PENDAHULUAN
Kata Histology berasal dari bahasa Yunani yaitu dari akar kata Histos yang berarti jaringan dan kata Logia/Logos
yang berarti ilmu pengetahuan/ ilmu yang mempelajari. Jadi secara
harafiah dapat diartikan bahwa Histology adalah ilmu pengetahuan yang
mempelajari tentang jaringan.
Dari
pengertian tersebut kemudian muncul suatu pertanyaan, yakni apa yang
tercakup dalam istilah histology dewasa ini ? Setelah ditelusuri lebih
jauh ternyata Anatomi dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok. Kelompok
pertama adalah Anatomi Makroskopik yang artinya struktur tubuh yang
dapat dilihat dengan mata telanjang, kelompok kedua Anatomi Mikroskopik
artinya struktur tubuh yang hanya dapat dilihat dengan memakai alat
bantu yaitu mikroskop.
Anatomi
mikroskopik dikenal dengan istilah Histologi. Materi pembahasan pada
anatomi mikroskopik dikelompokkan menjadi tiga. Kelompok pertama adalah
Histology (ilmu yang mempelajari tentang jaringan), kelompok kedua
adalah Organology (ilmu yang mempelajari tentang organ), dan kelompok
ketiga adalah Sitology (ilmu yang mempelajari tentang seluk beluk sel).
Kelompok ketigan ini (sitologi) merupakan cikal bakal perkembangan
ilmu-ilmu lain yang berhubungan dengan struktur molekuler sel, misal,
ilmu Biology Molekuler. Ilmu Biology Molekuler dalam penerapan sering
digunakan dalam teknology dibidang kedokteran yaitu Teknik Rekayasa Genetika.
Jadi
Histologi tidak hanya mempelajari mengenai jaringan/organ juga
mempelajri sel baik itu struktur baupun fungsinya, bahkan mempelajari
sampai ketingkan sel/molekuler. Oleh karena itu histology merupakan
dasar dari ilmu-ilmu yang lain seperti : Patology, VirologylImunology,
Biok.imia, fisiolgy dll.
BAB II SITOLOGI
Sitologi berasal dari akar kata cytos yang artinya cel dan logos
artinya ilmu pengetahuan. Jadi sitologi berarti ilmu yang mempelajari
tentang sel. Definisi sel adalah sel merupakan unit struktural yang
terkecil dari mahluk hidup yang terdiri dari segumpal protoplasma dan
inti sel. Selanjutnya seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan
sehingga pada tahun 1930 ditemukan mikroskop elektron. Definisi sel
selanjutnya berbunyi “ Sel adalah merupakan unit struktural dan fungsional yang terkecil yang mampu hidup di dalam suatu lingkungan yang mati “.
Tanda-tanda sel itu hidup ada beberapa kriteria antara lain:
- Sel dapat bersifat iritabel, artinya sel dapat menujukkan respon terhadap stimuli baik secara kimiawi maupun listrik. Contohnya adalah sel saraf dan sel otot.
- Sel dapat bersifat konduktivitas, artinya sel mampu meneruskan rangsangan. Contohnya sel saraf dan sel otot.
- Sel dapat bersifat kontraktivitas, artinya sel dapat memendekkan protoplasma ke satu arah (terlihat saat pembelahan sel)
- Sel dapat bersifat absorbsi, sifat ini dapat dimiliki oleh semua jenis sel.
- Sel mempunyai sifat sekresi, sifat ini paling baik dimuliki oleh sel-sel kelenjar, selain itu juga mempunyai sifat ekskresi. Contoh sel yang kurang/tidak mempunyai sifat ini adalah sel otot dan sel saraf.
- Sel mempunyai kemampuan respirasi, artinya sel mempunyai kemampuan menangkap oksigen untuk kebutuhan metabolisme di dalam sel.
- Sel mempunyai sifat pertumbuhan dan perbanyakan, perbanyakan sel berarti dapat membelah diri dan selama perkembangannya dapat menjadi banyak bentuk sifat ini disebut multipoten. Contoh sel yang bersifat multipoten adalah sel mesenchym yang pada akhirnya mengalami defrensiasi artinya sel tersebut telah menuju suatu proses spesialisasi dan bertambah besar.
Kegiatan/perubahan-perubahan
yang terjadi pada protoplasma/sitosol dapat terlihat secara langsung
pada mahluk bersel satu, tapi pada mahluk tingkat tinggi hal tersebut
sulit dilihat, hal ini dikarenakan sel tersebut mengalami spesialisasi sel.
Akibat spesialisasi sel maka terjadi antara lain:
- Terjadi hubungan yang erat antara bentuk dan fungsinya.
- Bagian-bagian tubuh menjadi tergantung satu dengan yang lainnya.
- Hilangnya potensi sel, artinya hilangnya kemampuan sel untuk berubah bantuk.
Di alam semesta ini kita mengenal 2 jenis sel bila dilihat struktur selnya (inti sel) yaitu :
1. Sel prokariota,
tipe sel ini mempunyai inti tidak sejati atau tidak mempunyai inti. Di
dalam inti sel tidak ada/ada bagian-bagian sel yang tidak jelas. Tipe
sel ini dapat dijumpai pada sel bakteri atau sel darah merah
(erytrocyt). Sel Prokariota mempunyai struktur internal yang sangat
sederhana seperti:
- Tidak mempunyai organel yang terbungkus membran.
- Tidak mempunyai inti sel yang terbungkus membran.
- Struktur DNA tidak membentuk komplek dengan Histon
2. Sel Eukariota,
sel ini mempunyai inti sel sejati. Contoh sel tanaman, sel mahluk hidup
tingkat tinggi. Inti sel eukariota di dalamnya dijumpai:
· Chromatin: merupakan serabut-serabut DNA yang secara erat terikat dengan histon.
