Daftar

FRAKTUR KOMPLIT


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG
Fraktur adalah terputusnya keutuhan tulang, umumnya akibat trauma. Patah tulang tertutup adalah patah tulang dimana tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar.  Menurut Hardiyani (1998), fraktur dapat diklasifikasikan  berdasarkan luas dan garis fraktur yaitu:
  1. Fraktur komplit adalah patah tuang yang menyebabkan tulang terbagi menjadi dua segmen dan biasanya disertai dengan displasia dari fragmen tersebut dan biasanya garis patah melalui seluruh penampang tulang atau melalui kedua korteks tulang.
  2.  Fraktur tidak komplit adalah fraktur yang biasa terjadi pada hewan muda dan biasanya tulang  masih menyambung dan tidak terjadi perpindahan tulang, biasanya garis patah tidak melalui seluruh garis penampang tulang.
Fratur dapat terjadi kapan saja dan dimana saja tanpa disengaja. Fraktur paling sering disebabkan oleh trauma. Hantaman yang keras akibat kecelakaan yang mengenai tulang akan mengakibatkan tulang menjadi patah dan fragmen tulang tidak beraturan atau terjadi discontinuitas pada tulang tersebut.
            Penyebab fraktur berupa trauma yang merupakan penyebab utama terjadinya fraktur, misalnya kecelakaan, tabrakan, jatuh. Penyebab yang lainnya adalah fraktur akibat perputaran, kompresi.

1.2. RUMUSAN MASALAH
a.       Apa itu farktur komplit dan apa saja jenisnya?
b.      Bagaimana cara mendiagnosa fraktur komplit?
c.       Apa saja manifestasi klinis fraktur komplit?
d.      Bagaimana cara penanganan fraktur?

1.3. TUJUAN DAN MANFAAT
a.       Untuk megetahui pengertian dan tipe fraktur komplit
b.      Untuk mengetahui cara mendiagnosa, gejala klinis hingga penanganan fraktur komplit.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. PENGERTIAN DAN JENIS FRAKTUR
Fraktur adalah terputusnya keutuhan tulang, umumnya akibat trauma. Patah tulang tertutup adalah patah tulang dimana tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar. Pendapat lain menyatakan bahwa patah tulang tertutup adalah suatu fraktur yang bersih (karena kulit masih utuh atau tidak robek)  tanpa komplikasi (Handerson, M. A, 1992).

Klasifikasi fraktur :
Menurut Hardiyani (1998), fraktur dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1.      Berdasarkan tempat (Fraktur humerus, tibia, clavicula, dan cruris dst).
2.      Berdasarkan luas dan garis fraktur terdiri dari :
a.       Fraktur komplit (garis patah melalui seluruh penampang tulang atau melalui kedua korteks tulang).
b.      Fraktur tidak komplit (bila garis patah tidak melalui seluruh garis penampang tulang).
3.      Berdasarkan bentuk dan jumlah garis patah :
a.        Fraktur kominit (garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan).
b.      Fraktur segmental (garis patah lebih dari satu tapi tidak berhubungan).
c.       Fraktur Multipel ( garis patah lebih dari satu tapi pada tulang yang berlainan tempatnya, misalnya fraktur humerus, fraktur femur dan sebagainya).
4.      Berdasarkan posisi fragmen :
a.       Undisplaced (tidak bergeser)/garis patah komplit tetapi kedua fragmen tidak bergeser.
b.      Displaced (bergeser) / terjadi pergeseran fragmen fraktur
5.      Berdasarkan hubungan fraktur dengan dunia luar :
a.       Tertutup
b.      Terbuka (adanya perlukaan dikulit).
6.      Berdasar bentuk garis fraktur dan hubungan dengan mekanisme trauma
a.       Garis patah melintang.
b.      Oblik / miring.
c.       Spiral / melingkari tulang.
d.      Kompresi
e.       Avulsi / trauma tarikan atau insersi otot pada insersinya. Missal pada patela.
7.      Berdasarkan kedudukan tulangnya :
a.       Tidak adanya dislokasi.
b.      Adanya dislokasi
8.      Berdasarkan mekanisme terjadinya fraktur :
a.       Tipe Ekstensi, Trauma terjadi ketika siku dalam posisi hiperekstensi, lengan bawah dalam posisi supinasi.
b.      Tipe Fleksi, Trauma terjadi ketika siku dalam posisi fleksi, sedang lengan dalam posisi pronasi. (Mansjoer, Arif, et al, 2000)

