CANINE
PARVOVIRUS (CPV)
(Virus
Parvo pada Anjing)
Bab
I
Pendahuluan
Pendahuluan
1.1 Latar
belakang
Penyakit
ini ditemukan pertama kali tahun 1977 di Texas, Amerika Serikat, kemudian
menyebar ke berbagai negara di dunia. Infeksi CPV tidak hanya menyerang saluran
pencernaan tetapi juga menyerang jantung yang dapat berakibat kematian mendadak
pada anak anjing (KELLY, 1979; THOMPSON et al., 1979). Menurut JOHNSON
dan SPRADBROW (1979), kasus Parvovirus bentuk enteritis juga dapat ditemukan
pada kucing yang dikenal dengan Feline Panleucopenia (FPL).
Infeksi
Canine Parvovirus (CPV), atau yang dikenal dengan penyakit Muntaber pada
anjing, mulai mencuat sekitar tahun 1980-an di mana kasus muntah dan mencret
berdarah banyak dijumpai di kalangan praktisi dunia kedokteran hewan di
Indonesia.
Kasus
infeksi CPV dapat terjadi pada segala umur, terutama anjing muda. Di Indonesia
sendiri, vaksinasi telah dikenal untuk pencegahan dan beberapa macam jenis
vaksin CPV secara komersial telah beredar, sedangkan respon imunitas vaksin tersebut
masih diperdebatkan.
1.2 Tujuan
Diharapkan dari tulisan paper ini,
dapat ditarik suatu hikmah khususnya hikmah dalam bidang pengetahuan tentang
Parvovirus.
1.3 Manfaat
Dapat menambah wawasan dan
pengetahuan tentang CPV pada anjing dan juga kasus CPV di Indonesia.
Bab II
Pembahasan
2.1 Definisi Secara Umum
Canine Parvo Virus (CPV) adalah virus DNA kecil tanpa amplop lipoprotein dari
famili parvoviridae (Kirk & Bistner, 1985; Ettinger, 1989). Infeksi CPV
pertama kali ditemukan pada tahun 1977 dimana diperkirakan merupakan mutasi
dari feline parvovirus yang dikaitkan dengan Feline Pan Leukopenia (Parvovirus pada kucing). Mutasi tersebut membuat virus
ini menjadi lebih spesifik menyerang anjing. Ada dua tipe parvovirus yang
menginfeksi anjing. Canine parvovirus-1 (CPV-1), juga dikenal sebagai “minute
virus of canine”, yang relative dikenal sebagai virus nonpatogenik yang
kadang dihubungkan dengan gastroenteritis,
pneumonitis, dan/atau myokarditis di anak anjing yang sangat muda.
Canine parvovirus-2 (CPV-2) lebih dikenal sebagai enteritis
klasik dari parvovirus (Nelson and Couto, 2003).
2.2 Etiologi dan Struktur Antigenik
Virus
Parvo ini termasuk dalam famili Parvoviridae (MATTHEWS, 1979). Diameter
virus dari pada CPV ini yaitu berkisar 20 nm. Virus ini termasuk kedalam virus
single stranded DNA, dan virionnya berbentuk partikel ikosahedral serta tidak
beramplop, dan perkembangbiakan virus ini sangat tergantung pada sel inang yang
sedang aktif membelah (deferential cell). CPV terdiri dari 3 protein virus
yaitu VP1, VP2, dan VP3 dengan berat molekul 82.500 sampai 63.500.
2.3
Hewan Rentan Terinfeksi
Secara umum, Parvovirus meyerang
kelompok hewan dari jenis Canine dan Feline (Anjing dan Kucing). Derajat
keparahan manifestasi klinis infeksi CPV sangat tergantung pada umur anjing
yang terinfeksi. Makin muda umur anjing yang terinfeksi makin parah klinis yang
dihasilkan. Anjing berumur 3–4 minggu, sel miosit pada jantung sedang aktif
berkembang sehingga apabila pada umur tersebut anak anjing tersebut terinfeksi
virus CPV, umumnya menyerang jantung yang berakibat kematian mendadak anjing
tersebut yang disebabkan oleh miokarditis, sehingga tipe yang ditimbulkan
umumnya tipe miokarditis. Sedangkan apabila infeksi CPV terjadi pada umur yang
lebih tua derajat pembelahan sel miosit mulai menurun tetapi derajat pembelahan
sel mitotik pada kripta usus meningkat, terutama pada umur lebih dari 6 minggu,
sehingga akibat infeksi ini diare dan muntah lebih banyak terlihat dibanding
gangguan jantung dan tipe ini sering disebut tipe enteritis.