Jadi pada hewan tingkat tinggi di dalam tubuhnya terdapat tiga jenis sel yaitu:
1. Sel-sel
yang sudah ada sejak lahir. Sel seperti ini sudah mempunyai
spesialisasi yang sangat tinggi dan semakin bertambahnya umur maka
jumlahnya juga makin berkurang. Jenis sel-sel seperti ini dijumpai pada
sel-sel otak, sel-sel ovum.
2. Sel-sel
yang dalam perkembangan selanjutnya akan mengalami proses defrensiasi
secara bertahap dan kontinyu, namun setelah sel tersebut sudah mencapai
umur tertentu maka sel itu akan dilepaskan dari tubuh. Contoh, sel
epitel pada saluran cerna, epitel vesica urinaria, sel epitel kulit.
3. Ada
juga sel-sel yang sudah mengalami spesialisasi tinggi, tapi dalam
keadaan tertentu dapat menjadi muda lagi. Contoh sel-sel pada organ
hati, sel-sel organ kelenjar.
MORFOLOGI SEL
Pada
mahluk tingkat tinggi terdapat berjuta-juta sel yang berbeda bentuk,
ukuran, isi sel, dan afinitasnya terhadap berbagai macam zat warna. Pada
sel yang masih hidup aktivitas isi sel (sitoplasma) tidaklah tetap
melainkan selalu berubah-ubah sesuai dengan aktivitas sel tersebut,
Ukuran
sel tidaklah tetap juga tergantung dari aktivitas sel saat itu, sel
yang aktif atau sel yang sedang istirahat (stadium interpase) berbeda
ukurannya maupun bentuknya. Namun demikian sudah ada patokan rentang
besarang ukurannya, misal: sel eritrosit ( 3 – 20 mikron ), sel leukosit
( 8 – 20 mikron ), sel ovum mamalia ( 100 – 150 mikron ), sel otot
polos panjangnya ( 15 – 200 mikron ).
SITOPLASMA
Sitoplasma
umumnya terlihat homogen tapi pada beberapa daerah ada terlihat
granuler, fibriler atau vakuoler. Sitoplasma sebenarnya mengandung
berbagai bangunan kecil yang fungsinya berbeda-beda pula, hal inilah
yang menujukkan perbedaan penampilan sitoplasmanya pada saat pengecatan
sel. Perbedaan penampilan ini dikarenakan dikarenakan variasi jumlah dan
jenis organel yang terkandung di dalam sitoplasma.
Pada
sel hidup istilah cytoplasmic matrix juga disebut hyaloplasmic.
Hyaloplasma berdasarkan komposisi penyusun dan kepekatan (struktur)
yaitu:
1) Ektoplasma
: terletak di bagian perifir dari sitoplasma (dekat dengan membran
sel), mempunyai konsistensi kekentalan yang sangat pekat berbentuk gel (
jel ). Pada cairan ini tidak dijumpai/bebas dengan adanya
organel-organel sel maupun benda-benda inklusi, selain itu cairan ini
mempunyai sifat tiksotropi artinya cairan tersebut dapat berubah
konsistensinya menjadi lebih pekat daripada gel yang disebut sol.
Konsistensi seperti sol ini sifatnya revelsibel. Perubahan tiksotropi
ini terjadi apabila sel tersebut terkena pengaruh mekanik dari luar sel.
Contoh sel yang mempunyai kemampuan tiksotropi yang tinggi adalah sel
amuba, sel-sel yang mempuyai sifat fagositik ( leukosit, makrofag, sel
RES, gian cel, plasma sel, dll. ).
2) Endoplasma
: letaknya ada di sebelah dalam dari ektoplasma. Cairan ini mempunyai
sifat konsistensi lebih cair dibandingkan dengan gel tapi lebih pekat
daripada air, selain itu cairan ini tidak mempunyai sifat tiksotropi.
Cairan ini mengandung/dijumpai adanya organel-organel sel dan
cytoplasmic inclution. Organel-organel ini disebut organoid ( organelles
). Jadi organoid tidak lain adalah merupakan benda-benda kecil yang
tetap berada di dalam sel dan terorganisasi yang mempunyai fungsi
spesifik untuk proses metabolisme dalam mengatur kelangsungan kehidupan
sel.
Organel-organel tersebut dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu:
A. Organella yang terbentuk dari membran (mempunyai membran)
1) Membran sel
Pada
sel hewan dinding sel disebut dengan membran sel kerena komposisi
penyusunnya sebagian besar berupa lipid. Membran sel ini disebut juga
dengan istilah membran plasma / plasmalemma. Beberapa peneliti (buku)
plasmalemma tidak digolongkan ke dalam organoid, namun ada juga beberapa
peneliti memasukkan ke dalam golongan organoid, hal ini dilihat dari
strutur dan fungsinga yakni berperan pada saat pembelahan sel,
regenerasi sel, dan penyerapan zat. Penyerapan/masuknya zat berupa
cairan ke dalam sel disebut pinositosis dan masuknya materi berupa benda
sifatnya tetap disebut fagosistosis.
Sifat-sifat membran sel antara lain:
· Mempunyai permiabilitas yang sangat tinggi
· Tersusun
dari 3 komponen :1) lipid ( phospolipid, glikolipid, cholesterol) 2)
protein ( proteni integral, protein periferal ) 3) karbohidrat (
karbohidrat dapat terikat dengan protein maupun lipid ).
· Mempunyai kemampuan untuk mengontrol terhadap keluar masuknya informasi dari maupun ke dalam sel
· Mempunyai active site untuk proses transformasi energi
Membran
sel terlalu tipis untuk dilihat dengan mikroskop cahaya karena membran
sel mempunyai ketebalan antara 8 – 10 nm. Dengan ketebalan tersebut
tidak tampak pada pemeriksaan mikroskop kecuali potongannya sedikit
miring, namun dengan mikroskop elektron membran sel mudah terlihat.
