1.1
Latar Belakang
Seperti yang kita ketahui parasit merupakan animalia yang sangat merugikan
bagi hewan, dimana dia akan menginfeksi hospesnya tersebut. Salah satu jenis
parasit yaitu pinjal (Siphonaptera) yang termasuk ke dalam kelas insekta dan
phylum arthropoda. Siphonaptera adalah serangga
lateral, bersayap, dan holometabola. Terdapat hampir 2.575 spesies. Semua
spesies parasit dalam tahap dewasa memiliki mulut yang dirancang untuk menusuk
dan mengisap, sisir dirancang hampir di seluruh tubuh mereka dan kaki, serta
kaki dirancang untuk melompat. Beberapa spesies vektor penyakit, dan penelitian
saat ini memberikan wawasan penting dalam evolusi. Ordo Siphonoptera mempunyai
ciri-ciri tidak bersayap, termasuk endopterygota, bermata tunggal,
metamorfosisnya sempurna, dan mempunyai alat mulut menusuk dan menghisap.
Pinjal masuk ke dalam ordo Siphonaptera yang pada mulanya dikenal sebagai ordo
Aphniptera. Ordo Siphonaptera terdiri atas tiga super famili yaitu Pulicoidea,
Copysyllodea dan Ceratophylloidea.
Pinjal merupakan
insekta yang tidak memiliki sayap dengan tubuh berbentuk pipih bilateral dengan
panjang 1,5-4,0 mm, yang jantan biasanya lebih kecil dari yang betina. Kedua
jenis kelamin yang dewasa menghisap darah. Pinjal ini juga termasuk serangga
Holometabolaus atau metamorphosis sempurna karena daur hidupnya melalui 4
stadium yaitu : telur-larva-pupa-dewasa. Beberapa contohnya adalah
Ctenocephalus cannis (kutu anjing), Ctenocephalus felis (kutu kucing), Pulex
irritan (pinjal manusia), Xenopsylla cheopsis (kutu tikus) dan Echidnophaga.
Dalam dunia
kedokteran hewan parasit jenis ini sangat mudah menyerang hewan. Oleh sebab
itu, penulis ingin menjelaskan berbagai morphologi, siklus hidup dan habitat
dari Siphonaptera ini melalui paper yang berjudul “SIPHONAPTERA” sebagai bahan
untuk melengkapi pembelajaran dalam kuliah parasitologi Kedokteran Hewan.
1.2
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
ciri-ciri umum dari Siphonaptera?
2.
Bagaimanakah
klasifikasi genus dari Siphonaptera?
3.
Bagaimanakah
morphologi, siklus hidup dan habitat dari masing-masing genus?
1.3
Tujuan
1.
Untuk
menjelaskan ciri-ciri umum dari ordo Siphonaptera
2.
Untuk
mengetahui beberapa genus dari ordo
Siphonaptera
3.
Untuk
menjelaskan morphologi, siklus hidup dan habitat dari masing-masing genus
BAB II
PEMBAHASAN
Siphonaptera
adalah serangga lateral, bersayap, dan holometabola. Terdapat hampir 2.575
spesies. Semua spesies parasit dalam tahap dewasa memiliki mulut yang dirancang
untuk menusuk dan mengisap, sisir dirancang hampir di seluruh tubuh mereka dan
kaki, serta kaki dirancang untuk melompat. Beberapa spesies vektor penyakit,
dan penelitian saat ini memberikan wawasan penting dalam evolusi. Ordo
Siphonoptera mempunyai ciri-ciri tidak bersayap, termasuk endopterygota,
bermata tunggal, metamorfosisnya sempurna, dan mempunyai alat mulut menusuk dan
menghisap. Contohnya adalah Ctenocephalus cannis (kutu anjing), Ctenocephalus
felis (kutu kucing), Pulex irritan (pinjal manusia), Xenopsylla cheopsis (kutu
tikus), Echidnophaga.