2.2. PENGERTIAN DAN JENIS FRAKTUR KOMPLIT
            Fraktur Komplit yaitu adanya pemisahan sempurna kesinambungan tulang dimana garis patahan bisa tunggal/single atau bisa multiple (ebih dari satu) misalnya pada comminuted farcture.
            Fraktur yang garis patahannya single ada beberapa macam berdasarkan atas arah garis patahannya misalnya :
a.       Fraktur transversal yaitu fraktur yang lurus seberang tulang.
b.      Fraktur miring / oblique fracture, patah yang secara diagonal melintasi tulang.
c.       Fraktur spiral/spiral fracture, bila fraktur mengitari/melingkari sekitar tulang
d.      Fraktur longitudinal, fraktur yang membujur  dengan salah  satu memanjang disepanjang tulang

Berdasarkan atas pemisahan tulang/displacement, fraktur komplit dibagi atas :
a.       Impacted fracture misalnya sering pada  acetabulum, Impacted fraktur adalah dampak dari fraktur di mana salah satu fragmen tegas didorong ke yang lain.
b.      Distracted fracture misalnya terjadi pada olecranon.
c.       Compression fracture misalnya terjadi pada frakture vertebrae. Fraktur kompresion adalah yang disebabkan oleh kompresi.
d.      Depression fracture misalnya pada fraktur thorak. Fraktur depresition adalah  fraktur tengkorak di mana fragmen yang tertekan







 























Gambar 1. Jenis Fraktur

Beberapa jenis fraktur spesifik lainnya seperti :
a.       Stress fractures: fraktur stres berukuran kecil dan hasil dari kekuatan berulang (misalnya, dari penggunaan berlebihan), seringkali terjadi di metatarsal diikuti oleh tibia dan fibula. Gejala terjadi secara bertahap, nyeri intermiten yang memburuk karena menopang berat badan dan akhirnya menjadi konstan. Kadang-kadang terjadi pembengkakan.
Pengujian dapat mendeteksi nyeri tulang yang dilokalisir. X-rays yang dilakukan tetapi mungkin tidak memperlihatkan fraktur pada awalnya. Dengan demikian, banyak fraktur seperti diperlakukan berdasarkan dugaan, dan x-ray sederhana diulang 2 sampai 3 minggu kemudian ketika callus dapat terlihat. Terapi imobilisasi, elevasi, dan analgesik. CT atau MRI jarang diperlukan.
b.      Growth plate fractures : Tulang tumbuh sebagai jaringan ditambahkan proksimal oleh epifisis harddisk (lempeng pertumbuhan), yang berbatasan dengan metafisis proksimal dan epiphysis distal (lihat Gambar 4:. Fraktur, Dislokasi, dan Terkilir: disk epifisis {lempeng pertumbuhan} ). Usia di mana lempeng pertumbuhan menutup dan pertumbuhan tulang berhenti bervariasi oleh tulang, tetapi lempeng pertumbuhan ditutup oleh semua tulang sebelum hewan dewasa.
Gambar 2:. Fraktur, Dislokasi, dan Terkilir

Lempeng pertumbuhan adalah bagian paling rapuh dari tulang dan dengan demikian biasanya struktur pertama terganggu dimana tekanan diterapkan. Fraktur lempeng pertumbuhan diklasifikasikan oleh sistem Salter-Harris (lihat Gambar 2:. Fraktur, Dislokasi, dan Terkilir:. Salter-Harris klasifikasi epifisis harddisk (lempeng pertumbuhan) fraktur Gambar). Gangguan pertumbuhan tulang umumnya dengan tipe III, IV, dan V tapi jarang dengan tipe I dan II.
Gambar 3. Gangguan pertumbuhan tulang