Dengan menggunakan mikroskop elektron ternyata membran sel terlihat 3
lapis, hal ini sesuai dengan prinsip mikroskop elektron apa bila materi
itu padat elektron akan terlihat gelap sedangkan bila kurang padat
elektron terlihat terang. Karena terlihat seperti tersusun 3 lapis maka
disebut juga tri laminar membran yakni pada bagian luar yang tersusun
oleh lipid yang kepekatan elektronnya lebih tinggi maka akan terlihat
gelap, pada bgian tengah kepadatan elektronnya rendah terlihat lebih
terang, dan pada bagian dalam tersusun juga oleh lipid maka terlihat
pula belap. Dengan seiring perkembangan ilmu pengetahuan ternyata
membran sel dapat dipisahkan dengan zat ditergen. Hasil pemisahan
tersebut ternyata membran sel terdiri dari dua lapis rantai lipid yaitu
asam lemak rantai panjang tidak jenuh (lipid acid ansaturated) dan
protein. Phospolipid struktur molekulnya ada yang bersifat polar (dapat
dilalui air) yang menghadap keluar (digambarkan sebagai kepala) dan satu
lagi bersifat non-polar (tidak dapat ditembus air) yang berada di
sebelah bawahnya (digambarkan sebagai ekor). Lapisan lipid yang satunya
(di bawah) letaknya terbalik yakni non-polar menghadap ke luar (atas)
dan gugus polar menghadap ke dalam (bawah). Teori ini yang sampai kini
diyakini kebenarannya yaitu teori Bilayer Lipid. Jadi sifat hydrophylic
ada disebelah luar (karena gugus polar dari phospolipid) dan sifat
hydrophobic ada disebelah dalam (karena gugus nonpolar dari rantai
hidrokarbon) ini terdapat pada membran bagian luar sedangkan membran
bagian dalam posisinya terbalik.
Protein membran berfungsi sebagai:
- sebagai pompa ion
- sebagai ion cenel (pintu gerbang)
- sebagai enzim
- sebagai reseptor
- sebagai perekat/penghubung antar sel
Gugus
karbohidrat terikat pada protein/lipid yang menonjol ke permukaan sel
disebut glikokalik (extrinsic cell coat), karbohidrat berperan untuk
membantu protein dalam kemampuannya untuk mengenal sesuatu, sehingga
cell coat tersebut berfungsi sel menjadi bersifat selektif dan
permiabel, sifat spesifik, dan sifat adhesif (melekat).
GAMBAR: foto mikroskop elektron membran sel
2) Retikulum Endoplasmik
Retikulum
endoplasmik terdapat dua bentuk yang berbeda baik struktur maupun
fungsinya yakni yang berbentuk butiran-butiran kasar disebut Rough
endoplasmik retikulum (RER) dan satunya lagi berbentuk buluh/gelembung
disebut smooth endoplasmik (SER) berupa butiran halus. Smooth endoplsmik
dapat juga berbentuk gelembung pipih (cysternae) yang membentuk suatu
jalinan disebut retikulum. Perkembangan teori terkhir ternyata retikulum
endoplasmik dianggap sebagai proliferasi dari kerioteka interna
(membran inti bagian luar). Dengan pengecatan HE akan memberikan kesan
warna biru/violet (sifat basa) sehingga disebut juga komponen basofil
sitoplasma, ini terlihat jelas pada sel-sel otot (disebut ergastoplasma)
selain itu juga terlahat jelas pada sel kelenjar. Pada sel saraf
retikulum endoplasmik disebut benda-benda Nissl. Rough Endoplasmik
retikulum (RER) diidentikkan dengan ribosoma.
RIBOSOMA :
Ribosoma
mersifat basofil, sehingga sitoplasma menjadi bersifat basofil karena
begitu banyaknya jumlah ribosom di dalam sitoplasma. Ribosoma merupakan
pusat pembentukan protein. Robosoma merupakan tempat untuk merangkai
asam-asam amino menjadi peptida atau protein. Dengan mikroskop elektron
ukuran ribosoma berkisar antara 10 – 20 nm dengan komposisi RNA sebanyak
60 % dan protein sebanyak 40 %,
karena komposisi inilah yang menyebabkan ribosom bersifat basopilik.
Ribosom pada mamalia mempunyai koefisien sedimen (kecepatan dalam
pengendapan) sebesar 80S (satuan Swedberg) butiran besar dari ribosom
satuan sedimennya sebesar 60S dan butiran becil sebesar 40S. Pada proses
pembentukan protein ribosom melekat pada mRNA
Gambar:
SER
tersusun berupan gelembung-gelembung pipih berupa lembaran-lembaran
dengan permukaan yang halus tanpa adanya ribosom (bentuk vesikuler),
dari jalinan-jalinan tersebut terbentuklah vesikel yang mengangkut
bahan-bahan untuk disintesis di RER dan selanjutnya diteruskan ke Golgi
komplek.
Jumlah
SER untuk setiap jenis sel tidak sama, hal in penting fungsinya untuk
menghasilkan sekret baik itu berupa hormon maupun nonhormon, misal,
- biosintesis hormon steroid/testosteron oleh sel Leydig
- biosintesis hormon progesteron oleh sel-sel korpus luteum
- sintesis lipid/detoksifikasi oleh sel-sel hati (hepatocyt)
- biosistesis
hormon glukagon oleh sel-sel pankreas, hormon ini berfungsi merangsang
terbentuknya membran baru (terbentuknya retikulum endoplsmik baru). Pada
hati glukagon diperlukan untuk perombakan glikogen menjadi glukosa.
- Pada sel-sel eptel usus berperan dalam absorbsi lipid.
- Pada
otot skelet/jantung (RER disebut retikulum sarkoplasma) yang secara
aktif mengatur kadar kalsium disekitar miofibril, sehingga berperan
dalam membantu proses kontraksi otot.
Smooth Endoplasmik Retikulum (SER) mempunyai peranan yang berbeda-beda sesuai dengan jenis selnya.
