endometriosis belum jelas diketahui tapi dapat diberikan noretindron.
c. Gonadotropin Releasing Hormon
GNRH merupakan hormon yang diproduksi oleh hipotalamus diotak. GNRH akan merangsang pelepasan FSH (folikl stimulating hormone) di hipofisis. Bila kadar estrogen tinggi, maka estrogen akan memberikan umpanbalik ke hipotalamus sehingga kadar GNRH akan menjadi rendah, begitupun sebaliknya.
d. FSH (Folikel Stimulating Hormone) dan LH (Luteinizing Hormone)
Kedua hormon ini dinamakan gonadotropoin hormon yang diproduksi oleh hipofisis akibat rangsangan dari GNRH. FSH akan menyebabkan pematangan dari folikel. Dari folikel yang matang akan dikeluarkan ovum. Kemudian folikel ini akan menjadi korpus luteum dan dipertahankan untuk waktu tertentu oleh LH.
e. Androgen dan Testosteron
Androgen terpenting yang disekresikan oleh testis adalah testoteron. Jalur sintesis testoteron didalam testis mirip dengan yang telah digambarkan didalam ovarium dan adrenal.
Pada laki-laki, setiap hari dihasilkan sekitar 8 mg testoteron. Kira-kira 95 persen diproduksi oleh sel leydig dan hanya 5 persen olh adrenal. Testis juga mensekresikan dalam jumlah sedikit androgen kuat lainnya, dihidrotestoteron. Juga androstenedion dan dehidropiandrosteron, yang merupakan androgen lemah. Pregnenolon dan progesteron serta turunanya 17-hidrisilasi juga dilepaskan dalam jumlah kecil. Kadar testoteron dalam plasma pada laki-laki kira-kira 0,6 /dl setelah puberitas dan tidak tampak bervariasi secara bermakna sesuai umur.
f. Steroid Anabolik
Steroid anabolik adalah derivat testosteron yang secara relatif memiliki efek anabolik (membangun) yang lebih dibanding efek androgenik (maskulinasi). Kerjanya meningkatkan sintesis protein anabolik. Indikasinya adalah anemia refraktur, penyakit yang menyebabkan kekurusan (kanker, osteoporosis, luka bakar dan infeksi berat), katabolisme yang diinduksi oleh kortikosteroiddari terapi jangka panjang. Penyalahgunaan, kapasitas pembentukan otot dari steroid anabolik menyebabkan penyalahgunaan yang luas dikalangan atlet. Efek samping pada para pengguna ini lebih buruk daripada pasien dengan indikasi yang sesuai, karena hormon ini tidak boleh digunakan dengan dosis yang lebih tinggi dan periode yang lama.
2.2.4. Penghambat Gonadotropin
a. Antiestrogen
Antiestrogen adalah senyawa yang mampu meniadakan sebagian atau seluruh kerja dari estrogen. Adapun jenis antiestrogen meliputi:
- Klonifen
Klonifen suatu antiestrogen bersifat antagonis murni pada semua jaringan. Pada jaringan klonifen terikat pada ligand/ dinding tockhet akan menghambat aktifitas glikoprotein dari beberapa penelitian telah terbukti bahwa klonifen dapat meningkatkan amplitido sekresi LH dan FSH tanpa mempengaruhi sekresinya yang umumnya bersifat pulsatif. Ini menandakan bahwa klonifen bekerja pada hipofisis anterior untuk menghambat umpan balik terhadap sekresi gonadotropin. Karena preparat ini di indikasikan untuk infertilitas wanita. Pada pria pernah di gunakan juga tetapi, penggunaan klinik untuk infertilitas pria masih membutuhkan banyak uji klinik.
Pemberian klonifen sitrat oral akan segera di absorbsi pada saluran cerna, metabolismenya di hepar masa paruhnya panjang serkitar 5-7 hari. Dosis untuk infertilitas wanita adalah 1-2 kali 50 mg di mulai pada hari ke 5 perdarahan haid selama 7 hari. Efek samping yang sering timbul pada pemakaian jangka panjang kista ovarium, rasa kembung, mual, muntah, gangguan penglihatan, dan sakit kepala. Efek samping akan menghilang bila pemakaian di hentikan. Efek samping yang timbul pada pria yaitu mual, sakit kepala, gangguan penglihatan, dan gangguan tubulus seminiferus.
Mekanisme kerja Klomifen yaitu menyebabkan bertambahnya pembebasan hormon GnRH dengan mempengaruhi umpan balik estrogen pada hipotalamus dan hipofisis akibat blokade reseptor sehingga LH/FSH yang dibutuhkan untuk menstimulasi pematangan ovarium tinggi terus. Nama dagang: Profertil, Provula, Ofertil,dll.