2.1 Klasifikasi Pinjal
Pinjal masuk ke dalam ordo Siphonaptera yang pada mulanya dikenal
sebagai ordo Aphniptera. Ordo Siphonaptera terdiri atas tiga super famili yaitu
Pulicoidea, Copysyllodea dan Ceratophylloidea. Ketiga super famili ini terbagi
menjadi Sembilan famili yaitu Pulicidae, Rophalopsyllidae, Hystrichopsyllidae,
Pyglopsyllidae, Stephanocircidae, Macropsyllidae, Ischnopsyllidae dan
Ceratophillidae. Dari semua famili dalam ordo Siphonaptera paling penting dalam
bidang kesehatan hewan adalah famili Pulicidae (Susanti,2001).
2.2 Morfologi Pinjal
Pinjal betina tidak memiliki rambut pendek di belakang lekuk
antenna. Kaki belakang dari sub spesies ini terdiri dari enam ruas dorsal dan
manubriumnya tidak melebar di apical, sedangkan pinjal yang masuk ke dalam sub
spesies C. felis formatipica memiliki dahi yang pendek dan melebar serta
membulat di anterior. Pinjal pada sub spesies ini memiliki jajaran rambut satu
sampai delapan yang pendek di belakang lekuk anten. Kaki belakang dari pinjal
ini terdiri atas tujuh ruas dorsal dan manubrium melebar di apical.
Pinjal merupakan insekta yang tidak memiliki sayap dengan tubuh
berbentuk pipih bilateral dengan panjang 1,5-4,0 mm, yang jantan biasanya lebih
kecil dari yang betina. Kedua jenis kelamin yang dewasa menghisap darah. Pinjal
mempunyai kritin yang tebal. Tiga segmen thoraks dikenal sebagai pronotum,
mesonotum dan metanotum (metathoraks). Segmen yang terakhir tersebut
berkembang, baik untuk menunjang kaki belakang yang mendorong pinjal tersebut
saat meloncat. Di belakang pronotum pada beberapa jenis terdapat sebaris duri
yang kuat berbentuk sisir, yaitu ktenedium pronotal. Sedangkan tepat diatas
alat mulut pada beberapa jenis terdapat sebaris duri kuat berbentuk sisir
lainnya, yaitu ktenedium genal. Duri-duri tersebut sangat berguna untuk
membedakan jenis pinjal.
Pinjal betina mempunyai sebuah spermateka seperti kantung dekat
ujung posterior abdomen sebagai tempat untuk menyimpan sperma, dan yang jantan
mempunyai alat seperti per melengkung , yaitu aedagus atau penis berkitin di
lokasi yang sama. Kedua jenis kelamin memiliki struktur seperti jarum kasur
yang terletak di sebelah dorsal , yaitu pigidium pada tergit yang kesembilan.
Fungsinya tidak diketahui, tetapi barangkali sebagai alat sensorik.
Mulut pinjal bertipe penghisap dengan tiga silet penusuk (epifaring
dan stilet maksila). Pinjal memiliki antenna yang pendek,
terdiri atas tiga ruas yang tersembunyi ke dalam lekuk kepala (Susanti, 2001)
2.3
Daur Hidup Pinjal
Pinjal
termasuk serangga Holometabolaus atau metamorphosis sempurna karena daur
hidupnya melalui 4 stadium yaitu : telur-larva-pupa-dewasa. Pinjal betina
bertelur diantara rambut inang. Jumlah telur yang dikeluarkan pinjal betina
berkisar antara 3-18 butir. Pinjal betina dapat
bertelur 2-6 kali sebanyak 400-500 butir selama hidupnya (Soviana dkk, 2003).
Telur
berukuran panjang 0,5 mm, oval dan berwarna keputih-putihan. Perkembangan telur
bervariasi tergantung suhu dan kelembaban. Telur menetas menjagi larva dalam
waktu 2 hari atau lebih. Kerabang telur akan dipecahkan oleh semacam duri
(spina) yang terdapat pada kepala larva instar pertama.
Larva
yang muncul bentuknya memanjang, langsing seperti ulat, terdiri atas 3 ruas
toraks dan 10 ruas abdomen yang masing-masing dilengkapi dengan beberapa
bulu-bulu yang panjang. Ruas abdomen terakhir mempunyai dua tonjolan kait yang
disebut anal struts, berfungsi untuk memegang pada substrata tau untuk
lokomosi. Larva berwarna kuning krem dan sangat aktif, dan menghindari cahaya.