3) GOLGI KOMPLEK
Pada
tahun 1889 seorang ahli saraf dari Italia bernama Camillo Golgi
menemukan organel pada sel saraf kucing dan burung dengan menggunakan
metoda pengecatan perak nitrat. Dari hasil pengamatan diketahui bahwa
setiap sel memiliki organel ini (golgi komplek) yang di dalamnya
mengandung lipoprotein. Beberapa buku/penulis gilgi komplek mempunyai
banyak nama seperti: Golgi Net, Aparatus Retikularis Golgi, Internal
Retikuler Apparatus.
Golgi
komplek berbentuk pipih yang tersusun seperti jala, dimana pada bagian
yang memanjang pada lempeng golgi disebut saculus. Dengan mikroskop
elektron golgi komplek letaknya tidak sama untuk semua jenis sel, misal:
pada sel kelenjar terletak di atas inti (dekat inti) yakni berbatasan
dengan kutub bebas dari sel, pada sel saraf letaknya mengelilingi inti,
pada sel pankreas letaknya tidak menentu. Perkembangan selanjutnya
dimana golgi komplek yang telah kompak (dewasa) menghadap kutub bebas
dari sel, dan dari tempat ini melepaskan butiran-butiran sekret yang
disebut juga sebagai butir Golgi ( Golgi granules) atau Vakuola Golgi
atau Vesikel Pemindah. Butir-butir tersebut pada saat dilepaskan
berwarna cerah namun lama kelamaan berubah warna menjadi gelap.
Butir-butir yang telah menjauhi Golgi disebut Butir Zymogen.
Fungsi dari Golgi Komplek adalah:
- tempat proses sintesis
- tempat pemekatan (membentuk struktur protein)
- tempat proses penambahan gugus/senyawa
- tempat penyimpanan sementara hasil produk
Fungsi
ini jelas terlihat aktivitasnya pada sel-sel kelenjar maupun sel-sel
endokrin. Selanjutnya protein/sekrit yang dihasilkan mengalami
pengaktifan, setelah itu barulah dikeluarkan dari sel atau digunakan
sendiri oleh selnya untuk eksistensi sel
4) LISOSOMA
Dahulu
organel in kurang mendapat perhatian, namun dekade terakhir ini banyak
diselidiki karena perannya yang sangat penting dalam mempertahankan sel.
Hasil penyelidikan diketahui organel lisosoma berupa kantong-kantong
kecil berdiameter antara 0,15 – 0,8 mikron, di dalamnya mengandung ensim
pencernaan bagi sel. Ensim tersebut bersifat hidrolitik yang bekerja
aktif pada situasi sedikit asam ( PH 5 ), sehingga ensim ini disebut Hidrolisa Asam. Dengan demikian lisosoma merupakan organel dalam sel yang berperan dalam proses penghancuran.
Lisosoma
ada 2 tipe yaitu: 1) Lisosoma primer: berisi berisi ensim hidrolitik.
2) Lisosoma sekunder: merupakan peleburan antara lisosoma primer dengan
berbagai gelembung substrat. Lisosoma primer berkembang yang berasal
dari perkembangan dari Aparatus Golgi, dan selanjutnya menjauhi Golgi.
Heterofagosom terbentuk akibat invaginasi membran plasma yang
mengelilingi benda asing, sedangkan Vakuola Krinofagi adalah merupakan
peleburan dari gelembung sekrit yang telah mengalami penuaan atau
kerusakan dengan lisosom primer. Lisosoma Sekunder sekrit yang ada di
dalamnya dapat dikeluarkan dari selaput atau masih tetap ada di
dalamnya, hal ini disebut Lisosom pembentuk pigmen lipofuksin.
Jenis ensim yang terkandung di dalamnya adalah:
· Acid phospatase
· Acid ribonuclease
· Acid deoxyribonuclease
· Cathepsin
· Peroksidase.
Ensim
yang terkandung di dalam organel lisosoma dapat memecah/menghancurkan
protein, DNA, RNA, karbohidrat, dan lemak. Sintesa ensim tersebut diduga
terjadi di dalam Endoplasmik Retikulum dan selanjutnya tersimpat dalam
kantong penyimpan.
MITOKONDRIA
Mitokondria
telah lama sudah diketahui oleh para ilmuan baik itu mitokondria yang
berasal dari tanaman maupun dari mahluh hidup (eukariota). Pada tahun
1890 oleh Altman menemukan mitokondria sebagai butiran-butiran kecil
seperti benang dan dapat bergerak aktif serta dapat membelah diri tanpa
diikuti oleh pembelahan sel. Pembelahan mitokondrian diperkirakan
melalui pembelahan yang sangat sederhana yakni pembelahan Amitosis.
Mitokondria
mempunyai sangat bervariasi bentuknya tergantung dari aktivitasnya,
dapat berbentuk bulat, oval, dan bahkan memanjang dengan ukuran birkisar
antara 2 – 3 mikron.
Dengan
mikroskop elektron mitokondria terlihat mempunyai dua (2) lapisan
membran yaitu lapisan di sebelah luar disebut outer membran dengan
ketebalan 7 nm (nanometer) dan lapisan sebelah dalam disebut inner
membran yang tebalnya 8 nm. Diantara membran luar dan membran dalam
terdapat matrik berupa cairan yang merupakan tempat terjadinya siklus
creb. Pada inner membran dapat membentuk lipatan-lipatan ke arah dalam.
Lipatan ini disebut Krista. Kepadatan krista tergantung dari aktivitas mitokondria, kalau aktivitsnya
tinggi maka lipatan krista akan tampak lebih banyak dan mitokondria
terlihat memanjang. Pada inner membran terdapat partikel-partikel yang
mrupakan elementary unit untuk kelangsungan proses reaksi
oksidasi-reduksi, phosphrilasi oksidatif, dan proses pembentukan ATP.
Selain itu juga terdapat ion-ion anorganik sperti Ca, P, Mg, yang
berguna untuk memelihara keseimbangan ion di dalam sel, selain itu juga
terdapat ensim seperti sitokrom dan flavoprotein yang mengandung ion Fe
untuk mengatur respirasi sehingga kedua ensim ini dikenal sebagai ensim
resipirasi, selain itu juga terdapat ensim Koensim Q dan ensim Oksidatif
Fosforilase.