- Tamoksifen
Preparat ini merupakan golongan trifeniletilen yang berasal dari inti stilden seperti dietil stilbestrol. Tamoksifen berefek anti – estogenik di kelenjar mamae dan agonis estrogen ditulan dan endometrium. Tamoksifen mengantagonis estrogen di reseptor jaringan. Pada wanita premenopause yang sehat dapat menurunkan kadar prolaktin mungkin karena meniadakan efek hambatan estrogen terhadap prolaktin di hipofisis.
Di klinik di gunakan sebagai terapi ajupan kanker mamae stadiuym awal atau lanjut. Efek samping antara lain mual, trombosis, dan dapat meningkatkan resiko kanker endometrium.
Tamoksifen berpengaruh pada Pertumbuhan payudara normal dirangsang oleh estrogen,sehingga pada kanker payudara. Peningkatan/penurunan estrogen dapat memicu terjadinya kanker payudara. Mekanisme kerja Tamoksifen (Obat Antiestrogen) adalah bersaing untuk mengikat reseptor estrogen dan digunakan untuk pengobatan kanker payudara yang telah lanjut pada wanita pasca menopause, Indikasi : pengobatan kanker payudara.
- Raloksifen
Raloksifen merupakan hormon nonsteroid yang bekerja sebagai agonis dan antagonis. Variasi efek ini di duga karena adanya variasi reseptor estrogen dan jumlahnya di jaringan yang berbeda bersifat antagonis estrogen di jaringan uterus dan kelenjar mamae karena adanya rantai samping. Efek samping penggunaan obat ini, gangguan saluran cerna, hipersensifitas, dan gangguan reaksi kulit.
b. Antiprogestin
Fungsi progestin adalah dalam perkembangan sekresi endometrium, sehingga dapat menampung implantasi embrio yang baru terbentuk. Dan fungsi untuk mengurangi kontraksi. Macam-macam antiprogestin;
- Miferiston
Miferiston adalah salah satu obat antiprogesti (antagonis progestin) dengan aktivitas agonis parsial. Kegunaan miferiston untuk kontrasepsi sebulan sekali selama fase pertengahan luteal siklus haid jika progesteron normal tinggi. Dan digunakan pada abortus tidak lengkap sehingga jika diberikan pada awal kehamilan menyebabkan abortus.
Selain itu efek samping miferiston adalah perdarahan uterus dan abortus tak lengkap sehingga diberikan misoprostol oral setelah pemberian dosis tunggal oral mifepriston, efektif mengakhiri kehamilan.
Mekanisme kerja Miferiston adalah memblokir reseptor progestin sehingga progestin tidak dapat melaksanakan fungsinya dalam perkembangan endometrium dan mengurangi kontraksi uterus. Jadi Miferiston dapat menghambat perkambangan endometrium dan meningkatkan kontraksi uterus.
c. Antiandrogen
Antiandrogen menghambat kerja hormonal laki-Laki dengan mempengaruhi sintesa androgen atau menghambat reseptornya.misalnya, pada dosis tinggi, antifungal, ketokonazol menghambat beberapa enzim sitokrom P-450 yang terlibat dalam sintesa steroid. Finasterid sepeti steroid yang baru2 ini disetujui untuk pengobatan hipertrofi prostat jinak (BPH) menghambat 5-α-reduktase mengakibatkan pegurangan ukuran prostat. Selain itu siproteron untuk pengobatan hirsutisme pada perempuan dan flutamid untuk karsinoma prostat pada pria.
2.3.HORMON OKSITOKSIN
Oksitosin adalah suatu hormon yang diproduksi di hipotalamus dan diangkut lewat aliran aksoplasmik ke hipofisis posterior yang jika mendapatkan stimulasi yang tepat hormon ini akan dilepas kedalam darah. Hormon ini di beri nama oksitosin berdasarkan efek fisiologisnya yakni percepatan proses kelahiran dengan merangsang kontraksi otot polos uterus. Peranan fisiologik lain yang dimiliki oleh hormon ini adalah meningkatkan ejeksi air sus dari kelenjar mammae.