Larva mempunyai mulut untuk menggigit dan mengunyah makanan yang bisan berupa
darah kering, feses dan bahan organic lain yang jumlahnya cukup sedikit. Larva
dapat ditemukan di celah dan retahkan lantai, dibawah karpet dan tempat-tempat
serupa lainnya. Larva ini mengalami tiga kali pergantian kulit sebelum menjadi
pupa. Periode larva berlangsung selama 7-10 hari atau lebih tergantung suhu dan
kelembaban. Larva dewasa panjangnya
sekitar 6 mm. Larva ini akan menggulung hingga berukuran sekitar 4x2 mm dan
berubah menjadi pupa. Stadium pupa berlangsung dalam waktu 10-17 hari pada suhu
yang sesuai, tetapi bisa berbulan-bulan pada suhu yang kurang optimal, dan pada
suhu yang rendah bisa menyebabkan pinjal tetap terbungkus di dalam kokon. Stadium
pupa mempunyai tahapan yang tidak aktif atau makan, dan berada dalam kokon yang
tertutupi debris dan debu sekeliling. Stadium ini sensitive terhadap adanya
perubahan konsentrasi CO2 di lingkungan sekitarnya juga terhadap getaran.
Adanya perubahan yang signifikan terhadap kedua factor ini, menyebabkan
keluarnya pinjal dewasa dari kepompong. Perilaku pinjal secara umum merupakan
parasit temporal, berada dalam tubuh saat membutuhkan makanan dan tidak
permanen. Jangka hidup pinjal bervariasi pada spesies pinjal, tergantung dari
makan atau tidaknya pinjal dan tergantung pada derajat kelembaban lingkungan
sekitarnya. Pinjal tidak makan dan tidak dapat hidup lama di lingkungan kering
tetapi di lingkungan lembab, bila terdapat reruntuhan yang bisa menjadi tempat
persembunyian maka pinjal bisa hidup selama 1-4 bulan. Pinjal tidak spesifik
dalam memilih inangnya dan dapat makan pada inang lain. Pada saat tidak
menemukan kehadiran inang yang sesungguhnya dan pinjal mau makan inang lain
serta dapat bertahan hidup dalam periode lama (Soviana dkk, 2003).
2.4
Genus dari ordo Siphonaptera
Pinjal
(Siphonaptera) yang berpredileksi pada hewan terdiri dari beberapa genus,
antara lain Ctenocephalidae, Xenosylla dan Echinophaga.
2.4.1
GENUS CTENOCEPHALIDAE
Klasifikasi,
Morfologi, Siklus Hidup, Predileksi, dari Ctenocephalides felis
2.4.1.1
Spesies Ctenocephalus felis
Klasifikasi
Klasifikasi Ctenocephalus felis
adalah sebagai berikut :
Golongan : Animalia
Phylum : Arthropoda
Kelas : Insekta
Ordo : Siphonaptera
Genus : Ctenocephalidae
Spesies : Ctenocephalides felis
Morfologi
Kutu jenis ini
memiliki ciri-ciri tidak bersayap, memiliki tungkai panjang, dan koksa-koksa
sangat besar, Tubuh gepeng di sebelah lateral dilengkapi banyak duri yang
mengarah ke belakang dan rambut keras, Sungut pendek dan terletak dalam
lekuk-lekuk di dalam kepala, Bagian mulut tipe penghisap dengan 3 stilet penusuk,
Metamorfosis sempurna (telur-larva-pupa-imago), Telur tidak berperekat, abdomen
terdiri dari 10 ruas, Larva tidak bertungkai kecil, dan keputihan, Memiliki 2
ktinidia baik genal maupun prenatal. Perbedaan antara jantan dan betina dapat
dilihat dari struktur tubuhnya, yaitu jika jantan pada ujung posterior
bentuknya seperti tombak yang mengarah ke atas dan antenna lebih panjang,
sedangkan tubuh betina berakhir bulat dan antenna nya lebih pendek dari jantan
Kutu kucing ini
berwarna coklat kemerahan sampai hitam, dengan betina yang warna nya sedikit
berbeda. Selain dari sedikit perbedaan dalam ukuran dan warna, fitur utama
lainnya membedakan antara jantan dan betina adalah adanya kompleks, alat
kelamin berbentuk bekicot pada laki-laki. Ctenocephalides felis dibedakan dari
kutu lain dengan ctenidia karakteristik, atau sisir, tetapi memiliki ctenidium
pronotal dan ctenidium genal dengan lebih dari 5 gigi. Morfologi kutu kucing
adalah mirip dengan kutu anjing, canis Ctenocephalides, tetapi kutu kucing memiliki
karakteristik dahi miring. Tibia belakang juga berbeda dari spesies loak
lainnya dalam hal ini tidak memiliki gigi apikal luar. Semua anggota ordo
Siphonaptera memiliki otot yang kuat berisi bresilin, protein sangat elastis,
di kaki mereka, yang memungkinkan kutu melompat setinggi 33 cm.Larva kutu mirip
belatung kecil dengan bulu pendek dan rahang untuk mengunyah. Kepompong hidup
terbungkus dalam kepompong sutra-puing bertaburan.