Pada
matrik dijumpai ensim kreb ( Krebscitric acid cycle enzymes ) dan ensim
untuk sintesis protein/lipid, selain itu juga ditemukan DNA dan RNA
untuk pembelahan sel (sebagai materi genetik). Hasil pemetaan gen pada
DNA mitokondria ternyata susunan nukleotida berbeda dengan susunan
nukleotida pada DNA inti sel, namun demikian susunan nukleotida (mtDNA)
sama persis dengan susunan nukleotida (mtDNA) dari orang tuanya
(Ibunya). Dengan adanya materi genetik serta ensim-ensim untuk
pembelahan sel ada di dalamnya maka mitokondrian dapat mengadakan
pembelahan. Pembelahan mitokondria bersifat semiotonom, artinya dapat
dikatakan mitokondria merupakan sel lain yang hidup di dalam sel yang
hidup secara bersimbiose. Pembelahannya tidak tergantung dari informasi
dari inti sel namun untuk kelangsungan hidupnya dibawah kendali inti
sel.
6) PEROKSISOM ( MIROBODIES )
Organel
ini dahulu belum mendapat perhatian walaupun telah diketemukan lewat
pemeriksaan dengan elektron mikroskop berbentuk bulat. Belakangan ini
justru mendapat perhatian yang tinggi mengingat telah diketemukan ensim
yang terkandung di dalamnya. Butiran-butiran pekat elektron.
Ensim yang terkandung di dalamnya : Katalase, hidrogen peroksida, urat oksidase, D-aminooksidase. Fungsi organel ini mengatur pemakaian oksigen di dalam sel, proses metabolik, proses detoksifikasi, dan pemecahan asam lemak menjadi asetil-CoA ( sangat jelas terlihat pada sel hati).
Ensim yang terkandung di dalamnya : Katalase, hidrogen peroksida, urat oksidase, D-aminooksidase. Fungsi organel ini mengatur pemakaian oksigen di dalam sel, proses metabolik, proses detoksifikasi, dan pemecahan asam lemak menjadi asetil-CoA ( sangat jelas terlihat pada sel hati).
B. Organella yang tidak terbentuk dari membran (tidak mempunyai membran)
Organel yang tidak terbentuk dari membran sering disebut dengan kerangka sel (cytoskleton).
Kerangka sel ini membentuk jalinan komplek yang berfungsi untuk
mempertahankan bentuk sel, stabilitas sel, gerakan sel (waktu pembelahan
sel), dan membantu pada proses mitosis
Yang termasuk organel ini antara lain:
1. SENTRIOLA
Organel
sentriola asal usulnya tidak terbentuk dari membran (tidak mempunyai
membran sel). Pada stadium interpase tampak sepasang berbentuk granul
berukuran antara 0,5 – 10 mikron. Selama memasuki tahap mitosis
sentriola dikelilingi oleh massa yang cerah disebut Centromer. Benang-benang halus yang memancar dari centriola disebut Aster yang merupakan /dikenal dengan Pusat Sel .
Dengan
menggunakan mikroskop elektron ternyata bentuk sentriola berbentuk
kantong silinder tidak seperti anggapan semula berbentuk granul.
Bentukkan kantong silinder ini mempunyai diameter 150 mm (milimikron) dan panjang 300 – 500 mm
dengan unjung yang satu terbuka dan ujung lainnya tertutup. Melalui
penampang melintang tampak adanya 9 bangunan sub-unit yang tersusun
longitudinal (paralel longitudinal) dan tiap sub-unit memiliki
3 buluh-buluh halus yang tersusun sedemikian rupa, sehingga pada
potongan melintang tampak adanya 3 lingkaran yang berdekatan . Bagian
paling dalam disebut buluh A lalu buluh B dan
buluh C yang paling luar. Buluh A dari 9 sub-unit memilik i jarak yang
sama satu dengan yang lainnya yang membentuk lingkaran dengan lingkaran
150 mm
Buluh
A dari sub-unit yang satu akan berhubungan dengan buluh C dari sub-unit
yang terdekat, sehingga memberika gambaran seperti roda bergerigi,
sehingga sumbu dari setiap sentriola membentuk diplosom tersusun tegak
lurus satu dengan yang lainnya. Di dalam sentriola juga ditemukan
senyawa aktin dan miosin, sehingga sentriola dapat memanjang maupun
memendek sesuai dengan aktivitasnya.
2. MIKROTUBULUS
Mikrotubulus
microtubules mempunyai nama lain adalah Cytoplasmic microtubules. Pada
stadium interpase sangat sedikit dan berperan sebagai kerangka sel,
sehingga dapat mempertahankan bentuk sel (sel erytrocyt). Pendapat lain
menyatakan bahwa mikrotubulus membantu dalam perubahan bentuk sel (sel
Leukocyt dan sel Makrofag). Pada stadium mitosis mikrotubulus jumlahnya
sangat banyak. Di bawah mikroskop elektron mikrotubulus terlihat seperti
tabung kecil dengan diameter 220 – 270 Amstrom dengan ketebalan
dindingnya 50 – 70 Amstrom. Pada pase mitosis terlihat dari kutub ke
kutub sel atau dari kutub ke kromosom dengan jumlah ± 12 buah dengan
jarak satu dengan yang lainnya 55 – 60 Amstrom. Pada sel saraf (axon)
mikrotubulus disebut juga Neurotubulus dengan ukuran sedikit lebih besar
dari pada neurofilamen yang berjalan longitudinal. Neurotubulus
berfungsi untuk pertumbuhan penjuluran sel saraf yang sedang berkembang,
begitu pula untuk membantu transport berbagai organel dari perkarion ke
tepi.
3. FILAMEN
Filamen
merupakan komponen dari fibril yang mempunyai ukuran jauh lebih kecil.