Gambar 3. Contoh Oksitoksin yang dijual dipasaran
Impuls neural yang terbentuk dari perangsangan papilla mammae merupakan stimulus primer bagi pelepasan oksitosin sedangkan distensi vagina dan uterus merupakan stimulus sekunder. Estrogen akan merangsang produksi oksitosin sedangkan progesterone sebaliknya akan menghambat produksi oksitosin. Selain di hipotalamus, oksitosin juga disintesis di kelenjar gonad, plasenta dan uterus mulai sejak kehamilan 32 minggu dan seterusnya. Konsentrasi oksitosin dan juga aktivitas uterus akan meningkat pada malam hari.
Pelepasan oksitosin endogenus ditingkatkan oleh:
a. Kelahiran
b. Stimulasi serviks, vagina dan payudara
c. Estrogen yang beredar dalam darah
d. Peningkatan osmolalitas/konsentrasi plasma
e. Volume cairan yang rendah dalam sirkulasi darah
Pelepasan oksitosin disupresi oleh:
a. Alkohol
b. Relaksin
c. Penurunan osmolalitas/konsentrasi plasma
d. Volume cairan yang tinggi dalam sirkulasi darah
2.3.1. Mekanisme Kerja
Pada otot polos uterus. Mekanisme kerja dari oksitosin belum diketahui pasti, hormon ini akan menyebabkan kontraksi otot polos uterus sehingga digunakan dalam dosis farmakologik untuk menginduksi kelahiran. Sebelum anak lahir pada proses kelahiran yang timbul spontan ternyata rahim sangat peka terhadap oksitosin. Dengan dosis beberapa miliunit permenit intra vena, rahim yang hamil sudah berkontraksi demikian kuat sehingga seakan-akan dapat membunuh janin yang ada didalamnya atau merobek rahim itu sendiri atau kedua-duanya.
Kehamilan akan berlangsung dengan jumlah hari yang sudah ditentukan untuk masing-masing spesies tetapi faktor yang menyebabkan berakhirnya suatu kehamilan masih belum diketahui. Pengaruh hormonal memang dicurigai tetapi masih belum terbukti. Estrogen dan progesterone merupakan factor yang dicurigai mengingat kedua hormon ini mempengaruhi kontraktilitas uterus. Juga terdapat bukti bahwa katekolamin turut terlibat dalam proses induksi kelahiran.
Karena oksitosin merangsang kontraktilitas uterus maka hormon ini digunakan untuk memperlancar kelahiran, tetapi tidak akan memulai kelahiran kecuali kehamilan sudah aterm. Didalam uterus terdapat reseptor oksitosin 100 kali lebih banyak pada kehamilan aterm dibandingkan dengan kehamilan awal. Jumlah estrogen yang meningkat pada kehamilan aterm dapat memperbesar jumlah reseptor oksitosin. Begitu proses kelahiran dimulai serviks akan berdilatasi sehinga memulai refleks neural yang menstimulasi pelepasan oksitosin dan kontraksi uterus selanjutnya. Faktor mekanik seperti jumlah regangan atau gaya yang terjadi pada otot, mungkin merupakan hal penting.
Pada kelenjar mammae . Fungsi fisiologik lain yang kemungkinan besar dimiliki oleh oksitosin adalah merangsang kontraksi sel mioepitel yang mengelilingi mammae, fungsi fisiologik ini meningkatkan gerakan air susu kedalam duktus alveolaris dan memungkinkan terjadinya ejeksi air susu.
Reseptor membran untuk oksitosin ditemukan baik dalam jaringan uterus maupun mammae. Jumlah reseptor ini bertambah oleh pengaruh estrogen dan berkurang oleh pengaruh progesterone. Kenaikan kadar estrogen yang terjadi bersamaan dengan penurunan kadar progester6n dan terlihat sesaat sebelum kelahiran mungkin bisa menjelaskan awal laktasi sebelum kelahiran. Derivat progesterone lazim digunakan untuk menghambat laktasi postpartum pada manusia.
Pada ginjal. ADH dan oksitosin disekresikan secara terpisah kedalam darah bersama neurofisinnya. Kedua hormon ini beredar dalam bentuk tak terikat dengan protein dan mempunyai waktu paruh plasma yang sangat pendek yaitu berkisar 2-4 menit. Oksitosin mempunyai struktur kimia yang sangat mirip dengan Vasopresin/ADH, sebagaimana diperlihatkan dibawah ini:
Cys-Tyr-Phe-Gln-Asn- Cys-Pro-Arg-Gly-NH2 : Arginin Vasopresin
Cys-Tyr-Phe-Gln-Asn- Cys-Pro-Lys -Gly-NH2 : Lisin Vasopresin
Cys-Tyr-Lie-Gln-Asn- Cys-Pro-Arg-Gly-NH2 : Oksitosin
Masing-masing hormon ini merupakan senyawa nono apeptida yang mengandung molekul sistein pada posisi 1 dan 6 yang dihubungkan oleh jembatan S—S. Sebagian besar binatang menpunyai Arginin Vasopresin, meskipun demikian hormon pada babi dan spesies lain yang terkait, mempunyai lisin yang tersubtitusi pada posisi 8. Karena kemiripan structural yang erat tersebut tidaklah mengherankan kalau oksitosin dan ADH masing-masing memperlihatkan sebagian efek yang sama/tumpang tindih.