Siklus Hidup
Telur akan
menetas 2-10 hari menjadi larva yang makan darah kering (yang dikeluarkan
pinjal dewasa), feses, bahan organik lainnya. Larva juga membuat pupa dengan
menyilih 2 kali. Stadium larva berlangsung 1-24 minggu. Pupa dapat hidup selama
1 minggu sampai 1 tahun tergantung faktor lingkungan.Pinjal ini dapat sebagai
hospes intermedier dari Dypillidium caninum, dan menyebabkan gatal dan iritasi
pada tubuh hospes (kucing).
Habitat
Kutu kucing
hidup di sarang dan tempat beristirahat dari host mereka ketika mereka tidak
makan, dan tuan rumah mereka ketika mereka makan. Mereka hidup di hampir semua
jenis habitat, selama itu hangat dan lembab cukup untuk mempromosikan
pembangunan. (Roberts dan Janovy, 2000).Hewan ini ditemukan di daerah yang
beriklim tropis, terestrial biomes, seperti padang pasir atau gundukan, savana
atau padang rumput, kaparal, hutan hujan, hutan belukar, perkotaan, pinggiran
kota, serta pertanian
2.4.1.2
Spesies Ctenocephalides canis
Klasifikasi, Morfologi, Siklus Hidup, Predileksi,
dari Ctenocephalides canis
Klasifikasi
Golongan : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insekta
Ordo : Siphonaptera
Genus : Ctenocephalides
Spesies : Ctenocephalides canis
Morfologi
Tidak bersayap,
memiliki tungkai panjang, dan koksa-koksa sangat besar, Tubuh gepeng di sebelah
lateral dilengkapi banyak duri yang mengarah ke belakang dan rambut keras,
Sungut pendek dan terletak dalam lekuk-lekuk di dalam kepala, Bagian mulut tipe
penghisap dengan 3 stilet penusuk, Metamorfosis sempurna
(telur-larva-pupa-imago), Telur tidak berperekat, abdomen terdiri dari 10 ruas,
Larva tidak bertungkai kecil, dan keputihan,. Perbedaan antara jantan dan
betina dapat dilihat dari struktur tubuhnya, yaitu jika jantan pada ujung
posterior bentuknya seperti tombak yang mengarah ke atas dan antenna lebih
panjang, sedangkan tubuh betina berakhir bulat dan antenna nya lebih pendek
dari jantan. Kutu dewasa berwarna hitam kecoklatan, tapi tampak hitam kemerahan
setelah makan darah. Kutu dewasa panjangnya 3-4mm. Memiliki baik ctenidia genal
dan pronatal, memiliki mata, pada koksa kaki ke-2 (mesopleuron) ditemukan
batang pleural (batang meral).
Siklus Hidup
Ada empat tahap
utama dari siklus hidup kutu: telur, larva, pupa dan dewasa. Dibutuhkan sekitar
30 sampai 40 hari untuk kutu anjing dalam mengerami telur menjadi telur yang
sempurna,meskipun ada beberapa kasus yang menunjukkan siklus ini berlangsung
selama satu tahun.Kutu betina mulai bertelur dalam waktu 2 hari makan darah
pertamanya. Telur yang putih dan kecil (0.5mm) tetapi yang terlihat dengan mata
telanjang. Telur diletakkan pada rambut, bulu atau dalam habitat hospesnya,
mereka kemudian jatuh ke tempat-tempat seperti tempat tidur, karpet atau
perabot. Beberapa kutu meletakkan 3-18 telur sekaligus di dalam tubuh anjing
tersebut,hal ini berpotensi memperbanyak telur hingga 500 telur selama beberapa
bulan. Telur menetas dalam 1-12 hari setelah disimpan kemudian memproduksi
larva seperti cacing yang tidak memiliki kaki dan tidak ada mata.