Filamen yang terdapat pada sel mempunyai diameter 30 – 60 Amstrom. Pada
sel kulit (daerah epidermis ) filamen membentuk tonofibril yang
merupakan bahan pembentuk keratin. Fungsi utama filamen adalah untuk
kontraksi sel, ini jelas terlihat pada sel otot, tapi pada sel yang
lainnya (bukan sel otot) fungsinya belum jelas. Sementara ini diduga
filamen membantu dalam perpindahan/memindahkan komponen-komponen
sitoplasmik. Letaknya tersebar di dalam sitosol oelh karena itu para
ahli juga menduga juga dapat berfungsi sebagai penyokong sel
(cytoskeleton)
C. CYTOPLASMIC INCLUSION
Cytoplasmik
inklusi mempunyai nama lain yaitu Paraplasma. Paraplasma bersifat
sementara, artinya bangunan ini berada di dalam sel hanya sementara dan
akan dikeluarkan dari sel pada saat-saat tertentu atau dirombah menjadi
bentuk lain, bentukan ini merupakan benda yang sifatnya mati/senyawa,
misal yang berupa cadangan ( lemak, glikogen), berupa pigmen (
melanin, hemosiderin), atau berupa granul-granul sekretorik ( yang
isinya dapat berupa protein/ensim, hormon). Paraplasma tidak dijumpai
pada semua sel, tapi hanya ada pada sel-sel tertentu saja.
NUKLEUS
Nukleus
atau inti sel dianggap sebagai pusat pengatur aktivitas sel, sedangkan
di stoplasma merupakan tempat matabolisme sel berlangsung. Bentuk inti
umumnya berbentuk mendekati bulat, tapi pada sel neutrofil (polinuklier)
intinya terlihat bergelambir. Sebenarnya bagian lobus satu
dengan lobus inti lainnya dihubungkan oleh selaput penghubung tipis,
sehingga pada saat pengecatan kadang penghubung ini tidak tercat dan
akhirnya inti sel terlihat lebih dari satu (polinuklier)
Untuk melihat bagian-bagian sel yang terkandung di dalamnya akan terlihat bila sel berada dalam stadium interpase (istirahat).
Hal-hal yang tampak umumnya adalah:
1. MEMBRAN INTI
Dinding
inti terdiri dari dua lapis, antara lapis yang satu dengan lapis
lainnya terdapat ruang antara yang berisi bahan amorf dan berjarak 40 –
70 nm (nanometer). Lapisan tersebut adalah: a) karioteka eksterna, b)
ruang perinuklier, c) karioteka interna.
Ruangan
yang terbentuk dari dua lapis tersebut disebut dengan istilah Sisterna
Perinuklier. Kedua karioteka (membran) mempunyai kepadatan elektron yang
berbeda yakni karioteka eksterna (membran bagian luar dengat dengan
sitoplasma) kurang padat elektron dan pada pada
lapis ini banyak diketemukan ribosum yang melekat dan endoplasmik
retikulum. Pada karioteka interna di bagian dalamnya terdapat
polipeptida yang merupakan tempat pertautan dari kromatin. Membran inti
terdapat pori-pori yang mempunyai diameter 300 – 1000 Angstrom dengan
jarak antara 0,1 – 0,2 mikron. Penelitian lebih jauh, diketehui
lubang/pori tersebut dilapisi oleh selaput yang sangat tipis berupa
chenel material berbentuk filamen. Filamen ini diperkirakan berfungsi
mirip sebagai diafragma.
2. NUKLEOLUS
Nukleolus
disebut juga Plasmosum. Plasmosum bentuknya bulat berjumlah 1 – 4.
Nukleolus di dalam inti dapat bergerak, oleh karena itu sel yang
mempunyai nukleolus lebih dari satu ( sel hati ) kadang terlihat di
bawah mikroskop hanya satu atau dua, hal ini
karena pergerakan nukleulus yang posisinya kebetulan
sejajar/berhimpitan. Nukleolus kaya akan RNA, DNA, dan protein, hal ini
dikarenakan di da;am nukleolus merupakan tempat materi genetik
(Gen)/DNA. Dengan menggunakan mikroskop elektron nukleolus terlihat ada 3
zona yaitu: 1) pars Granulosa, 2) pars Fibrosa, dan 3) Pars Kromosomal.
Pars Granulosa dan Pars Fibrosa kaya dengan Ribonukleoprotein yang
merupakan prekursor ribosum yang akan dibentuk, sedangkan pars
Kromosomal kaya dengan DNA.
RNA-ribosomal
(rRNA) di daerah pars kromosomal diubah dan disimpan sementara di
daerah pars Fibrosa dan selanjutnya diteruskan ke pars Granulosa sebelum
akhirnya dilepaskan ke dalam sitoplasma.
3. KROMATIN
Kromatin
mudah diwarnai dengan pengecatan HE yang tampak berwarna ungu
(basofil). Kromatin di dalam inti letaknya menyebar. Dari peyebarannya
dapat dikelompokkan menjadi 3 daerah yaitu:
· Kromatin tepi: berupa granul-granul di sekitar karioteka interna
· Lempeng-lempeng kromatin: letaknya tersebar di antara dinding inti dan nukleolus
· Kromatin pembungkus nukleolus: letaknya mengelilingi nukleolus
Pada
pembelahan sel (stadium interfase) kromatin berkumpul membentuk
benang-benang halus yang disebut KROMOSOM. Tapi ada juga kromatin yang
tidak tampak pada stadium ini dan masih merupakan bagian dari kromosom
disebut EUKROMATIN. Istilah Heterokromatin tidak lain merupakan kromatin
dari segmen kromosom berupa benang-benang halus yang tampak selama
stadium interpase. Belakangan diketemukan kromatin kelamin yang tidak
lain dalah kromatin sex atau Barr Bodies tampak berupa granul-granul
basofilik terletak dekat dengan nukleolus, kromatin ini diduga merupakan
peleburan dari hetrokromatin yang berasal dari dua kromosom-X. Terlihat
jelas pada sel soma dari individu betina.