Salah satu efek penting yang tidak diingini pada oksitosin adalah anti diuresis yang terutama disebabkan oleh reabsorbsi air. Abdul Karim dan Assali (1961) menunjukan dengan jelas bahwa pada wanita hamil maupun tidak hamil oksitosin mempunyai aktivitas anti diuresis. Pada wanita yang mengalami diuresis sebagai akibat pemberian air, apabila diberikan infus dengan 20 miliunit oksitosin permenit, biasnya akan mengakibatkan produksi air seni menurun. Kalau dosis ditingkatkan menjadi 40 miliunit permenit, produksi air seni sangat menurun. Dengan dosis yang sama apabila diberikan dalam cairan dekstorse tanpa elektrolit dalam volume yang besar akan dapat menimbulkan intoksikasi air. Pada umunnya kalau pemberian oksitosin dalam dosis yang relatif tinggi dalam jangka waktu yang agak lama maka lebih baik meningkatkan konsentrasi hormon ini dari pada menambah jumlah cairan dengan konsentrasi hormon yang rendah . Efek anti diuresis pemberian oksitosin intravena hilang dalam waktu beberapa menit setelah infus dihentikan. Pemberian oksitosin im dengan dosis 5-10 unit tiap 15-30 menit juga menimbulkan anti diuresis tetapi kemungkinan keracunan air tidak terlalu besar karena tidak desertakan pemberian cairan tanpa elektrolit dalam jumlah besar. Oksitosin dan hormon ADH memiliki rumus bangun yang sangat mirip , hal ini akan menjelaskan mengapa fungsi kedua hormon ini saling tumpang tindih. Peptida ini terutama dimetabolisme dihati, sekalipun eksresi adrenal ADH menyebabkan hilangnya sebagian hormon ini dengan jumlah yang bermakna dari dalam darah.
Gugus kimia yang penting bagi kerja oksitosin mencakup gugus amino primer pada sistein dengan ujung terminal –amino: gugus fenolik pada tirosin ; gugus tiga carboksiamida pada aspa-ragin, glutamin serta glisinamida; dan ikatan disulfida (s----s). Delesi atau subtitusi gugus ini pernah menghasilkan sejumlah analog oksitosin. Sebagai contoh penghapusan gugus amino primer bebas pada belahan terminal residu sistein menghasilkan desamino oksitosin yang memiliki aktivitas anti diuretika empat hingga lima kali lebih kuat dari pada aktivitas anti diuretika hormon oksitosin.
Pada pembuluh darah . Oksitosin bekerja pada reseptor hormon antidiuretik (ADH) untuk menyebabkan penurunan tekanan darah khususnya diastolik karena vasodilatasi. Secher dan kawan-kawan (1978) selalu mendapatkan adanya penurunan tekanan darah arterial sesaat namun cukup nyata apabila pada wanita sehat diberikan 10 unit bolus oksitosin secara intravena kemudian segera diikuti kenaikan kardiak autput yang cepat. Mereka juga menyimpulkan bahwa perubahan henodinamik ini dapat membahayakan induk bila sebelumnya sudah terjadi hipovolemi atau mereka yang mempunyai penyakit jantung yang membatasi kardiak autput atau yang mengalami komplikasi adanya hubungan pintas dari kanan kekiri. Dengan demikian maka oksitosin sebaiknya tidak diberikan secara intravena dalam bentuk bolus, melainkan dalam larutan yang lebih encer, dalam bentuk infus atau diberikan suntikan intramuskular.