2.4
Lingkungan dan Sifat Virus
Canine parvovirus merupakan virus yang paling resisten
terhadap keadaan lingkungan. Virus ini dapat tahan selama berbulan-bulan sampai
bertahun-tahun. Selain itu, virus canine
parvovirus (CPV) sangat stabil pada pH 3 hingga 9 dan pada suhu 60°C
selama 60 menit. Karena virus ini tidak
mempunyai amplop, maka virus ini juga sangat tahan terhadap pelarut lemak. Virus ini menyebar terutama melalui kontak langsung
dengan feses hewan terinfeksi.
Canine parvovirus merupakan salah satu virus yang paling
tahan terhadap disinfektan biasa. Satu-satunya disinfektan yang efektif adalah
sodium hipoklorit atau yang umum dikenal sebagai pemutih pakaian yang biasa
digunakan sehari-hari. Virus parvo sangat peka terhadap disinfektan ini
(Ettinger, 1989). Pengenceran sodium hipoklorit perlu dilakukan karena bahan
ini bersifat korosif,dan akan mengiritir jaringan kulit yamg peka. Pengenceran
dengan perbandingan air sebanyak 30 bagian dan sodium hipoklorit sebanyak 1
bagian. Disinfektan disiramkan atau disemprotkan ke lingkungan yang tercemar
feses anjing penderita dan agar efektif perlu kontak yang cukup lama dengan
disifektan ini (Lane & Cooper, 2003).
Bab
III
Simpulan
Canine
Parvo Virus (CPV)
adalah virus DNA kecil tanpa amplop lipoprotein dari famili parvoviridae (Kirk
& Bistner, 1985; Ettinger, 1989). Infeksi CPV pertama kali ditemukan pada
tahun 1977 dimana diperkirakan merupakan mutasi dari feline parvovirus yang
dikaitkan dengan Feline Pan Leukopenia (Parvovirus pada kucing). Mutasi tersebut membuat virus
ini menjadi lebih spesifik menyerang anjing. Virus
Parvo ini termasuk dalam famili Parvoviridae (MATTHEWS, 1979). Diameter
virus dari pada CPV ini yaitu berkisar 20 nm. Virus ini termasuk kedalam virus
single stranded DNA, dan virionnya berbentuk partikel ikosahedral serta tidak
beramplop, dan perkembangbiakan virus ini sangat tergantung pada sel inang yang
sedang aktif membelah (deferential cell). Secara umum, Parvovirus meyerang
kelompok hewan dari jenis Canine dan Feline (Anjing dan Kucing). Derajat
keparahan manifestasi klinis infeksi CPV sangat tergantung pada umur anjing
yang terinfeksi.
Canine parvovirus merupakan virus yang paling resisten
terhadap keadaan lingkungan. Virus ini dapat tahan selama berbulan-bulan sampai
bertahun-tahun. Selain itu, virus canine
parvovirus (CPV) sangat stabil pada pH 3 hingga 9 dan pada suhu 60°C
selama 60 menit. Karena virus ini tidak
mempunyai amplop, maka virus ini juga sangat tahan terhadap pelarut lemak. Virus ini menyebar terutama melalui kontak langsung
dengan feses hewan terinfeksi.
Daftar
Pustaka
Sendow,
Indrawati. 2003. Canine Parvovirus pada Anjing. Balai Penelitian Veteriner. Bogor.
www.pojok-vet.com/Pet-Animals/canine-parvo-virus.html. Diakses tanggal 30 April 2012.
No comments:
Post a Comment
Budayakan Berkomentar Atau Bertanya
Silahkan Komentar Di Sini.
Tidak Perlu Mangetik Kata Captcha