4. KARIOLIMFE
Kariolimfe
disebut juga Nukleuplasma yang berupa cairan proyein dengan konsistensi
lebih pekat bila dibandingkan sitoplasma. Apa bila inti mengalami
kelainan/perubahan berupa: kariopiknosis, karioreksis, dan kariolisis
itu merupakan pertanda bahwa seltersebut telah mengalami kalainan
patologik.
REPIKLASI GEN
Replikasi
gen adalah merupakan perbanyakan/dupliksi gen, kejadian ini ditemukan
pada saan pembelamah sel baik itu pembelahan mitosis maupun pembelahan
meiosis. Peneliti mayakini bahwa pada kromosom terdapat gen-gen pembawa
informasi genetik. Pada saat itu belum banyak diketahui bagai mana
bentuk gen itu. Kemudian pada tahun 1928 seorang akhli mikrobiologi
berkebangsaan Inggris bernama Griffith. Dengan menggunakan bakteri
Diplococcus pneumonia meneliti tentang materi genetik bakteri tersebut,
kesimpulan yang didapat adalah pembawa informasi genetik adalah DNA.
Penelitian berikutnya dilakukan oleh Oswold Avery pada tahun 1944 di
Institut Rokefeller New York dengan menggunakan bakteri yang sama tapi
dengan metoda yang berbeda (lebih canggih) yaitu bakteri strain patogen
diambil materi genetiknya lalu dimurnikan dan akhirnya dimasukkan ke
dalam sel bakteri nonpatogen, hasilnya bakteri nonpatogen itu menjadi
patogen, dengan demikian diyankni pembawa informasi genetik itu adalah
DNA.
Sampai disini disepakati bahwa Gen itu adalah:
bagian atau segmen dari DNA yang berperan sebagai pembawa informasi
gentik melalui pembentukan secara tidak langsung molekul-molekul
protein. Kemudian timbul pertanyaan bagaimanakah bentuk DNA itu, ini
belum bisa dijawab. Kemudian tahun 1953 oleh James D. Watson dan Francis
Crick dapat menjawab pertanyaat tersebut yang terkenal dengan sebutan
Postulat Watson and Crick yaitu:
1. Struktur
DNA terdiri dari dua rantai polinukleotida yang berbentuk helix
berputar ke kanan melingkari satu sumbu membentuk helix berganda.
2. kedua
rantai berpasangan satu dengan yang lainnya dalam posisi anti paralel
dan arah rantai yang satu dengan rantai yang lainnya berlawanan arah.
3. kedua rantai helix melingkar tersebut sedemikian rupa sehingga keduanya tidak dapat dipisahkan kecuali dengan perlakuan.
4. Gugus-gugus
basa purin dan pirimidin dari kedua rantai terletak di bagian dalam dan
basa-basa dari rantai pertama berpasangan dengan basa-basa dari rantai
kedua.
5. Basa-basa
tersebut berpasangan sedemikian rupa sehingga basa Adenin (A)
berpasangan dengan Timin (T) dan Guanin (G) berpasangan dengan Citosin
(C).
6. Pasangan-pasangan tersebut terjadi karena adanya ikatan hidrogen antara basa dari rantai pertama dengan rantai kedua.
7. Pasangan basa pada rantai yang satu dengan rantai kedua merupakan pasangan kompementer.
Setelah
diketahui postulat ini barulah perkembangan di bidang sel sangat maju,
bahkan dapat menggunakan DNA untuk melacak penyakit-penyakit keturunan
dan sekaligus dapat memperbaiki kelainan DNA yang mengalami kelainan
tersebut.
PERTUMBUHAN DAN PEMBELAHAN SEL
Pertumbuhan
sel adalah hasil sintesis biokimiawi dari protoplasma, disini terjadi
penambahan jumlah protoplasma pada sel. Replikasi gen tidak lain adalah
duplikasi DNA yang berlangsung pada stadium interpase. DNA berperan
aktif dalam menentukan kehidupan dan arah sel dan dari DNA dapat
disintesa RNA dan pada akhirnya dibentuk protein.
Pembelahan sel melalui 3 cara yaitu:
- Pembelahan Amitosis
- Pembelahan Mitosis
- Pembelahan Miosis
PEMBELAHAN AMITOSIS
Pembelahan amitosis disebut juga pembelahan secara langsung ( direct cell division ).
Pembelahan
secara amitosis berlangsung sangat sederhana dan dalam waktu yang
sangat singkat. Pembelahan dimulai dari pembelahan inti kemudian diikuti
oleh pembagian sitoplasmanya. Cara pembelahan amitosis tidak diikuti
dengan pembelahan/duplikasi kromosom. Pembelahan cara ini banyak
ditemukan pada binatang tingkat rendah, juga pada bakteri.
PEMBELAHAN MITOSIS
Pembelahan
mitosis menghasilkan dua sel anak yang sama persis dengan sel induk,
sifat-sifat genetiknya juga sama. Ditinjau dari sitologi modern, mitosis
dipandang sebagai replikasi DNA. Proses mitosis pada sel/organ tubuh
berlangsung secara kontinyu dengan kecepatan yang berbeda. Perbedaan ini
dipengaruhi oleh:
· Jenis kelamin
· Macam organ
· Suhu, baik suhu tubuh maupun suhu di luar tubuh
· Kondisi fisiologis individu
Menurut De Robert mitosis meliputi 5 tahap al: interpase, propase, metapase, anapase, dan telopase.
1. PROPASE
Pada pase ini terlihat perubahan-perubahan pada inti sel dan sitoplasma. Perubahan-perubahan yang dapat diamati adalah:
a. Inti sel membesar dan kromonemata memendek sehingga tampak seperti benang-benag halus.
b. Sentriola membelah menjadi dua, kemudian menunju ke masing-masing kutub sel. Dari sentriola ini keluar benang-benag halus.
c. Pada
akhir stadium profase, kariotek mulai lenyap tapi belum sempurna
sehingga kromosum mulai terlihat tapi belum kompak, kromosom terlihat
agak panjang dan langsing (belum berkontraksi sempurna).
