Timbulnya suatu penyakit atau proses
infeksi dari suatu penyakit, tidak terlepas dari adanya 3 faktor yang
mempengaruhi pola penyakit tersebut, yaitu faktor agen(antigenik), hospes
(inang) dan faktor lingkungannya. Pada Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pun sama,
disini akan coba dijelaskan proses infeksi dari penyakit PMK dari segi 3 faktor
tersebut.
1.
Faktor Antigenik
Virus Penyebab
Penyakit
Mulut dan Kuku (PMK) atau Apthae epizootica (AE) atau Foot and mouth desease (FMD) disebabkan
oleh virus genus Aphthovirus Famili Picornaviridae. Virus ini merupakan
virus RNA genom rantai tunggal RNA linier yang memiliki kapsid icosahedral dan
tidak beramplop. Virus famili Picornaviridae
merupakan virus RNA terkecil dengan diameter 25-30nm dengan replikasinya di
dalam sitoplasma.
Ada
7 serotipe virus PMK yaitu :
Tipe A, O, C, SAT 1, SAT2, SAT3, dan tipe Asia 1. Di Indonesia wabah PMK disebabkan oleh tipe O11. Setiap
serotipe ini memiliki sifat antigenik yang berbeda – beda, sehingga yang hanya
dapat berkembang baik di Indonesia adalah hanya tipe O11.
Virulensi
Virus
PMK sangat labil, antigenitasnya cepat dan mudah berubah, sehingga tubuh akan
sulit membentuk antibodi terhadap virus ini. Morbilitas atau angka kesakitan
mencapai 100% namun tingkat mortalitas atau kematian hewan sangat rendah
sekitar 2%. Mortalitas tergantung pada virulensi virus dari strain virus
tersebut. Namun pada hewan yang masih muda dapat menyebabkan kematian hingga
20%.
Viabilitas
Virus
ini dapat bertahan lama pada darah, sumsum tulang, kelenjar limfa dan semen,
juga dapat bertahan lama pada bahan yang mengandung protein; tahan kekeringan
dan tahan dingin. Virus ini juga tahan lama pada lingkungan diluar tubuh. Aphthovirus merupakan virus yang hidup pada pH normal, virus PMK
tidak dapat hidup pada pH lebih rendah dari 7. Artinya Aphthovirus tidak tahan akan suasana asam.
Patogenesis
Cara
penularan penyakit mulut dan kuku adalah melalui udara secara aerosol sehingga
dapat menyerang sapi pada saluran pernafasan. Dan dapat juga melalui kontak
langsung dengan hewan ekresi dan sekresi dari hewan yang menderita penyakit
mulut dan kuku. Selain itu penyebaran penyakit ini dapat melalui urin, feses,
cairan vagina, fetus yang aborsi dan cairan yang dikeluarkan saat embrio
dilahirkan.
Namun
sering juga ditularkan melalui produk asal ternak seperti air susu dan daging,
lalu lintas barang/bahan yang tercemar virus PMK seperti sepatu, kendaraan dan
pakaian, melalui angin dapat menularkan penyakit ke kawasan yang luas dan
makanan yang tercemar virus PMK, serta melalui reproduksi (inseminasi buatan
yang menggunakan semen beku yang tercemar)
Penyakit ini
dibagi menjadi 3 macam bentuk:
·
Bentuk
dermostomatitis yang tenang (benigna)
·
Bentuk inrmadiate
toxic dengan penyakit yang lebih berat
·
Bentuk ganas
(malignant) dengan perubahan pada otot janung dan sklelet.
2.
Faktor Inang
Hewan
yang peka terhadap virus ini adalah hewan berkuku genap. Hewan yang sering
terkena adalah jenis ruminansia (sapi, kambing, kerbau, domba dan rusa), babi
serta hewan liar lainnya yang berkuku genap. Pada sapi dan kerbau hewan dapat
berperan sebagai karier selama 2 tahun. Domba dan kambing dapat juga menjadi
karier namun hanya selama 9 minggu. Sedangkan babi merupakan amplifier host.
Virus
PMK tidak memandang umur, hewan muda ataupun tua dapat terjangkit penyakit ini.