2.3.2. Oksitoksin Sintetik
Sekresi oksitosin endogenus tidak disupresi oleh mekanisme umpan balik negatif, ini berarti bahwa oksitosin sintetis tidak akan mensupresi pelepasan oksitosin endogenus. Oksitosin dapat diberikan intramuskular, intravena, sublingual maupun intranasal. Pemakaian pompa infus dianjurkan untuk pemberian oksitosin lewat intravena. Oksitosin bekerja satu menit setelah pemberian intravena, peningkatan kontraksi uterus dimulai segera setelah pemberian . Waktu paruh oksitosin diperkirakan berkisar 1-20 menit bahkan apabila oksitosin diberikan itravena maka waktu paruhnya sangat pendek yaitu diperkirakan 3 menit. Data terakhir menyebutkan sekitar 15 menit. Oksitosin akan dieliminasi dalam waktu 30-40 menit setelah pemberian
2.3.3. Efek Samping
Bila oksitosin sintetik diberikan, kerja fisiologis hormon ini akan meningkat sehingga dapat timbul efek samping yang berbahaya, efek samping tersebut dapat dikelompokkan menjadi:
a. Stimulasi berlebih pada uterus
b. Konstriksi pembuluh darah tali pusat
c. Kerja anti diuretika
d. Kerja pada pembuluh darah ( dilatasi )
e. Mual
f. Reaksi hipersensitif
2.3.4. Farmakokinetik
Oksitoksin memberikan hasil yang baik pada pemberian parenteral. Pemberian oksitoksin intranasal, meskipun kurang efisien namun lebih disukai daripada parenteral. Oksitoksin diabsorbsi dengan cepat pada mukosa mulut dan bukal, sehingga memungkinkan oksitoksin diberikan sebagai tablet hisap. Cara pemberian nasal atau tablet hisap dicadangkan untuk penggunaan pascapersalinan. Selama kehamilan, kadar aminopeptidase dalam plasma (oksitosinase atau sistil aminopeptidase) meningkat puluhan kali dan menurun setelah kelahiran. Enzim ini menginaktifkan oksitoksin dan ADH melalui pemecahan ikatan peptida. Diduga sumber oksitosinase adalah plasenta. Waktu paruh oksitoksin sangat singkat anatara 12 – 17 menit. Penurunan kadar palsma sebagian besar diakibatkan ekskresi oleh hati dan ginjal.
Peneraan Hayati. Ekstrak posterior tidak ditera kekuatannya sebagai oksitoksik, tetapi kekuatan vasodepresornya. Peneraan ini umumnya dilakukan pada unggas. Hasilnya sejalan dengan kekuatan sebagai oksitosik. Aktivitas ekstrak hipofisis dan oksitoksin sintetik dinyataka dalam USP. Satu unit setara dengan 2 ug hormon murni.
2.3.5. Sediaan
Suntikan oksitosin (pitocin) berisi 10 unit USP/ml, dapat diberikan IM atau IV. Semua sediaan yang beredar adalah sediaan sintetik. Sediaan alam sudah ditinggalkan karena secara komersial tidak menguntungkan. Oksitoksin juga terdapat dalam bentuk semprot hidung berisi 40 unit USP/ml. Disamping itu berupa sublingual yang berisi 200 unit USP/tablet.
2.4.HORMON PROLAKTIN
Adalah hormon yang dikeluarkan oleh kelenjar pituitary atau kelenjar hipofisis bagian interior (depan). Hormon ini ada pada jantan dan betina. Prolaktin banyak terdapat pada hewan yang sedang menyusui, karena ia adalah hormon penting yang merangsang kelenjar susu untuk memproduksi susu, sehingga pada saat diperlukan siap berfungsi. Hormone ini juga diproduksi oleh plasenta.
Kadar normal hormon prolaktin di dalam darah sekitar 5-10 ng/mL. Sekresi hormon prolaktin meningkat pada masa hamil, stres fisik dan mental, keadaan hipoglikemia dan pemberian estrogen dosis tinggi. Selain itu, prolaktin dianggap sebagai salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam terjadinya tumor mamae.
Pada wanita hormon ini bekerja lebih dominan setelah melahirkan, dimana fungsinya adalah merangsang kelenjar-kelenjar air susu pada payudara agar memproduksi air susu bagi anak. Dengan adanya aktivitas menyusui dari anak ini maka hormon prolaktin akan ikut bekerja dengan sempurna, selain itu dengan tingginya hormon prolaktin pada masa menyusui, hormon ini juga bekerja menghambat terjadinya siklus menstruasi selama menyusui, sehingga induk yang secara aktif menyusui bayinya akan mendapat kembali menstruasi agak lama, sekitar 6 bulan sampai 1 tahun.
Kelenjar pituitary adalah suatu struktur yang terletak dasar otak. Pada kebanyakan vertebrata, kelenjar ini terdiri atas tiga lobus: anterior, intermediet dan posterior. Lobus intermediet terdapat dalam kelenjar pituitari bayi tetapi pada orang dewasa hanya merupakan sisa (vestige).