2. METAPASE
Pada
stadium metapase, kromosum sudah berkontraksi sempurna (kompak) dan
sudah memisahkan diri ke bidang ekuator. Pada stadium ini tampak
kromosom bergerak menuju kutub masing-masing, pada akhir metafase
membran inti sudah lenyak sama sekali.
3. ANAPASE
Pada
stadium anapase terjadi pembelahan kromosom secara longitudinal dan
belahannya menuju ke masing-masing kutub, pemindahan kromosom ini diduga
karena pengaruh protein yang berada di dalam mikrotubulus. Sel terlihat
menggelembung mendekati oval.
4. TELOPASE
Pada
stadium telopase awal, sentriola sudah berada pada kutub-kutub sel dan
selanjutnya diikuti dengan munculnya inti pada sel anakan. Nukleulus
muncul kembali dari nukleoler organizer. Sebelum memasuki stadium
interfase, kromosom membelah diri dan kembali dari bentuk uliran ke
bentuk benang. Kariotek terbentuk kembali dan diikuti dengan terbetuknya
membran inti. Selanjutnya diikuti dengan terbentuknya organel-organel
sitoplasmik. Pada akhir stadium telofase teleh terbentuk dua anak sel
yang membawa materi genetik yang idendik.
5. INTERPASE
Stadium
interpase merupakan tahap istirahat, keadaan ini dipergunakan untuk
tumbuh dan penambahan sitoplasma dan paraplasma. Waktu yang diperlukan
pada stadium ini trgantung jenis. Sel-sel muda diperlukan waktu yang
lebih singkat bila dibandingkan sel tua. Jenis sel epitel mempunyai
ewaktu yang singkat bila dibandingkan dengan sel saraf.
Sebetulnya
pada stadium interfase dikatakan fase insirahat tidaklah tepat, karena
pada stadium ini justru terjadi serangkaian perubhan untuk mempersiapkan
diri untuk membelah berikutnya. Oleh karena itu pada stadium ini
terbagi menjadi 3 fase yaitu:
· Pase G1 : disebut pase presintesis DNA
· Pase S : disebut pase sintesis DNA
· Pase G2 : disebut pase pasca duplikasi DNA
PEMBELAHAN MEIOSIS
Menurut konsep lama meiosis diartikan sebagai pembelahan reduksi, hal in mungkin disebabkan jumlah
kromosom sel anak mengalami pengurangan menjadi setengah jumlah
kromosom sel induk. Kini konsep itu telah ditinggalkan. Konsep terbaru
menyatakan, bahwa meiosis terjadi proses crossing over kromosom.
Pada proses ini kromosom tidak mengalami reduksi baik pada pembelahan
pertama maupun pembelahan kedua, tapi yang terjadi sebenarnya adalah
berupa distribution of chromosomes. Artinya, pembelahan reduksi tidak tepat, hanya terjadi distribusi/penyebaran dari kromosom..
Pembelahan meiosis meliputi dua tahap antara lain:
Tahap pertama : terjadi distribution and redistribution bagian kromosom.
Tahap kedua : Pada tahap ini sama dengan pembelahan mitosis.
Tahap
pembelahan pertama dapat diamati 4 tahap ( sama seperti pembelahan
mitosis) hanya pada tahap stadium propase memerlukan waktu yang lebih
lama, karena di dalamnya terbagi lagi menjadi 4 substadium yaitu:
1. Stadium Leptoten : pada stadium ini kromosom tampak jelas berbentuk filamen.
2. Sadium Zygoten : pada stadium ini kromosom yang homolog saling berkumpul dan mulai berpasangan.
3. Stadium Pakhiten :
kromosom homolog yang berpasangan tersebut menempatkan diri secara
longitudinal, sehingga tiap pasangnya disebut: bivalen. Selanjutnya
terjadi pembelahan secara longitudinal dan akhirnya terbentuk 4
kromonemata. Selanjutnya terjadi crossing over (pindah
silang).Terjadinya pindah silang bagian-bagian kromosom dengan pola
tertentu. Artinya terjadi pertukaran gen secara acak sehingga terbentuk 4
anak sel dengan membawa gen yang berbeda satu dengan lainnya.
4. Stadium Diploten :
setelah crossing over (pindah silang) selesai, terjadilah proses
pemisahan antara kromosom homolog, tapi proses pemindahan kromatid agak
mengalami kesulitan karena terjadi proses terminasi. Setelah itu diikuti
dengan lenyapnya membran inti.
Setelah itu berakhirlah stadium propase dan selanjutnya diikuti pase selanjutnya ( metapase, anapase, dan telopase)
Tahap
pembelahan kedua, menjelang pembelahan kedua terjadi interpase secara
singkat. Setelah itu kembali terjadi serangkaian pembelahan seperti pada
pembelahan mitosis biasa. Bedanya denga pembelahan
pertama terletak pada pembelahan stadium propase, dimana pada
pembelahan kedua stadium propase berjalan singkat dan seterusnnya
diikuti dengan satium berikutnya. Jadi sel anak yang dihsilkan pada
pembelahan meiosis terbentuk 4 sel anak yang haploid dengan membawa kombinasi gen-gen yang berbeda.
Meiosis
yang berlangsung pada sel spermatogonia (spermatogenesis) dan sel
oogonia (oogenesis) pada prinsipnya adalah sama, hanya saja pembelahan
pada spermatogonia menghasilka 4 spermatozoa dengan morfologik identik
tapi mempunyai gen-gen yang tidak sama. Sedangkan pada
sel oogonia hanya terbentuk satu oocyt (ovom) yang besar (fungsional)
tiga lainnya mengalam atrisia karena pembagian sitoplsma yang tidak
merata. Pembagian sitoplasma yang tidak merata ini terjadi pada stadium
telopase pertama dan stadium telopase kedua.
Dapus?
ReplyDelete