Growth plate fracture yang diduga pada anak hewan dengan nyeri lokal selama lempeng pertumbuhan. Patah tulang ini menyebabkan nyeri melingkar dan dengan demikian dapat secara klinis dibedakan dengan memar. Pada jenis fraktur I dan V, x-ray mungkin tampak normal. Jika demikian, patah tulang ini kadang-kadang dapat dibedakan satu sama lain oleh cedera mekanisme-misalnya, distraksi (pemisahan dalam sumbu memanjang) vs kompresi.
c.       Subcapital fractures, mungkin akibat dari cedera tunggal tetapi seringkali disebabkan tekanan berulang atau kekuatan minimal, mengakibatkan mengalami cedera tulang kaki kecil atau besar. Penurunan setelah fraktur awal dapat memperburuk atau menggantikan fraktur. Pasien dengan fraktur kecil mungkin rawat jalan dan hanya nyeri ringan. Namun, pasien tersebut mungkin tidak dapat melenturkan seluruh ekstremitas bawah melawan resistansi dengan lutut diperluas. Rotasi pinggul pasif dengan lutut tertekuk memperburuk rasa sakit, membantu untuk membedakan patah tulang pinggul dari gangguan ekstra-artikular seperti bursitis trokanterika. Fraktur Besar cenderung membatasi gerak pinggul lebih, memperpendek kaki, dan menyebabkan kaki berputar eksternal. Pemindahan predisposisi osteonekrosis kepala femoral dan fraktur nonunion.
X-rays kadang-kadang normal bila patah tulang kecil atau terkena dampak atau bila osteoporosis parah. Jika patah tulang masih dicurigai, MRI dilakukan, jika MRI tidak tersedia atau kontraindikasi, CT dilakukan. Jika pasien diharapkan untuk melanjutkan berjalan dan tidak memiliki kontraindikasi untuk bedah, pengobatan biasanya bedah perbaikan (biasanya ORIF-lihat Gambar 6:. Fraktur, Dislokasi, dan Terkilir:. Pengurangan Terbuka dengan fiksasi internal (ORIF) Angka) dan ambulasi dini.
Gambar 4. Penanganan Fraktur  os femur

2.3. DIAGNOSIS
Berdasarkan gejala klinis anamnesa pemeriksaan fisik, pengukuran panjang kaki harus dilakukan untuk memperoleh diagnosa yang akurat
Laboratorium :
Pada fraktur test laboratorium yang perlu diketahui : Hb, hematokrit sering rendah akibat perdarahan, laju endap darah (LED) meningkat bila kerusakan jaringan lunak sangat luas. Pada masa penyembuhan Ca dan P meengikat di dalam darah.

Radiologi :
X-Ray dapat dilihat gambaran fraktur, deformitas dan metalikment. Venogram/anterogram menggambarkan arus vascularisasi. CT scan untuk mendeteksi struktur fraktur yang kompleks.


2.4. MANIFESTASI KLINIS
a.       Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang   diimobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.
b.      Deformitas dapat disebabkan pergeseran fragmen pada fraktur lengan dan eksremitas. Deformitas dapat di ketahui dengan membandingkan dengan ekstremitas normal. Ekstremitas tidak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi  normal otot bergantung pada integritas tulang tempat melengketnya obat.
c.       Pemendekan tulang, karena kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah  tempat fraktur. Fragmen sering saling melingkupi satu sama lain sampai 2,5 sampai 5,5 cm
d.      Krepitasi yaitu pada saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang. Krepitasi yang teraba akibat gesekan antar fragmen satu dengan lainnya.
e.       Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini baru terjadi setelah beberapa jam atau beberapa hari setelah cedera.

2.4. PENANGANAN
Bila sebuah tulang patah, maka jaringan lunak sekitarnya juga rusak, periosteum terpisah dari tulang dan terjadi perdarahan yang cukup berat. Bekuan darah terbentuk pada daerah tersebut. Bekuan akan membentuk jaringan granulasi, dimana sel-sel pembentuk tulang premitif (osteogenik) berdeferensiasi menjadi kondroblas dan osteoblas. Kondroblas akan mensekresi fosfat yang akan merangsang deposisi kalsium. Terbentuk lapisan tebal (kalus disekitar lokasi fraktur. Lapisan ini terus menebal dan meluas, bertemu dengan lapian kalus dari fragmen yang satunya dan menyatu. Fusi dari kedua fragmen terus berlanjut dengan terbentuknya trabekula oleh osteoblas, yang melekat pada tulang dan meluas menyebrangi lokasi fraktur.Persatuan (union) tulang provisional ini akan menjalani
Transformasi metaplastikuntuk menjadi lebih kuat dan lebih terorganisasi. Kalus tulang akan mengalami re-modelling dimana osteoblas akan membentuk tulang baru sementara osteoklas akan menyingkirkan bagian yanng rusak sehingga akhirnya akan terbentuk tulang yang menyerupai keadaan tulang aslinya