Meskipun kecil ukuranya, kelenjar pituitari memegang peranan penting dalam koordinasi kimia tubuh. Sering disebut ”nahkoda” (master gland), karena banyak sekresinya mengontrol kelenjar endokrin lainnya.
Sejumlah penelitian telah dilakukan mengenai kelenjar pituitari. Beberapa hormon dihasilkan dari lobus anterior, salah satunya yaitu hormon prolaktin.
· Sel Somatotropic
Sel somatotropic yang menyusun 35-45% dari seluruh sel pituitari, ditemukan dalam jumlah besar pada sisi/bagian anterior pituitari.
· Sel lactotropic
Sel lactotropic lebih sedikit jumlahnya dibandingkan somatotropic. Kedua sel ini bisa di identifikasi dari eritrosin atau carmosin-nya. Pada bagian Prolactin adenoma, granula sekretori bervariasi dari 150 hingga 700 nm dengan bentuk bulat atau oval. Pada pituitari normal, sel laktotropic umumnya bekembang menjadi sel somaotropic. Peningkatan ukuran pituitari yang terjadi selama kehamilan berkaitan dengan proliferasi dari laktotropic sel.
2.4.1. Struktur Prolaktin
Hormon pertumbuhan, prolaktin dan placental laktogen merupakan anggota dr hormon polipeptida yang signifikan dengan sekuen asam amino yang homolog. Struktur prolaktin pada manusia terdiri atas rantai tunggal asam amino dengan ikatan di sulfida (S-S). Pada asam amino terminal, terdiri atas 199 asam amino. Dengan penambahan ikatan disulfida pada asam amino ke tiga antara Cys-4 dan Cys-11.
Pada dasarnya struktur prolaktin hampir mirip dengan struktur hormon pertumbuhan dan placental laktogen. Karena ketiganya dihasilkan dari prekursor yang sama. Pada manusia dan tikus, sepanjang cDNA dari mRNA sekuen homolog ketiga hormon tersebut hampir sama persis.
Gambar 4. Struktur hormon prolaktin
2.4.2. Reseptor
Reseptor prolaktin terdapat pada jaringan-jaringan antara lain:
- Kelenjar glandula mamae normal
- Mammary tumor
- Liver
- Pancreas
- Ginjal
- Adrenal
- Placenta
- Ovary: sel granulosa dan corpus luteum
- Testis: sel leydig
- Epididimis
- Seminal vesikel
- Prostat
- Lymphosit
- Choroid plexus
- Hypotalamus
Struktur reseptor
Reseptor prolaktin merupakan glikoprotein. Dari hasil kloning dan sekuensing cDNA-nya diketahui bahwa reseptor prolaktin monomerik, dan terentang melewati membran. Bagian ekstra selular terdiri atas 5 sistein dan 3 potensial Asn sites. Pada manusia ukuran reseptor prolaktin sama dengan reseptor hormon pertumbuhan.
Regulasi jumlah reseptor
Regulasi reseptor prolaktin kebanyakan diteliti di bagian liver. Diketahui bahwa hal ini berkaitan dengan peningkatan pubersitas dan juga selama kehamilan dan laktasi. Konsentrasi sirkulasi dan faktor periferal dari hormon sex juga berperan penting sebagai regulator. Reseptor dapat menaikkan atau menurunkan fungsi regulasi tergantung dari interaksi hormon dan reseptor.
