Daftar

Diagnosis Klinik Pada Anjing

Pemeriksaan Anjing;
Umum
Setelah dilakukan sinyalemen/registrasi dan anamnesa maka selanjutnya dilakukan pemeriksaan umum yang meliputi;
Inspeksi dan adspeksi diantaranya melihat, membau, dan mendengarkan tanpa alat bantu. Usahakan agar hewan tenang dan tidak menaruh curiga kepada pemeriksa. Lakukan inspeksi dari jauh dan dekat terhadap pasien secara menyeluruh dari segala arah serta perhatikan keadaan sekitarnya. Perhatikan ekspresi muka, kondisi tubuh, pernafasan, keadaan abdomen, posisi berdiri, keadaan lubang alami, aksi dan suara (Boddie. 1962).
Pulsus dan nafas diperiksa pada bagian arteri femoralis yaitu sebelah medial femur. Nafas diperiksa dengan menghitung frekuensi dan memperhatikan kualitasnya dengan melihat kembang-kempisnya daerah thoraco-abdominal dan menempelkan telapak tangan di depan cuping bagian hidung (Boddie. 1962).
Selaput lendir.
Conjunctiva. Diperiksa dengan cara menekan dan menggeser sedikit saja kelopak mata bawah. Conjunctiva kedua mata harus diperiksa, sehingga keabnormalitasan tertuju sebagai local disease dinilai dan tidak dirancukan dengan gejala klinik umum. Penampakan conjunctiva noramal berbeda- beda pada tiap hewan. Pada kuda berwarna pink pucat, pada sapid an domba warnanya lebih pucat daripada milik kuda, pada babi adalah warna kemerahan, pada kucing tampak pucat. Variasi warna pada hewan yang berbeda ini sebaiknya dihafalkan. Membrane mukosa yang tampak Anemi (warna pucat) dan lembek merupakan indikasi anemia. Intensitas warna conjunctiva dapat menunjukkan kondisi peradangan akut seperti enteritis, encephalonitis dan kongesti pulmo akut. Cyanosis (warna abu- abu kebiruan) dikarenakan kekurangan oksigen dalam darah, kasusnya berhubungsn dengan pulmo atau system respirasi. Jaundice (warna kuning) karena terdapatnya pigmen bilirubin yang menandakan terdapatnya gangguan pada hepar. Hiperemi (warna pink terang) adanya hemoragi petechial maenyebabkan hemoragi purpura dan ingusan pada kuda atau septisemia hemoragi pada ternak (Boddie. 1962).
Mukosa Hidung. Pemeriksaan yang dilkukan adalah dengan melihat apakah terdapat kepucatan, leleran, perubahan warna, petechiasi atau ulserasi. Perubahan ini penting untuk identifikasi conjunctiva. Ulserasi pada mukosa hidung adalah karakteristik gejala klinik ingusan pada kuda (Boddie. 1962).
Mulut. Pemeriksaan mulut dengan cara inspeksi membrane mukosa dan jaringan lain di dalam mulut, palpasi lidah dengan paksaan dan deteksi abnormalitas sepeti trismus. Diperiksa apakah ada iritasi local seperti ulserasi, vesikel, penyakit pada lidah, pipi atau rahang atau trauma langsung pada mulut. Ulserasi mungkin dikarenakan gigi yang sudah tidak berfungsi, pada anjing dapat terjadi pada toksemia yang dikarenakan nephritis akut, infeksi lepstospira, dan defisiensi vitamin akut (Boddie. 1962).
Mata. Penampakan mata normal sehat adalah jernih dan basah. Penampakan mata yang tidak normal dapat menandakan adanya dehidrasi pada jaringan tubuh. Adanya lesi pada kornea, seperti keratitis dan corneal opacity, kemungkinan merupakan luka yang bersifat local, tetapi lesi dapat terjadi juga merupakan gejala klinik dari penyakit yang spesifik seperti canine distemper, dan lain-lain. Respon pada mata dapat dengan menggunakan cahaya dari penlight, jika cahaya didekatkan pada mata maka aka nada reaksi dari pupil yaitu pupil akan berdilatasi, namun jika tidak terdapat reaksi apa- apa berarti kemungkinan adanya gangguan pada system saraf pusat dan berakibat pada system refleknya (Boddie. 1962).