Larva berwarna
putih dan 1,5-5mm panjang dengan pelindung dari bulu tipis. Mereka jarang
tinggal di tubuh inang mereka, kemudian mereka segera mencari daerah tertutup
seperti tempat tidur hewan peliharaan , serat karpet dan retakan pada lantai di
mana mereka mencari makanan sementara menghindari cahaya. Larva memakan
berbagai bahan organik termasuk kulit-kulit yang terjatuh, kotoran hewan dan
kotoran dewasa (terdiri dari darah ). Larva memungkinkan untuk mengganti kulit
mereka untuk tumbuh dan berubah menjadi kepompong sutra selama 5-15 hari. Sisa
larva sebagai pre-pupa selama 3 hari sebelum molting lagi untuk membentuk pupa.
Pupa
mengembangkan dalam kokon dari lima hari sampai lima minggu. Dalam kondisi
normal, bentuk dewasa siap untuk muncul setelah kira-kira 2 minggu tetapi pada
temperatur yang lebih tinggi perubahan akan lebih cepat. Mereka kadang-kadang
tetap tinggal di kokon sampai getaran atau kebisingan dirasakan (yang
mengindikasikan keberadaan manusia atau binatang) yang berarti - karena tidak
ada gerakan bentuk dewasa dapat tinggal di kokon sampai dengan 6 bulan.
Kutu dewasa,
tidak bersayap, ukuran 2-8mm panjang dan lateral dikompresi. Mereka tercakup
dalam bulu dan sisir yang membantu mereka untuk menempel pada host dan memiliki
antena yang dapat mendeteksi dihembuskannya karbon dioksida dari hewan. Antena
mereka juga sensitif terhadap panas, getaran, bayangan dan perubahan arus
udara. Semua kutu bergantung pada darah untuk nutrisi mereka tetapi mampu hidup
dalam waktu yang lama tanpa makan, biasanya sekitar 2 bulan. Dalam kondisi yang
menguntungkan dan disertai dengan sumber t makanan (darah) yang memadai, kutu
dapat hidup sampai satu tahun.
Habitat
Kutu selalu
ditemukan dekat host, baik dalam kontak langsung seperti di antara bulu atau
rambut atau dalam sarang mereka.
2.4.2
GENUS XENOPSYLLA
Klasifikasi,
Morfologi, Siklus Hidup, Predileksi Xenopsylla cheopsis
Klasifikasi
Golongan : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insekta
Ordo :
Siphonaptera
Spesies : Xenopsylla cheopsis
Morfologi
Kutu pada tikus tidak
memiliki sisir genal atau pronotal. Karakteristik ini dapat digunakan untuk
membedakan kutu tikus oriental dari kutu kucing, kutu anjing,dan
kutulainnya.Tubuh kutu adalah hanya sekitar sepersepuluh dari satu inci panjang
(sekitar 2,5 mm).
Kutu memilki dua fungsi, yaitu untuk
menyemprotkan air liur atau sebagian darah dicerna ke dalam gigitan dan untuk
menyedot darah dari tuan rumah. Proses ini memancarkan secara mekanis patogen
yang dapat menyebabkan penyakit kutu mungkin. Kutu menghela napas bau karbon
dioksida dari manusia dan hewan dan melompat dengan cepat ke sumber untuk
memberi makan pada host yang baru ditemukan. kutu adalah bersayap sehingga
tidak bisa terbang, tapi bisa lompat jauh dengan bantuan kaki kuat kecil.
Sebuah kaki kutu terdiri dari empat bagian. Bagian yang paling dekat dengan
tubuh adalah coxa tersebut. Berikutnya adalah femur, tibia dan tarsus.