Namun lebih fatal akibatnya pada hewan yang lebih muda, hal ini karena respon
imun pada hewan muda belum sesempurna hewan dewasa. Pada hewan yang lebih gemuk
gejala yang timbul lebih hebat, akibatnyapun lebih fatal. Penyakit PMK bersifat
zoonosis, namun pada manusia hanya sebagai karier.
Gambar 1. Babi merupakan amplifier
host
Pada
grafik diatas dapat dilihat bahwa babi memproduksi virus jauh lebih banyak dari
pada sapi ataupun domba. Babi memproduksi virus PMK sebanyak 108 per
harinya.
Gejala Klinis Pada Hewan Terinfeksi
Gejala
umum berupa hipersalivasi (saliva tampak seperti tergantung), anoreksia, enggan
berdiri, berat badan menurun, produksi susu menurun, lesu, pincang dan hewan
terlihat depresi. Hewan pincang dan enggan berdiri disebabkan karena adanya
luka pada kuku dan kakinya. Sedangkan pada kasus hipersalivasi dan anoreksia disebabkan
karena lepuh pada lidah dan gusinya.
Masa
inkubasi antara 2 – 7 hari, ada juga yang menyebutkan 3 – 11 hari. Tergantung
strain virus, dosis infektif dan rute penularannya. Sapi biasanya 3-5 hari,
sedangkan pada babi antara 4-9 hari.
Suhu
tubuh tinggi mencapai 41oC. Suhu tubuh meningkat dan akan terlihat
jelas pada sapi yang masih muda. Kenaikan ini akibat dari fase viremia dari
virus picornavirus. Dan biasanya suhu
tersebut akan turun setelah terbentuknya lepuh-lepuh.
Tanda
klinis khusus penyakit ini adalah adanya lepuh-lepuh
berupa penonjolan berisi cairan bening hingga kuning keruh, kemerahan (cairan
limfe) dan dapat dengan mudah terkelupas. Lepuh ini sering ditemukan pada
bagian lidah, bibir, mucosa pipi, gusi, langit-langit mulut, ujung kaki,
teracak dan ambing pada hewan betina. Lepuh pada awalnya berukuran kecil
berwarna putih dan berisi cairan, tetapi kemudian berkembang secara cepat
sampai mencapai ukuran sekitar 3 cm. Seringkali lepuh tersebut menyatu menjadi
lebih besar. Lepuh primer mulai terlihat 1-5 hari setelah infeksi serta luka
pada kaki. Lepuh yang ditemukan pada ambing akan menyebabkan produksi susu
turun dan kadang dapat menyebabkan keguguran.
Pada
tracak biasanya lepuh terjadi bersamaan dengan proses yang terjadi didalam
mulut. Lepuh yang terjadi menyebabkan rasa sakit atau nyeri pada hewan yang
menderita, sehingga menyebabkan hewan tersebut malas bergerak dan hanya mau
berbaring. Kesembuhan dari lesi yang tidak mengalami komplikasi akan
berlangsung dengan cepat berkisar antara 1-2 minggu, namun apabila ada infeksi
skunder maka kesembuhan akan tertunda.
3.
Faktor Lingkungan
Kasus
pertamakali di Indonesia dilaporkan pada tahun 1887 pada sapi perah di Malang,
Jawa timur dan menyebar ke berbagai daerah seperti Sumatera, Sulawesi dan
Kalimantan. Pada tahun 1986 Indonesia menyatakan bebas PMK. Hal ini diakui di
lingkungan ASEAN sejak 1987 dan diakui secara internasional oleh organisasi
Kesehatan Hewan Dunia (Office International des Epizooties-OIE) sejak 1990.
Pada
tahun 2001 terjadi wabah PMK di Inggris dan Irlandia Utara dan akhirnya
menyebar dengan cepat hampir ke seluruh daratan Eropa. (Kompas, Rabu, 21 Maret
2001 (Halaman 32). Kasus ini membuktikan virus dapat bertahan lama pada
lingkungan.