Sistemik
Sistem Pencernaan
Berikan pakan/minum untuk melihat nafsu makan dan minum. Perhatikan juga keadaan abdomen dan bandingkan sebelah kanan dan kiri. Amati mulut, dubur, kulit sekitar dubur dan kaki belakang. Terus perhatikan cara defekasi dan amati tinjanya.
Mulut, Pharynx, dan Oesophagus; Buka mulut anjing dengan menekan bibir kebawah gigi atau ke dalam mulut, kemudian lakukan inspeksi. Bila perlu, tekan lidah dengan spatel agar dapat dilakukan inspeksi dengan leluasa. Pada anjing yang galak, rahang dapat ditali dengan kain lalu rahang atas ditarik ke atas dan rahang bawah ditarik kebawah. Perhatikan bau, mulut, selaput lendir mulut, pharynx, lidah, gusi, dan gigi-geligih. Perhatikan kemungkinan adnaya lesi, benda asing, perubahan warna, dan anomali lainnya. Perhatikan pula limfoglandula regional dan kelenjar ludah. Palpasi oesophagus dari luar sebelah kiri dan raba pharynx dari luar. Bila perlu, dilakukan pemeriksaan radiologi dengan sebelumnya memasukkan ke dalam oesopahgus bahan tak tembus sinar rontgen, misalnya bubur atau barium sulfat (Boddie. 1962).
Abdomen; Lakukan inspeksi keadaan abdomen bagian kiri dan kanan, palpasi daerah abdomen secara menyeluruh dengan menekan ujung jari tangan kiri dan kanan dari dua sisi perut sampai kedua ujung jari bersentuhan atau hanya dibatasi oleh benda atau organ di dalam perut. Perhatikan isi abdomen yang teraba. Lakukan auskultasi dari sebelah kanan ke kiri untuk mengetahui peristaltik usus. Lakukan eksplorasi dengan jari kelingking (pakailah sarung tangan dari karet atau plastik yang diberi pelicin). Perhatikan kemungkinan adanya rasa nyeri pada anus atau rektum, adanya benda asing atau tinja yang keras. Ambil feses untuk pemeriksaan laboratorium, apabila terjadi konstipasi lakukan pemberian enema dengan memesukkan kedalam rectum ¼ -1 ml glyserin atau air sabun hangat 5-30 ml, kemudian ajak anjing ke halaman supaya leluasa bergerak dan buang air, perhatikan pula warna dan konsistensi tinjanya. Periksalah anus dan pencetlah anus dari dua sisi dengan jari tangan yang dilapisi dengan kapas perhatikan kemungkinan adanya cairan yang keluar (Boddie. 1962).

Sistem Pernafasan
Perhatikan adanya aksi-aksi atau pengeluaran seperti batuk, bersin hick-up, perhatikan frekuensi dan amati tipe nafasnya.
Hidung; Perhatikan keadaan hidung dan leleran yang keluar, raba suhu lokal dengan menempelkan jari tangan pada dinding luar hidung. Letakkan kapas di depan hidung kemudian liat reaksi kapasnya. Lakukan perkusi pada daerah sinus frontalis dan perhatikan suaranya.
Pharynx, Larinx, Trakea; Lakukan palpasi dari luar, perhatikan reaksi dan suhunya, perhatikan pula limfoglaandula regional terutama limfoglandula submaxillaris, suprapharyngealis, dan parapharyngealis, perhatikan suhu, konsistensi, dan besarnya, banding kan anatara limfoglandula kanan dan kiri.
Rongga dada; Tentukan daerah perkusi atau auskultasi paru-paru dan gambar di atas kertas dengan meletakkan garis batas depan sejajar vertikal, daerah kanan di sebelah kiri dan darah kiri di sebelah kanan ke atas, lakukan auskultasi dan perhatikan hasilnya, bandingkan dengan hasil auskultasi dengan trakea. Lukakan perkusi digital dengan membaringkan anjing pada alas yang kompak, perhatikan suara perkusi yang di hasilkan. Lakukan palpasi pada intercostae. Perhatikan adanya rasa nyeri pada pleura dan edeme subcutis. Pada anjing dan hewan kecil dapat dilakukan pemeriksaan radiologis (Boddie. 1962).

Sistem Sirkulasi
Perhatikan adanya kelainan alat peredaran darah seperti anemia, sianosis, edema atau ascites, pulsus venosus, kelainan pada denyut nadi, dan sikap atau langkah hewan. Periksa frekuensi, irama dan kualitas pulsus atau nadi, kerjakan pemeriksaan secara inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi pada daerah jantung (sebelah kiri). Perhatikan adanya pulsasi di daerah vena jugularis dengan memeriksa pada 1/3 bawah leher, perhatikan kemungkinan adanya pulsus. Periksalah keadaan pembuluh darah perifer dengan pemeriksaan selaput lendir dan mukosa (Boddie. 1962).