Siklus Hidup
Tahap Telur
Seekor kutu
betina dapat bertelur 50 telur per hari di hewan peliharaan anda. Telurnya
tidak lengket, mereka mudah jatuh dari hewan peliharaan anda dan menetas dalam
dua atau lima hari. Seekor betina dapat bertelur sekitar 1.500 telur di dalam
hidupnya.
Tahap Larva
Setelah menetas,
larva akan menghindar dari sinar ke daerah yang gelap sekitar rumah anda dan
makan dari kotoran kutu loncat ( darah kering yang dikeluarkan dari kutu
loncat). Larva akan tumbuh, ganti kulit dua kali dan membuat kempongpong dimana
mereka tumbuh menjadi pupae.
Tahap Pupa
Lama tahap ini
rata-rata 8 sampai 9 hari. Tergantung dari kondisi cuaca, ledakan populasi
biasanya terjadi 5 sampai 6 minggu setelah cuaca mulai hangat. Pupa tahap yang
paling tahan dalam lingkungan dan dapat terus tidak aktif sampai satu tahun.
Tahap Dewasa Kutu loncat dewasa keluar dari kepompong nya waktu mereka merasa
hangat, getaran dan karbon dioksida yang menandakan ada host di sekitarnya.
Setelah mereka loncat ke host, kutu dewasa akan kawin dan memulai siklus baru.
Siklus keseluruhnya dapat dipendek secepatnya sampai 3-4 minggu.
Habitat
Xenopsylla
cheopis biasanya mendiami habitat tropis dan subtropis, meskipun telah
dilaporkan dalam zona sedang juga. Cheopis Xenopsylla jarang ditemukan di
tempat yang dingin karena membutuhkan iklim / tropis subtropis untuk menjadi
kepompong. Kutu yang lazim di kota-kota besar banyak. Spesies Rattus biasanya
ditemukan dalam sistem saluran pembuangan kota dan habitat terkait manusia
adalah host yang sangat baik untuk cheopis X.. Pelabuhan laut dan daerah
tikus-penuh lainnya juga habitat umum untuk cheopis X..
Kutu adalah
parasit nidiculous, mereka tinggal di sarang tuan rumah. Pakaian, tempat tidur
dan sofa membuat rumah sempurna untuk banyak dari kutu. Kutu hanya melampirkan
menjadi tuan rumah sementara mereka sedang menghisap darah; di lain waktu
mereka bebas-hidup di sarang tuan rumah. (Brown, 1975; James dan Harwood, 1969)
2.4.3 GENUS
ECHIDNOPHAGA
Klasifikasi
Golongan : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insekta
Ordo : Siphonaptera
Ordo:
Siphonaptera
Genus: Echidnophaga
Spesies : Echidnophaga gallinacea
Morfologi
Echidnophaga gallinacea dewasa memiliki panjang sekitar 1,5 sampai 4 mm dan bagian lateral rata.
Echidnophaga
gallinacea
berwarna coklat tua, bersayap dan memiliki mulut
yang membantu dalam menusuk kulit dan menghisap darah dari host. Ada
bagian genal maupun pronotal. Kutu dewasa
memiliki kepala yang datar,tajam tetapi miring (tidak melengkung atau
membulat).
Telur memiliki panjang sekitar 0,5 mm. Telur dari Echidnophaga gallinacean
berbentuk lonjong berwarna putih mutiara dan
oval. Betina yang nonfertil memproduksi telur
yang subur seperti yang Echidnophaga gallinacean betina
lainnya.
Larva mempunyai panjang sekitar 6 mm.Larva adalah
belatung mirip dengan cacing,berwarna kuning / krem dan memiliki segmen tiga
belas dengan bulu pada setiap segmen.
Siklus
Hidup
Perkawinan
terjadi sebelum kedua jenis kelamin melompat di sekitar tanaman bebas. Siklus
hidup spesies ini mirip dengan yang irritans Pulex, kecuali pembuahan. Diman
betina tetap melekat pada host dan bertelur dalam borok yang telah terbentuk.