2.4.3. Mekanisme Kerja Prolaktin
Pada organ glandula mamae, prolaktin secara spesifik menstimulasi sintesis DNA dan proliferasi sel epitel, dan juga sintesis protein susu (casein, lactalbumin), asam lemak bebas, dan laktosa. Prolaktin secara spesifik menstimulasi laju transkripsi gen protein susu sehingga menyebabkan stabilisasi produksi mesengger RNA. Efek prolaktin pada sintesis DNA dan produksi kasein pada jaringan mammary in vitro digambarkan pada grafik berikut:
Gambar 5. Efek prolaktin pada sintesis DNA dan produksi casein
Efek prolaktin pada beberapa organ:
Organ | Efek |
Glandula mamae | · Sintesis DNA · Proliferasi sel · Sintesis protein susu · Sintesis FFA · Sintesis laktosa |
Tumor mammary | Prolaktin-induced protein |
Ovary Corpus Luteum: | Maintenance atau regresi |
limfosit | Immunostimulasi |
Ovary dan testis | Steroid biosintesis |
liver | Sintesis RNA Stimulasi dekarboksilasi ornitin |
Ginjal, amnion, choroid plexus | Osmoregulasi |
Tabel 1. Efek prolaktin pada organ
2.4.4. Fungsi Prolaktin
Fungsi prolaktin pada pemulaian laktasi
Walaupun estrogen dan progesteron penting bagi perkembangan fisik payudara selama kehamilan, kedua hormon ini juga mempunyai efek khusus untuk menghambat sekresi susu sebenarnya. Di pihak lain hormon prolaktin mempunyai efek yang tepat berlawanan, meningkatkan sekresi air susu. Hormon ini disekresikan oleh glandula pituitaria induk dan konsentrasinya dalam darah induk terus meningkat sejak minggu kelima kehamilan sampai kelahiran bayi, saat ini meningkat ke kadar sangat tinggi, biasanya sepuluh kali dari kadar tidak hamil dan normal. Disamping itu plasenta mensekresikan banyak somatotropin korionik manusia, yang juga mempunyai sifat laktogenik ringan, jadi menyokong prolaktin dari pituitaria induk. Bahkan hanya beberapa mililiter cairan disekresikan tiap hari sampai bayi lahir. Cairan ini dinamakan kolostrum. Kolostrum pada hakekatnya mengandung protein dan laktosa yang sama jumlahnya seperti susu, tetapi hampir tidak mengandung lemak, dan kecepatan maksimum pembentukannya sekitar 1/100 kecepatan pembentukan susu selanjutnya.
Tidak adanya laktasi selama kehamilan disebabkan efek penekanan progesteron dan estrogen, yang disekresikan dalam jumlah sangat besar selama plasenta masih dalam uterus dan yang benar-benar mengurangi efek laktogenik prolaktin dan somatomamotropin korionik manusia. Akan tetapi, segera setelah bayi dilahirkan, hilangnya estrogen dan progesteron yang disekresi plasenta secara mendadak sekarang memungkinkan efek laktogenik prolaktin dari kelenjar hipofisis induk mengambil peranan alamiahnya dan dalam dua atau tiga hari kelenjar mammae mulai menyekresikan susu dalam jumlah besar sebagai ganti kolostrum.
Setelah kelahiran bayi, kadar basal sekresi prolaktin kembali ke kadar sebelum hamil dalam beberapa minggu berikutnya. Setiap induk menyusukan bayinya isyarat syaraf dari putting susu ke hipotalamus menyebabkan gelora sekresi prolaktin hampir sepuluh kali lipat yang berlangsung sekitar satu jam. Sebaliknya prolaktin bekerja atas payudara untuk menyiapkan susu bagi periode pnyusuan berikutnya. Bila gelora prolaktin ini tak ada, jika ia dihambat sebagai akibat kerusakan hipotalamus atau hipofisis, atau jika penyusuan tidak kontinyu maka payudara kehilangan kesanggupannya untuk menghasilkan susu dalam beberapa hari. Tetapi produksi susu dapat kontinyu selama beberapa tahun jika anak mengisap secara kontinyu, tetapi normalnya kecepatan pembentukan susu sangat menurun dalam tujuh sampai sembilan bulan.
Reflek peghasilan susu atau reflek prolaktin
Ketika prolaktin dihasilkan oleh bagian anterior kelenjar pituitari, akan menyebabkan sel alveoli menghasilkan susu. Ketika bayi menghisap susu, ujung syaraf puting terangsang, dan impuls kemudian dihantarkan ke syaraf otak, kemudian kelenjar pituitari mengeluarkan prolaktin ke dalam darah, sehingga prolaktin menyebabkan dihasilkannya susu oleh sel alveoli. Inilah yang disebut reflek penghasilan susu atau reflek prolaktin. Secara garis besar diilustrasikan pada gambar berikut:
Efek Prolaktin pada hewan jantan dan non mamalia
Prolaktin juga disekresikan oleh laki-laki yang diduga mempengaruhi alat kelamin dengan berbagai cara. Pada hewan percobaan jantan, prolaktin meningkatkan perkembangan kelanjar kelamin pelengkap ( misalnya kelenjar proatat dan kantung mani) dan sekresi testosteron.
Prolaktin terdapat pada semua vertebrata. Tentu saja, hormon tersebut tidak merangsang produksi susu pada hewan non mamalia tapi memicu berbagai macam kagiatan maternal yang tepat bagi spesies khusus. Misalnya pada beberapa burung, prolaktin merangsang sifat mengeram, yaitu suatu kecenderugan duduk di sarang. Pada suatu spesies salamander, hormon prolaktin merangsang hewan tersebut kembali ke air untuk meletakkan dan membuahi telur telurnya.