Sistem Limphatica
Lakukan inspeksi kemungkinan adanya kebengkakan limfoglandula. Limfoglandula yang dapat dipalpasi pada anjing yaitu; lgl. submaxillaris, lgl. parotidea, lgl. retropharyngealis, lgl. cervicalis anterior, lgl. cervicalis medius, lgl. cervicalis caudalis, lgl. prescapularis, lgl. axillaris (dapat teraba jika kaki diabduksikan), lgl. inguinalis, lgl. superficialis (pada betina disebut lgl. supramammaria), lgl. poplitea, lgl. mesenterialis. Lakukan palpasi di daerah lgl, perhatikan reaksi, panas, besar dan konsistensinya serta simetrinya kanan dan kiri (Boddie. 1962).

Sistem Lokomotor
Perhtikan posisi, cara berdiri dan berjalan hewan. Perisalah musculi dengan membandingkan ekstremitas kanan dan kiri. Serta melakukan palpasi. Perhatikan pula suhu, kontur, adanya rasa nyeri dan pengerasan. Pemeriksaan tulang seperti musculi diperhatikan bentuk, panjang dan keadaan. Coba gerak-gerakkan apakah ada rasa nyeri atau mungkin ada krepitasi (pada fraktur). Pemeriksaan radiologi bila perlu. Persendian diperiksa dengan cara inspeksi cara berjalan dan keadaan persendian, lakukan palpasi apakah ada penebalan, cairan (pada kantong synovial ataukah pada vagina tendinea). Gerak-gerakkan, perhatikan adanya rasa nyeri, atau kekakuan persendian (Boddie. 1962).

Organ Uropoetica
Perhatikan sikap pada waktu kencing. Amati air seni (kemih) yang keluar, perhatikan warnanya, baunya dan adanya anomali (darah, jonjot, kekeruhan dan lain sebagainya).
Ginjal anjing dilakukan palpasi pada daerah lumbal, cari ginjal. Pada kucing dipalpasi dengan rongga perut, ginjal kucing menggantung seperti kue bakpia atau mainan yoyo. Perhatikan reaksi, besar, konsistensi dan simetrinya.
Vesica urinaria; palpasi rongga perut pada waktu isi, kosongkan dengan kateter, palpasi pada keadaan kosong dari kemih, raba kemungkinan adanya benda asing (batu, tumbuh ganda) atau adanya pembengkakan/penebalan dinding vesica urinaria.

Kateterisasi/pengambilan urin; ambil kateter sesuai dengan kelamin dan besar hewan. Kateter dimasukkan secara legeartis (kateter steril, dengan lubricant yang steril, tidak megiritasi dan mengandung antiseptika).
Pemeriksaan urin; pemeriksaan fisik, perhatikan air kemih yang telah di tamping, perhatikan warna, kekentalan, adanya benda-benda yang mencurigakan dan bau. Pemeriksaan laboratorium, minimal harus dilakukan pemeriksaan protein, pH, dan endapan, bila perlu ambil darahnya untuk pemeriksaaan urea (BUN; blood urea nitrogen) dan kreatinin (Boddie. 1962).

