Fungsi dan Tujuan Sekarura.
Fungsi Sekarura.
Dalam hubungannya dengan upacara Ngaben, ada salah satu
upakara yang sangat penting dan seslalu enyertai upacara Ngaben, yaitu
penebaran sekarura. Adapun fungsi
sekarura dalam Ngaben adalah sebagai tadahan atau makanan (labaan) yang
diberikan kepada Bhuta kala, yang mendiami tempat-tempat tertentu yang dianggap
sebagai perintang jalannya roh menuju ke alam sana (baka).
Ditinjau
dari bahan yang dipergunakan dalam pembuatan sekarura, berfungsi sebagai
berikut :
a.
Beras Kuning.
Beras kuning adalah sebagai simbol
Dewa Kumara atau Dewi Sri, sedangkan fungsi dari penggunaan beras kuning adalah
untuk memperoleh kemakmuran atau terhindar dari malapetaka (Putra, 1982 : 17).
Telah dikemukakan bahwa vberas
kuning adalah sebagai simbol Dewa Kumara , sedangkan bagi masyarakat Hindu di
Bali Dewa Kumara dipuja sebagai bayi
yang sering di sebut Dewa Rare. Hal ini
kiranya mempunyai pengertian yang sama yaitu beras kuning adalah benih yang
suci dan sempurna merupakan hasil pertemuan purusa dan predana. Dengan demikian pengertian bija dapat
diumpamakan sebagai penabur benih,
anugrah dari Ida Sang Hyang Widhi wasa, kemudian diharapkan kesucian serta
kesempurnaannya dapat tumbuh emmancar pada tempat yang dihuni oleh bhuta kala.
Dalam Lontar Agastya Prana, disebutkan mengenai mantra beras kuning
sebagai berikut : Ong sida sampurna suda
saparti suda morta yanamah swaha (Korya, Transkripsi lamp. 3).
Dari uaraian di atas dapat
disimpulkan bahwa beras kuning berfungsi
untuk memperoleh kemakmuran, kesempurnaan, kesucian serta terhindar dari
malapetaka.
b.
Uang Kepeng
Sejak perkembangan agama Hindu di
Indonesia, uang kepeng pada mulanya hanya mempunyai fungsi sosial dan ekonomi
sebagai alat tukar atau pembayaran, namun mengalami perubahan dalam fungsinya
di samping fungsi tersebut di atas, juga mempunyai fungsi tertentu dalam
hubungannya dengan agama Hindu.
Uang kepeng mempunyai hubungan yang
erat dengan agama Hindu yaitu sebagai sarana upakara dan upacara dalam agama
Hindu. Uang kepeng yang mengandung unsur
panca datu adalah beerfungsi sebagai penetralisir keadaan.
Dari uaraian di atas dapatlah
ditarik kesimpulan bahwa fungsi dari uang kepeng adalah sebagai penetralisisr
keadaan gangguan para bhuta. Dengan
sarana uang kepeng maka roh bebas dari bhuta kala.
c.
Samsam
Yang dimaksud dengan samsam disisni
adalah daun dapdap, daun temena dan daun jepun yang diiris-iris sedemikian rupa
sehingga merupakan serpihan-serpihan kecil dan kemudian diaduk sehingga
merupakan campuran dari ketiga bahan itu. Adapun fungsinya :
Daun dapdap adalah ”sebagai
penyucian”, daun dapdap juga disebut daun kayu sakit yang sering digunakan
sebagai sapsap yaitu penyucian suatu tempat atau benda. Sedangkan bunga berfungsi untuk menyampaikan
perasaan dan yang menerima diharapkan merasa puas sera memahami apa yang
dimaksud (Putra, 1982 : 15).
Demikian bagi umat Hindu, bunga
dipakai untuk menunjukan kesucian hati dalam memuja Ida Sang Hyang Widhi
wasa. Oleh karena itu diharapkan memakai
bunga yang baru mekar, berbau wangi dan tidak ternoda oleh serangga (semut).