2.4.5. Pengaturan
Pengaturan sekresi prolaktin berada dibawah pengaruh hipotalamus, uniknya faktor penghambat (Prolactin Releasing Inhibitoring Hormon , PRIH) lebih berperan dari pada faktor perangsang (Prolactin Releasing Factor, PRF). Diduga penghambatan tersebut diperentarai oleh zat dopaminergik. Belum jelas apakah faktor penghambat prolaktin tersebut dopamin sendiri atau zat lain.
Obat yang dapat mempengaruhi kadar prolaktin dalam darah ialah resepien, haloperidol, imipramin, klorpromazin, dan amitriptilin yang sebian merupakan antagonis dopamin. Peningkatan kadar prolaktin oleh obat ini dapat disertai galaktose, sedangkan derivat ergot dan I-dopa menghambat sekresi prolaktin.
Kadar normal prolaktin dalam darah 5 – 10 ng/ml, pada pria sedikit lebih rendah. Kadarnya meningkat pada masa hamil dan mencapai puncak pada saat partus (200ng/ml), juga pada stres fisik dan mental hipoglikemia dan fluktuasi kadar estrogen.
Prolaktin diduga merupakan salah satu faktor yang berperan dalam terjadinya tumor mamae. Pada tikus pemberian prolaktin meningkatkan insiden tumor mamae, tetapi kadar prolaktin tidak meningkat pada penderita tumor mamae. Agaknya hormon ini hanya berperan sebagai faktor pembantu yang memudahkan terjadinya tumor.
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Hormon adalah zat aktif yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin, yang masuk ke dalam peredaran darah untuk mempengaruhi jaringan target secara spesifik. Hormon gonadotropin meliputi estrogen, progesteron, androgen, FSH, LH, GNRH, testosteron dan Steroid anabolik adalah hormon yang sering digunakan dan penting bagi pertumbuhan dan perkembangan sistem reproduksi hewan.
Selain itu, hormon prolaktin yang disekresikan oleh kelenjar hipofise anterior adalah hormon yang sangat dibutuhkan untuk hewan yang sedang menyusui. Oksitoksin berperan dalam proses kelahiran dan sering digunakan dalam proses kelahiran yang tidak berjalan dengan lancar.
Disamping itu ada hormon penghambat dari hormon gonadotropin yang berfungsi untuk meniadakan fungsi dari gonadotropin. Ini digunakan saat hormon gonad di dalam tubuh terlampau banyak dan menimbulkan efek yang tidak diinginkan. Hormon tersebut adalah antiestrogen, antiprogestin dan antiandrogen yang setiap hormon memiliki fungsi spesifik.
3.2. SARAN
Meskipun hormon memiliki peran yang penting, namun harus dibarengi dengan penggunaan yang tepat. Karena hormon juga dapat menimbulkan efek sampin yang tidak diinginkan jika dosis terapi yang diberikan berlebihan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous. 2009. Hormon Prolaktin. http://rc84.wordpress.com/2009/12/13/hormon-prolaktin/feed/. Diakses 14 Desember 2011
Anonimous. 2010. Estrogen dan Progesteron. http://medicastore.com/apotik_online/hormon/hormon.htm. Diakses 23 November 2011.
Azrianti, Eka dan Triman Jr. 2008. Hamil ; Mau Melahirkan ? Oksitosin Pelancar Kehamilan. www. trimanjuniarso.files.wordpress.com/2008/02/hamil.doc. Diakses 14 Desember 2011.
Ganiswarna, Sulistia G, dkk. 1995. Farmakologi dan Terapi Edisi 4. Fakultas Kedokteran UI. Jakarta.
Husada, Dian. 2011. Hormon Prolaktin. http://farmakologi-dianhusada.blogspot.com/2011/11/fungsi-hormon-prolaktin-1.html. Diakses 14 Desember 2011.
Pronohartono, Tjiptardjo. 2011. Semua Tentang Hormon. http://www.majalahinfovet.com/2007/10/semua-tentang-hormon.html. Diakses 23 November 2011
Rahmadania, W. 2011. Farmakologi “Hormon dan Penghambat Gonad”. http://dhanwaode.wordpress.com/tag/makalah-askep/. Diakses 23 November 2011
Olson, James. 2004. Belajar mudah Farmakologi. Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta.
Wikipedia. 2011. Oksitosin. http://id.wikipedia.org/wiki/Oksitosin. Diakses 14 Desember 2011.
Yusnita. 2010. Hormon Prolaktin. http://kumpulan-farmasi.blogspot.com/2010/11/hormon-prolaktin.html. Diakses 14 Desember 2011.
No comments:
Post a Comment