Larva kemudian jatuh dan memakan sampah organik, termasuk kotoran dari kutu
dewasa. Setelah beberapa minggu larva akan berubah menjadi kepompong, kemudian
tertutup debu dan kotoran, di mana mereka menjadi kepompong. Kepompong dapat
berubah menjadi kutu dewasa dalam beberapa hari, minggu atau bahkan
berbulan-bulan tergantung pada kondisi lingkungan. Kutu dewasa muncul mencari
inang, kawin dan betina melekat pada host untuk menghasilkan generasi baru.
Siklus hidup membutuhkan waktu sekitar 30-60 hari.
Habitat
Habitat
dari Echidnophaga, yaitu burung, tikus, kelinci, anjing, kucing, kuda dan
kadang-kadang manusia.
2.4.4 GENUS PULEX
Morfologi,
Klasifikasi, Siklus Hidup, Habitat dan Penyakit yang ditularkan oleh Pulex
irritans. Pulex irritans, disebut juga “human flea” atau pinjal orang. Pulex
irritans dikenal sebagai pinjal pada beberapa hospes yaitu: babi, anjing,
anjing liar dan sebagainya.
Morfologi
Tidak memiliki
sayap, sebagian besar tidak bermata, bentuk tubuh yang pipih dorsoventral,
bagian mulut disesuaikan untuk menusuk-isap atau untuk mengunyah, dan memiliki
enam tungkai atau kaki yang kokoh dengan kuku yang besar pada ujung tarsus yang
bersama dengan tonjolan tibia berguna untuk merayap dan memegangi bulu atau
rambut inangnya. Tidak memiliki baik ktenidia genal dan pronatal ktenidia,
dahinya membentuk kurva (membulat). Umumnya menginfestasi manusia, tetapi dapat
menginfestasi, ayam, babi, anjing, kucing dan tikus.
Klasifikasi
Klasifikasi Pulex irritans adalah
sebagai berikut :
· Golongan : Animalia
· Filum : Arthropoda
· Kelas : Insekta
· Ordo : Siphonaptera
· Genus : Pulex
· Spesies : Pulex irritans
Siklus Hidup
Metamorfosis
sempurna, pinjal dewasa dapat hidup 58 hari tanpa makan dan 234 hari bila dapat
makan. Pinjal betina bertelur berukurannya kecil berbentuk ovoid, berwarna
keputihan dengan panjang 0,5 mm berjumlah 3 – 18 butir setiap hari (sejumlah
448 selama hidupnya, biasanya diletakkan dicelah kandang atau tubuh hospes
definitif (tetapi pada umumnya sebelum menetas akan jatuh. Dari dalam telur
akan keluar larva berbentuk seperti cacing bergerak aktif untuk mencari makan
berupa bahan-bahan organik atau darah yang mengering. Larva terdiri dari 14
segmen yang ditutupi oleh bulu-bulu. Larva akan mengalami ekdisis (menyilih)
selama 3 kali dan pergantian kulit yang terakhir terjadi di dalam kokon.
Didalam kokon yang biasanya tertutup oleh partikel kotoran, terbentuk pupa yang
berwarna keputihan dan akhirnya terbentuk pinjal dewasa. Sampai terbentuknya
kokon itu diperrlukan waktu 14-21 hari, lalu menjadi dewasa. Pinjal bisa hidup
selama 1 – 2 tahun dan tahan hidup tanpa menghisap darah selama 6 minggu.
Habitat
Pulex irritans mempunyai habitat di
berbagai jenis hewan, termasuk manusia.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Siphonaptera
adalah serangga lateral, bersayap, dan holometabola. Terdapat hampir 2.575
spesies. Pinjal masuk ke dalam ordo Siphonaptera yang
pada mulanya dikenal sebagai ordo Aphniptera. Ordo Siphonaptera terdiri atas
tiga super famili yaitu Pulicoidea, Copysyllodea dan Ceratophylloidea. Pinjal
merupakan insekta yang tidak memiliki sayap dengan tubuh berbentuk pipih
bilateral dengan panjang 1,5-4,0 mm, yang jantan biasanya lebih kecil dari yang
betina. Kedua jenis kelamin yang dewasa menghisap darah. Beberapa
genus dari Siphonaptera adalah Ctenocephalus cannis (kutu anjing),
Ctenocephalus felis (kutu kucing), Pulex irritan (pinjal manusia), Xenopsylla
cheopsis (kutu tikus) dan Echidnophaga.