Tujuan Sekarura
Segala
kegiatan yang dilakukan manusia sudah pasti mempunyai tujuan yang hendak
dicapai. Demikian pula dalam pelaksanaan
sekarura mempunyai tujuan yang hendak
dicapai. Adapun tujuan dari sekarura
adalah sebagai sarana untuk meminta jalan kepada para bhuta, agar perjalanan
roh tidak terhalang untuk menuju alam akhirat, dengan kata lain roh bebas dari
Bhuta kala. Apabila ditinjau dari
bahan-bahan pembuatans ekarura, maka tujuan dari sekarura adalah sebagai
berikut :
a)
Beras Kuning.
Dengan dimakan atau ditadahnya beras
kuning oleh bhuta kala, maka dalam diri bhuta kala akan tumbuh sifat kebaikan
atau sifat kedewataan. Dengan sifat
kebaikan itu maka para bhuta kala tidak lagi menganggu perjalanan roh ke alam
baka. Hal ini sangat sesuai dengan
uraian yang terdapat dalam Lontar Dharma, yang menyebutkan antara lain :
Om
Sang Hyang pengayam-ayam, iti tadah sajih ira beras kuning lan kembang wija,
aje sira anyengkala atmanipun anu, punang, ngulun angentara maring tunon, ulun
anak Bhatara Surya, Ulun Sang Hyang Raditya wenang angungkulin gumi sejagat
kabeh. Ih Sang Hyang Cintya nara sanga
ya namah.
Memahami uraian di atas dapat
dismpulkan bahwa beras kuning atau bija adalah merupakan suatu tadahan yang
diberikan kepada bhuta kala agar bhuta kala tidak menganggu perjalanan roh ke
alam baka atau roh bebas dari bhuta kala.
b)
Uang kepeng.
Sarana upakara uang kepeng sudah
tidak asing lagi dalam agama Hindu.
Karena hampir semua upakara yang terdapat dalam agama Hindu
mempergunakan uang kepeng, baik dipakai sebagai sesari pedagingan maupun sebaai
sesantun. Uang kepeng yang merupakan logam yang
mengandung unsur panca datu yaitu :
Tembaga, timah, besi, perak dan emas mengandung kekauatan sebagai penetralisir,
sehingga dengan adanya uang kepeng maka para bhuta kala dapat dinetralisir.
Dalam seminar V Kesatuan Tafsir terhadap Aspek-aspek Agama Hindu, juga disebutkan
tentang uang kepeng sebagai berikut :
a. Uang kepeng diprgunakan sebagai
sarana untuk melengkapi upakara Panca Yadnya, misalnya : Dalam akah banten,
dalam buah lis, orti dan sebagainya.
b. Di samping itu juga berfungsi
sebagai sesari, dapat juga berfungsi sebagai alat-alat upakara seperti lamak,
tamiang, payung pagut, penyeneng (PHDI Pusat, 1979 : 2).
Melihat uraian di atas, dapat
dismpulkan bahwa uang kepeng merupakan sarana upacara yang sangat erat
hubungannya dengan agama Hindu serta dianggap sebagai penetralisisr keadaan.
c. Samsam.
Dalam Lontar Weda Bhuda, disebutkan tentang samsam ini yaitu sebagai
berikut :
Ih sira sang bhuta kala ganggangan
ngdeg ta sira, away sira angadang amidanda pawahana dalan rahayu lampah Sang
Dewa Pitara, awah ulun, mwang sanak ulun kabeh, raria tiwakin samsam (Oka
Telaga Tawang, t. halaman).
Terjemahannya
:
Hai
kau Sang Bhuta Kala Ganggangan bangunlah engkau, janganlah engkau menghalangi
membencacani perjalanan Dewa Pitara, berilah jalan yang baik, juga saya beserta
keluarga semua. Lalu tebarkan samsam
(Kuna, I Made, terjemahan).
Memahami kutipan di atas, maka dapat
ditarik suatu kesimpulan bahwa samsam adalah sarana untuk meminta jalan yang
ditunjukan kepada bhuta kala agar jangan menganggu jalannya roh atau pitara untuk menuju sorga.
Artikel ini cukup bagus bahkan menurut saya sangat bagus karena belum pernah tahu ttg SEKAR URA ini.
ReplyDeleteNamun satu kekurangan dari artikel ini yaitu tidak menyertakan kutipan mantra untuk unsur Uang Kepeng Bolong di artikel ini. Jika bisa dilengkapi atau dicarikan dari sumber lain, maka sempurnalah telaah tentang SEKAR URA ini untuk dipahami oleh umat Hindu.
Terimakasih