Faktor
pertama yang menyebabkan adanya wabah PMK adalah adanya import sapi ataupun
daging sapi dari suatu negara ke negara lainnya. Penularan virus PMK sangat sulit sekali untuk
dihentikan, karena virus dapat terbawa sampai beberapa mil jauhnya oleh angin,
orang, atau kendaraan. Pada kelembaban relatif >60%, maka virus PMK dapat
terbawa terbang oleh udara atau angin melewati daratan sampai sejauh 60 km dan
melewati lautan sampai sejauh 250 km.
Pada kasus ini faktor lingkungan yang mempengaruhi penyebaran virus
adalah angin, virus dapat dibawa oleh angin kemudian angin akan dihirup oleh
hewan lain. Hewan yang jauh letaknya dari tempat pertama kali virus berada akan
terkena dampaknya juga.
Sekali
timbul wabah PMK di suatu daerah/negara tertentu, maka penyakit ini biasanya
menyebar bagaikan api yang menjalar secara liar melalui kelompok domba, sapi,
kambing dan babi. Masa inkubasi penyakit ini bisa berlangsung 24 jam sampai
paling lama 2 minggu.
Rencana
import daging juga mempengaruhi penyebaran dari PMK ini, karena daging atau
produk asal hewan dapat menularkan ke hewan lainnya ataupun ke manusia. Manusia
bertindak sebagai carrier atau pembawa penyakit ini. Seseorang yang baru saja
mengunjungi peternakan tertular, akan membawa virus PMK di sepatu atau pakaiannya,
dan virus tersebut mampu bertahan sampai selama 9–14 minggu. Hal inilah yang
menyebabkan pada kejadian wabah di Inggris, ribuan peternak dan keluarganya
terpaksa tinggal di rumah dan tidak dapat meninggalkan areal rumah tinggalnya
sebagai upaya pihak berwenang yang hampir putus asa untuk mencoba menahan
ancaman wabah untuk tidak semakin meluas.
Daftar Pustaka
Badan Karantina Pertanian.
2011. Sekilas Penyalit Mulut dan Kuku
(PMK). http://karantina.deptan.go.id/index.php?view=article&catid=45%3Aopini&id=148%3Asekilas-penyalit-mulut-dan-kuku-pmk&format=pdf&option=com_content.
Diakses 20 April 2012.
Boediyana, Teguh. 2008. Pernyataan Bersama Penolakan Terhadap
Rencana Pemerintah Membuka Import Daging Dan Import Produk Daging Yang Beresiko.
FPM-PMK.
Dharma, Dewa Made Ngurah dan
A.A. Gede Putra. 1997. Penyidikan
Penyakit Hewan. CV Bali Media, Denpasar.
Hutabarat. T S P N. 2010. Apakah Penyakit
Mulut dan Kuku Ancaman Untuk Indonesia ?. http://tatavetblog.blogspot.com/2010/03/apakah-penyakit-mulut-dan-kuku-ancaman.html.
Diakses 20 April 2012.
Konsha, R.A. 2012. Penyakit Mulut dan Kuku (PMK). http://reeduanei.info/.
Diakses 20 April 2012
Kustiningsih, Heris. 2012. Penyakit Mulut dan Kuku. Kementrian
Pertanian RI BBPKH Cinagara. http://www.bbpkhcinagara.deptan.go.id/data-a-informasi/informasi/alamat-a-peta-lokasi/79-penyakit-mulut-dan-kuku.html.
Diakses 20 April 2012.
Suseno, P.P 2008. Pengantar Penilaian Risiko (Risk Assessment)
Penyakit Mulut dan Kuku di Indonesia. Australian Biosecurity CRC
Suseno,P.P. 2008. Peran PO[U]SKESWAN dalam Surveilans Klinis
Penyakit Eksotik (Penyakit Mulut dan Kuku). Australian Biosecurity CRC.
Sites liκe creatеmуtattoo sеrvе aѕ а platform for artiѕts who want to eхhibit their work and
ReplyDeleteget paiԁ for theiг deѕigns. Lаdies should thіnk about these,
baѕed on their plаcemеnt. If you are аmong one of
them you would also liκe to go with the trenԁ.
Here іs my weblog ... tattoo shirts