Sistem Syaraf
Syaraf pusat
  1. N. olfactorius (pembau). Pada anjing dan kucing dengan cara mendekatkan ikan, daging dan lain sebagainya yang merangsang syaraf pembau tanpa mendengar atau melihat.
  2. N. opticus (penglihatan). Gerakkan jari telunjuk di muka matanya, perhatikan apakah hewan mengikuti gerakan telunjuk, dan perhatikan reaksi pupil.
  3. N. oculomotorius, N. trochlearis, N. abducens. Perhatikan pergerakan palpebrae atas, dan gerakan bola mata serta pupil. Untuk pemeriksaan pupil tutup salah satu mata, buka cepat dan perhatikan reaksinya terhadap sinar.
  4. N. trigeminus untuk sensorik, mototrik, dan sekretorik. Lakukan rangsangan dan perhatikan reaksinya pada otot-otot daerah kepala dan mata, perhatikan saliva dan lakrimasi. Perhatikan adanya hyperaesthesi, paralisa dan adanya sekresi yang berlebihan atau berkurang, perhatikan cara mastikasi juga.
  5. N. facialis (wajah). Perhatikan kontur m. facialis, apakah lumpuh bilateral atau muka/bibir menggantung sebelah pada kelumpuhan unilateral.
  6. N. auditorius (pendengaran/keseimbangan). Perhatikan apakah hewan miring sebelah, sempoyongan, dan panggil namanya. Pada telinga pakai lampu (penlight) atau otoscope, periksa adanya radang, cairan, kotoran, dan pertumbuhan abnormal.
  7. N. glossopharingeal. Pada anjing buka mulut rangsang bagian belakang pharynx. Pada hewan besar perhatikan cara menelan.
  8. N. vagus (organ dalam) untuk sensorik dan motorik, pada jantung kerjanya inhibitor.
  9. N. spinal accessories. Perhatikan scapulae, pada paralisa unilateral salah satu scapulae menggantung (kelumpuhan syaraf yang menginervasi m. trapezius/m. sternocephalicus).
  10. N. hypoglossus. Perhatikan lidah apakah menjulur keluar (paralisa bilateral) atau menjulur ke salah satu mulut (paralisa unilateral) (Boddie. 1962).
Syaraf Perifer
Perhatikan aktifitas otot, stimulasi dengan meraba, memijit, menusuk, mencubit dengan jari atau arteri klem atau pinset chirurgis.
Reflex superficial; Conjungtiva (untuk serabut sensorik dari cabang ophthalmic dan cabang maxillaries syaraf cranial V). Cornea (untuk serabut sensorik dari cabang ophthalmic dan maxillaris cabang syaraf cranial V). Pupil (N. opticus: sensorik, N. oculomotorius: motorik). Perineal (N. spinalis) sentuh perineum, perhatikan reaksinya. Pedal (arcus reflex): sentuh, pijit, pinset (cubit) telapak kaki/interdigiti, perhatikan reaksi menarik pada kaki.
Reflex profundal; patella, pada hewan kecil dilakukan dalam keadaan berbaring, pukul pada ligamentum patellae mediale. Bila reflex bagus m. quardriseps femoris akan berkontraksi mendadak/menendang. Tarsal, lakukan perkusi pada tendo achilles, bila refleksnya bagus maka m. gastrocnemius akan berkontraksi (tampak menendang).
Reflex organic; menelan (koordinasi neuromuscular di daearah pharynx dan oesophagus, gangguan mekanisme ini terjadi pada tetanus, keracunan strichnin, tetani, paralyse N. XII dan N. X). respirasi (pusat reflex di medulla oblongata, otak, medulla spinalis daerah thorax). Defekasi (syaraf yang menginervasi spincter ani) (Boddie. 1962).


Tranquillezers
Disebut juga ataraktika atau anxiolitika khususnya obat benzo relaksasi otot, khususnya menakan SSP (sistem saraf pusat) dengan khasiat sedatif dan hipnotis. Tranquillezers juga dapat digunakan sebagai premedika: yakni obat-obatan yang diberikan sebelum anastesi. Sebagai efek sedative (obat yang menenangkan hewan tanpa menyebabkan tidur) menyebabkan hewan kurang responsif terhadap lingkungan dari luar karena aktivitas motorik mulai berkurang pada dosis besar dapat menyebabkan hipnose (tidur, namun bila dibangunkan akan cepat bangun). Pada umumnya diberikan pada semua jenis hewan (Rock., 2007).

Klasifikasi TRanquillezer

a. Mayor transquillezer: digunakan untuk transportasi hewan karena menimbulkan efek menenangkan.
  • golongan phenotiazine: klorpromazine, promazin, prometazin
  • golongan butyrophenon: haloperodrol, droperidrol
  • golongan alkaloid : reserpin, zylasin
b. Minor transquillezer: digunakan sebagai pengendali kerisauan dan histeria. Contoh :
  • benzodiazepam
  • medobromad
Kedua macam obat ini menyebabkan sedasi, hewan acuh, kurang responsive, dan terjadi pengurangan aktivitas lokomotor.
Kloropromazine merupakan senyawa yang mempunyai spektrum kerja yang amat luas yaitu bekerja menekan sistem SSP dan anti-psikotik, di samping itu juga anti-emetik lokal anastesi, pemblok ganglion, antikolinergik, adrenolitik dan anti histamine, senyawa ini juga menggangu pengaturan panas dengan mempengaruhi pusat panas (Rock., 2007).



DAFTAR PUSTAKA

Anonim., 2009. http://books.google.co.id/books?id=driJ1awa180C&pg=PA1&lpg=PA1&dq=dog+handling+and+restraint&source=bl&ots=bC5OBK4rQH&sig=yTJGkYOu3beqxAy33hFUrPZ3OKs&hl=id&ei=dfAbSu6LC4-PkAWc-HU&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=10#PRA1-PT1,M1. 26/5/2009. 9:00:33 PM

Rock., A. 2007. Veterinary Pharmakologi. London: Elsecler

Boddie., G.F. 1962. Diagnostic Methods in Veterinary Medicine. Philadelphia: J.B. Lippincott Company.

No comments:

Post a Comment

Budayakan Berkomentar Atau Bertanya
Silahkan Komentar Di Sini.
Tidak Perlu Mangetik Kata Captcha