Prinsip penanganan fraktur ada 4, yaitu: rekognisi, reduksi, retensi dan rehabilitasi.
1.      Rekognisi, mengenal jenis fraktur, lokasi dan keadaan secara umum; riwayat kecelakaan, parah tidaknya luka, diskripsi kejadian oleh pasien, menentukan kemungkinan tulang yang patah dan adanya krepitus.
2.       Reduksi, mengembalikan fragmen tulang ke posisi anatomis normal untuk mencegah jaringan lunak kehilangan elastisitasnya akibat infiltrasi karena edema dan perdarahan. Reduksi ada 3 (tiga), yaitu:
a.       Reduksi tertutup (close reduction), dengan cara manual/ manipulasi, dengan tarikan untuk menggerakan fragmen tulang/ mengembalikan fragmen tulang ke posisinya (ujung-ujungnya saling berhubungan)
b.      Traksi, digunakan untuk mendapatkan efek reduksi dan imobilisasi, dimana beratnya traksi di sesuaikan dengan spasme otot. Sinar X digunakan untuk memantau reduksi fraktur dan aproksimasi fragmen tulang
c.       Reduksi terbuka, dengan memasang alat untuk mempertahankan pergerakan, yaitu fiksasi internal (kawat, sekrup, plat, nail dan batang dan implant logam) dan fiksasi ekterna (pembalutan, gips, bidai, traksi kontinue, pin dan tehnik gips
3.      Reposisi, setelah fraktur di reduksi, fragmen tulang harus di imobilisasi atau dipertahankan dalam posisi penyatuan yang tepat. Imobilisasi dapat dilakukan dengan cara fiksasi internal dan eksternal.
4.      Rehabilitasi, mempertahankan dan mengembalikan fungsi tulang secara sempurna, dengan cara:
ü  Mempertahankan reduksi dan imobilisasi
ü  Meninggikan ekstremitas untuk meminimalkan pembengkakan
ü  Memantau status neorovaskular
ü  Mengontrol kecemasan dan nyeri
ü  Latihan isometrik dan setting otot
ü  Berpartisipasi dalam aktivitas hidup sehari-hari
ü  Kembali keaktivitas secara bertahap







BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Secara umum fraktur komplit dibagi berdasarkan arah garis patahannya yaitu transversal, longitudinal, spinal dan oblique. Sedangkan berdsarkan Berdasarkan atas pemisahan tulang/displacement, fraktur komplit dibagi atas : Impacted fracture, Distracted fracture, Copression fracture dan Depression fracture.
            Untuk manifestasinya berupa nyeri, deformitas tulang, pemendekan tulang, krepitasi, pembengkakan dan perubahan warna disekitar kulit bagian tulang yang patah. Untuk mendiagnosa menggunakan tes Lab berupa : Laju endapan darah  dan hematokrit serta kadar P dan Ca yang tinggi ketika penyembuhan. Melihat fraktur dengan X ray dan CT scan. Prinsip penanganan fraktur ada 4, yaitu: rekognisi, reduksi, retensi dan rehabilitasi


DAFTAR PUSTAKA

Fubini, S and Norm.D. 2004. Farm Animal Surgery. Elsevier. USA
Koesharjono.C. 2010. Fraktur pada anjing dan kucing. http://veterinaryclinic-drhkoes.blogspot.com/p/pincang-pada-anjing-dan-kucing.html Diakses Mei 2013
Nugraha, P. 2010. Fraktur/patah tulang. http://blog.priyanta.com/. Diakses Mei 2013.
Mosby's Medical Dictionary.2009. Medical Dictionary 8th Edition. Elseiver. http://www.thefreedictionary.com/impacted+fracture Diakses Mei 2013.
WiseGreek.2003. What Is an Impacted Fracture. http://www.wisegeek.com/what-is-the-treatment-for-an-impacted-fracture.htm. Diakses Mei 2013.


No comments:

Post a Comment

Budayakan Berkomentar Atau Bertanya
Silahkan Komentar Di Sini.
Tidak Perlu Mangetik Kata Captcha